Liputan6.com, Jakarta - Dalam kaidah, sedekah orang yang berutang tidak diterima. Sementara, sebagian besar orang pasti ingin bersedekah atau berbagi.
Lantas, bagaimana agar sedekah seseorang bisa diterima meski belum bisa melunasi utang?
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Penjelasan Buya Yahya mengenai cara agar sedekah tetap diterima walau masih berutang menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Rabu (26/2/2025).
Artikel kedua yang juga menyita perhatian adalah boleh dan tidaknya seseorang berpuasa Kamis, apabila sehari setelahnya sudah 1 Ramadhan.
Sementara, artikel ketiga terpopuler yaitu bacaan niat puasa Ramadhan yang pendek. Menurut Buya Yahya, niat puasa versi pendek maupun panjang tetap sah.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Sedekah Orang yang Berutang Tak Akan Diterima, Ini Solusinya dari Buya Yahya
Sedekah merupakan amalan yang perlu diperbanyak. Sedekah bukan semata-mata menyisihkan sebagian rezeki untuk membantu orang lain. Lebih dari itu, sedekah mengandung banyak keutamaan yang akan didapatkan oleh orang yang mengamalkannya.
Sedekah tidak mengenal sedang kaya maupun melarat. Sedekah dianjurkan dilakukan setiap saat. Meskipun jumlahnya hanya sedikit, tapi akan dicatat sebagai amalan yang besar jika diniatkan karena Allah SWT.
“Orang yang ingin berbuat baik seharusnya tidak melewatkan kesempatan bersedekah setiap hari semampunya, meskipun sedikit. Bersedekah dengan diam-diam lebih baik daripada memperlihatkannya,” kata Syekh Zainuddin al-Malibari dalam kitab Fathul Mu‘in, dinukil via NU Online, Selasa (25/2/2025).
Islam telah memberikan rambu-rambu khusus mengenai sedekah. Sebaiknya, sedekah dilakukan karena Allah SWT bukan ingin dilihat orang lain. Orang yang pamer sedekah dan memiliki niat sombong tidak akan mendapat pahala.
Terkait dengan sedekah, seorang jemaah Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya. Dia mendengar ceramah dari Buya Yahya bahwa sedekah orang yang berutang tidak akan diterima.
Lantas, bagaimana solusinya agar tetap mendapat pahala sedekah meski memiliki utang kepada orang lain? Simak penjelasan Buya Yahya.
Advertisement
2. Bolehkah Puasa Kamis jika Sehari setelahnya Ramadhan? Ini Kata UAS dan Buya Yahya
Puasa adalah amalan yang tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadhan. Puasa yang dikerjakan di luar bulan Ramadhan hukumnya sunnah (kecuali puasa nazar dan qadha). Meski sunnah, amalan tersebut sangat baik dilakukan karena Rasulullah SAW juga mengamalkannya.
Ada banyak puasa sunnah yang dapat dilakukan, seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, puasa Dawud, atau puasa pada bulan tertentu (puasa Syawal, puasa Rajab, dan sebagainya).
Masing-masing puasa sunnah memiliki keutamaan tersendiri. Misalnya, puasa Kamis yang merupakan hari diserahkannya amal manusia. Keutamaannya, orang yang berpuasa di hari Kamis akan diserahkan amalannya dalam keadaan beribadah.
"Amal perbuatan manusia akan disampaikan pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka aku ingin amalku diserahkan saat aku berpuasa.” (HR Tirmidzi)
Kamis, 27 Februari 2025 merupakan jadwal puasa sunnah sebelum memasuki Ramadhan 1446 H. Pertanyaannya, masih bolehkah muslim puasa Kamis jika sudah mendekati Ramadhan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan Ustadz Abdul Somad dan KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.
3. Buya Yahya Bagikan Bacaan Niat Puasa Ramadhan Pendek, Tetap Sah
Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan membutuhkan niat yang jelas. Namun, masih banyak yang mempertanyakan apakah niat puasa harus diucapkan panjang atau cukup dengan kalimat pendek.
KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah di Cirebon, memberikan penjelasan mengenai makna niat puasa.
"Niat itu intinya di dalam hati, karena niat adalah maksud untuk berpuasa Ramadhan," ujar Buya Yahya dalam ceramahnya.
Pernyataan yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @risalah_hidup ini, Buya Yahya menegaskan bahwa niat tidak harus diucapkan secara panjang, karena yang paling utama adalah adanya tekad di dalam hati.
Jika seseorang ingin mengucapkan niat puasa, maka cukup dengan kalimat sederhana seperti "Aku niat puasa Ramadan esok hari" atau "Aku niat puasa Ramadan besok", maka sudah dianggap sah.
Menurut Buya Yahya, selama ini banyak orang yang terbiasa mengucapkan niat panjang, seperti "Nawaitu shauma ghodin an adā’i fardhi syahri Ramadan…" dan sebagainya.
Namun, jika seseorang mengucapkan niat panjang dengan lisan sambil memahami maknanya di dalam hati, maka itu tetap sah.
Advertisement
