Jangan Dilakukan! Ini Contoh Wasiat yang Menyiksa Anak Menurut Buya Yahya

Buya Yahya berharap agar setiap orang tua dapat memberikan warisan yang positif dan tidak membebani anak dengan tanggung jawab yang berat. Dalam setiap keputusan, penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap generasi berikutnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2024, 10:30 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2024, 10:30 WIB
Buya Yahya90
Buya Yahya (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Wasiat dari orang tua kepada anak biasanya sarat dengan makna mendalam, menjadi salah satu bentuk kasih sayang yang abadi dan refleksi harapan mereka terhadap masa depan sang anak.

Wasiat juga sering kali mencakup pesan-pesan moral, petunjuk hidup, hingga amanah agar sang anak tetap memegang nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan kehormatan keluarga.

KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya membahas topik penting mengenai wasiat yang dapat menyiksa anak. Dalam ceramahnya, ia mengingatkan pentingnya berbuat baik dan tidak membebani anak dengan tanggung jawab yang tidak seharusnya.

"Yang kaya hari ini, Anda tidak tahu kapan Anda mati. Semoga panjang umur, jangan sampai Anda meninggal buru-buru, belum punya perbuatan baik," ujarnya, dikutip dari kanal YouTube @buyayahyaofficial, 

Hal ini mengingatkan bahwa setiap individu harus mempersiapkan diri untuk menghadap Allah dengan amal yang baik.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Contoh Wasiat Menyiksa Anak

20151101-Penyimpanan Uang-Jakarta
ilustrasi tumpukan uang harta warisan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih lanjut, Buya Yahya menekankan agar orang tua tidak menyiksa anak dengan warisan yang hanya menambah beban.

Ia melanjutkan dengan menggambarkan kondisi yang sering terjadi, di mana orang tua memiliki harta yang melimpah namun tidak menggunakannya untuk kebaikan. "Asetnya banyak, di sana tanah dua hektar, sana lima hektar, sepuluh hektar," ungkapnya. Tanpa niat yang baik, harta tersebut bisa menjadi beban bagi anak.

"Nanti kalau Abah mati, itu aset yang paling bagus di kota itu nilainya mungkin berapa miliar itu, nak, nanti bisa buat dijual untuk bantu orang," lanjutnya.

Hal ini menunjukkan bagaimana orang tua sering kali merencanakan masa depan anak tanpa mempertimbangkan dampak psikologis dari beban tersebut, walaupun kelihatannya baik.

Buya Yahya mengingatkan bahwa setelah orang tua meninggal, niat baik yang disampaikan kepada anak dapat menjadi bumerang. "Habis ngomong begitu, mati beneran. Lihatnya bagus, cuman tak tahunya apa? Nyiksa anak," tegasnya. Pesan ini menjadi peringatan agar orang tua tidak menyusahkan anak dengan harapan yang tidak realistis.

Ia menjelaskan lebih lanjut, "Itu kalau Anda berbuat baik, kok menggantungkan ke anak? Anda menyiksa anak."

Hal ini menggambarkan bagaimana harapan yang terlalu tinggi dapat memberikan tekanan kepada anak untuk memenuhi ekspektasi orang tua.

Wasiat yang Menjerumuskan Anak

Ilustrasi menolong, membantu, berbuat baik, kebaikan
Ilustrasi berbuat baik, kebaikan. (Image by jcomp on Freepik)

Dalam konteks ini, Buya Yahya memberikan contoh bagaimana keputusan yang diambil dapat memengaruhi kehidupan anak. "Anak waktu mau jual tanah, laku Rp20 miliar, mikir dia, Rp20 miliar mau dikasihkan, wah setan mulai masuk," ujarnya. Proses penjualan tanah menjadi momen yang sulit bagi anak karena adanya beban mental.

"Anda berarti telah menjerumuskan. Anda nyiksa anak," tegasnya. Hal ini menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang jelas antara orang tua dan anak mengenai harta dan tanggung jawab.

Buya Yahya menyarankan agar orang tua lebih proaktif dalam berbuat baik selama hidupnya. "Kalau ingin berbuat baik hari ini, mana kekayaan Anda?" tanyanya. Pertanyaan ini bertujuan untuk mendorong orang tua agar tidak menunggu waktu yang tepat untuk beramal.

Ia menegaskan pentingnya tindakan nyata dalam menggunakan harta untuk kebaikan. "Harta yang Anda miliki seharusnya digunakan untuk membangun, bukan untuk menyiksa anak setelah Anda pergi," tambahnya. Dengan demikian, harta yang dimiliki dapat membawa manfaat bagi orang lain.

Sebagai penutup, Buya Yahya mengajak semua orang tua untuk berpikir matang-matang tentang warisan yang akan diberikan kepada anak. "Jadilah orang tua yang bijak, agar anak Anda tidak terbebani dengan harta yang justru menyiksa," pungkasnya.

Pesan semacam ini seharusnya menjadi renungan bagi setiap orang tua untuk menyusun warisan yang membawa kebaikan.

Dengan pembahasan ini, KH Yahya Zainul Ma'arif berharap agar setiap orang tua dapat memberikan warisan yang positif dan tidak membebani anak dengan tanggung jawab yang berat. Dalam setiap keputusan, penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap generasi berikutnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya