Liputan6.com, Jakarta - Puasa Nisfu Sya’ban merupakan salah satu amalan sunnah yang dikerjakan pada 15 Sya’ban. Ulama kharismatik Ustadz Abdul Somad (UAS) menyarankan bagi muslim yang sehat untuk melakukan puasa sunnah Nisfu Sya’ban.
“Bagi yang tidak sanggup ya tidak apa-apa. Tapi kan kita sudah diberi Allah umur panjang, badan sehat, ya puasa. Belum tentu tahun depan kita masih hidup lagi. Mungkin hidup tapi sudah tidak sehat,” kata UAS dikutip dari Youtube SDN Sobang 1, Kamis (13/2/2025).
Advertisement
Puasa Nisfu Sya’ban diawali dengan niat. Niat puasa Sya’ban dilakukan pada malam hari hingga sebelum terbit fajar. Namun, karena ini merupakan puasa sunnah, maka niat boleh dilakukan pada pagi atau siang hari sebelum Dzuhur.
Advertisement
Baca Juga
Tata caranya puasa Nisfu Sya’ban tidak berbeda jauh dengan puasa pada umumnya. Selain mewajibkan niat, puasa ini juga harus menahan lapar, haus, dan hawa nafsu sepanjang hari. Waktu berbukanya ialah ketika adzan Maghrib berkumandang.
Puasa Nisfu Sya’ban tahun ini jatuh pada Jumat, 14 Februari 2025. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah boleh mengerjakan puasa sunnah di hari Jumat saja? Simak penjelasan UAS dan Ustadz Adi Hidayat (UAH) di halaman selanjutnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan UAS
Boleh atau tidaknya puasa Nisfu Sya’ban hanya Jumat berpedoman pada hukum mengerjakan puasa sunnah pada umumnya di hari Jumat. Ustadz Abdul Somad menegaskan puasa hanya di hari Jumat saja tidak boleh, harus disertai dengan hari lainnya.
“Tidak boleh berpuasa Jumat tunggal sendirian. Maka, kalau berpuasa di hari Jumat dahului hari Kamis. Kamis-Jumat. Atau didahulukan hari Jumat, besok ditambah dengan hari Sabtu. Jumat-Sabtu. Kamis-Jumat boleh, Jumat-Sabtu boleh,” jelas UAS dikutip dari YouTube Ummum Haniya.
Beda halnya dengan puasa Dawud. Jika Jumat jadwalnya puasa Dawud, maka boleh puasa di hari tersebut meski tidak didahului atau ditambah satu hari setelahnya.
“Kalau bertepatan dengan puasa Dawud, maka boleh puasa sendirian. Begitu juga dengan puasa qadha. Mepet sudah dekat Ramadhan, maka dia ganti (pada hari Jumat), boleh,” kata UAS.
UAS mengungkapkan alasan tidak boleh berpuasa hanya di hari Jumat. Sebab, Jumat adalah hari raya umat Islam, sama halnya seperti Idulfitri dan Iduladha yang diharamkan berpuasa.
“Mengkhususkan Jumat satu hari takzimat karena mengagungkan hari Jumat dengan puasa, maka dilarang Nabi Muhammad SAW,” tutur UAS.
Advertisement
Penjelasan UAH
Penjelasan UAS senada dengan Ustadz Adi Hidayat. UAH mengatakan bahwa puasa di hari Jumat boleh dilakukan jika ada sebab tertentu. Misalnya, sebab yang mewajibkan harus berpuasa, baik karena puasa Ramadhan, puasa nazar, atau puasa Dawud.
“Tapi kalau menyengaja puasa di hari Jumat tanpa ada alasan, itu tidak dibenarkan. Gak boleh hukumnya karena Jumat itu hari raya untuk umat Islam yang khusus datang setiap pekan. Maka, tidak boleh menyengaja puasa di hari itu tanpa ada keterkaitan dengan puasa-puasa yang lainnya,” jelas UAH dikutip dari YouTube Ummum Haniya.
Dengan demikian, muslim tidak boleh puasa Nisfu Sya’ban hanya di hari Jumat tanpa didahului sehari sebelumnya atau ditambah dengan hari berikutnya. Jika Kamis kemarin tidak berpuasa, maka Sabtu harus berpuasa.
Wallahu a’lam.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)