Liputan6.com, Jakarta Di bulan suci Ramadhan, umat Muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa sebagai salah satu rukun Islam. Namun, tak jarang di tengah menjalankan ibadah puasa, seseorang menghadapi situasi yang memicu emosi hingga berkata kasar. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah berkata kasar membatalkan puasa yang sedang dijalankan? Pertanyaan ini menjadi kekhawatiran banyak orang yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Baca Juga
Advertisement
Dalam tuntunan Islam, puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari berbagai hal yang kurang baik, termasuk berkata kasar. Namun, sejauh mana dampak dari berkata kasar membatalkan puasa menjadi pertanyaan yang perlu penjelasan lebih detail. Pemahaman yang tepat tentang hal ini sangat penting agar ibadah puasa kita tetap sah dan mendapatkan pahala yang maksimal.
Untuk menjawab pertanyaan apakah berkata kasar membatalkan puasa, perlu diketahui terlebih dahulu hal-hal apa saja yang secara syariat Islam dapat membatalkan puasa. Dengan memahami hal ini, kita dapat mengetahui posisi berkata kasar dalam konteks ibadah puasa dan bagaimana menyikapinya dengan tepat agar puasa tetap bernilai di sisi Allah SWT.
Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi lengkapnya, pada Selasa (4/3).
Hal-Hal yang Membatalkan Puasa dalam Islam
Dalam syariat Islam, ada beberapa hal yang secara jelas disebutkan dapat membatalkan puasa. Menurut buku Tuntunan Puasa Menurut Al-Quran dan Sunah karya Alik Al-Adhim, terdapat tujuh hal yang dapat membatalkan puasa, yaitu:
- Makan dan minum dengan sengaja
- Muntah dengan sengaja
- Hubungan suami-istri di siang hari
- Hilang atau berubah niat
- Murtad
- Keluar air mani dengan sengaja
- Haid dan nifas
Ketujuh hal di atas merupakan pembatal puasa yang telah disepakati oleh para ulama. Hal-hal tersebut jika dilakukan dengan sengaja dan dalam keadaan sadar akan membatalkan puasa seseorang. Jika seorang Muslim melakukan salah satu dari ketujuh hal tersebut ketika berpuasa, maka ia wajib mengganti puasanya di hari lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa berkata kasar tidak termasuk dalam daftar hal-hal yang secara langsung membatalkan puasa. Namun, ini tidak berarti bahwa berkata kasar diperbolehkan saat berpuasa. Islam mengajarkan bahwa puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari perbuatan sia-sia dan perkataan buruk.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنْ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ فَقَطْ الصِّيَامُ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ
Artinya: "Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum saja, puasa juga menahan diri dari berkata sia-sia dan keji/kotor." (HR. Bukhari dan Muslim)
Advertisement
Kedudukan Berkata Kasar dalam Ibadah Puasa
Menurut penjelasan Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Surakarta, Aly Mashar, berkata kasar dan kotor ketika sedang menjalankan puasa di bulan Ramadan tidak sampai membatalkan puasa. Beliau menjelaskan bahwa berkata kasar masuk dalam kategori akhlak atau etika berbicara. Meskipun tidak membatalkan puasa, hal tersebut dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala puasa yang sedang dijalankan.
"Bahwa marah, terus muncul berkata kotor itu masuknya kategori akhlak atau etika bicara. Itu tidak sampai membatalkan puasa, tapi paling nanti akan menghilangkan pahala puasanya," kata Aly Mashar, sebagaimana dilansir dari berbagai sumber.
Penting untuk dipahami bahwa konteks dari perkataan kasar juga perlu diperhatikan. Aly Mashar menekankan, jika kata-kata kotor itu diucapkan tanpa berniat mencela orang lain dan merupakan pembicaraan yang umum atau lazim dalam sebuah komunitas tanpa disertai emosi yang meledak-ledak, maka hal tersebut tidak menjadi masalah yang serius.
"Kalau itu memang konteksnya adalah pembicaraan yang umum, yang lazim di dalam komunitas itu sendiri atau mungkin dengan kedua orang yang berkomunikasi tanpa dibarengi dengan emosi yang meledak-ledak, itu tidak masalah," jelasnya. "Tapi kalau dalam pembicaraan ini, sebetulnya yang paling ditekankan adalah sifat marahnya tadi. Marah kan dosa, kemudian kesengajaan berbicara kotornya itu dengan untuk mencela orang lain," tambah Aly Mashar.
Konsep Puasa dalam Islam: Lebih dari Sekedar Tidak Makan dan Minum
Puasa dalam Islam memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar menahan diri dari makan dan minum. Puasa juga merupakan bentuk latihan spiritual untuk mengendalikan diri dari berbagai hal buruk, termasuk berkata kasar, marah-marah, dan perbuatan sia-sia lainnya.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi dan Hakim, Rasulullah SAW bersabda:
الصيام جنة إذا كان أحدكم صائما فلا يرفث، ولا يجهل، فإن امرؤ قاتله، أو شاتمه، فليقل: إني صائم، إني صائم
Artinya: "Puasa itu adalah benteng tatkala salah satu dari kalian puasa maka jangan berkata kotor atau berbuat bodoh, jika ada orang mengajak berkelahi atau menghina, maka katakanlah sesungguhnya saya puasa, sesungguhnya saya puasa." (HR. Baihaqi dan Hakim)
Hadis di atas menunjukkan bahwa puasa seharusnya menjadi benteng atau pelindung yang mencegah seseorang dari melakukan perbuatan buruk, termasuk berkata kotor. Jika ada orang yang mencoba untuk memprovokasi atau mengajak berkelahi, seorang yang sedang berpuasa dianjurkan untuk mengatakan bahwa ia sedang berpuasa, sebagai pengingat bagi dirinya sendiri untuk menahan diri.
Dalam buku "Dalam Pangkuan Sunnah" karya Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi dijelaskan bahwa dengan tidak berkata kasar kita dapat menjaga amalan puasa. Puasa dilakukan untuk melatih keinginan serta memberikan pelajaran kepada hawa nafsu manusia agar dapat terkendali. Saat seseorang dicaci maki, seharusnya ia membalas dengan kebaikan bukan dengan keburukan.
Sayangnya, di era modern seperti sekarang, berkata kasar semakin lumrah terjadi di masyarakat, bahkan melalui media sosial. Hal ini membuat umat Muslim harus lebih berhati-hati, karena meskipun berkata kasar tidak membatalkan puasa, namun dapat sangat berpotensi mengurangi pahala puasa yang sedang dilakukan.
Advertisement
Dampak Berkata Kasar terhadap Kualitas Puasa
Meskipun berkata kasar tidak secara langsung membatalkan puasa, namun hal tersebut dapat berdampak signifikan terhadap kualitas puasa yang dijalankan. Puasa tidak hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menahan hawa nafsu dan memperbaiki akhlak. Ketika seseorang berkata kasar saat berpuasa, ia telah mengurangi kualitas puasanya.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ
Artinya: "Sesungguhnya tidak ada satu hal apapun yang paling berat dalam timbangan kebaikan seorang mu'min pada hari kiamat seperti akhlaq yang mulia, dan sungguh-sungguh (sebenarnya) Allah benci dengan orang-orang yang lisannya kotor serta kasar." (HR. at Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan bahwa Allah sangat membenci orang-orang yang berkata kotor dan kasar. Jadi, meskipun berkata kasar tidak membatalkan puasa secara langsung, namun hal tersebut dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala puasa yang sedang dijalankan.
Ada sebuah hadis lain yang diriwayatkan oleh Al Azdi dan Ad Dailami, Rasulullah SAW bersabda:
"Terdapat lima macam perihal yang membatalkan puasa serta membatalkan wudhu. Kelima hal tersebut ialah: dusta, ghibah, namimah (mengadu domba), menonton wanita yang bukan mahramnya dengan syahwat, dan sumpah palsu (bohong)." (HR. Al Azdi dan Ad Dailami)
Hadis di atas menyebutkan bahwa ada lima hal yang dapat membatalkan puasa, di antaranya adalah dusta, ghibah (menggunjing), dan namimah (mengadu domba). Meskipun berkata kasar secara eksplisit tidak disebutkan, namun jika perkataan kasar tersebut mengandung unsur ghibah atau namimah, maka berpotensi membatalkan puasa.
Dalam era digital seperti sekarang, perkataan kasar bisa terjadi tidak hanya melalui interaksi langsung tetapi juga melalui media sosial. Hal ini membuat umat Muslim harus lebih berhati-hati dalam berinteraksi di media sosial selama bulan Ramadan, agar puasa yang dijalankan tetap berkualitas dan mendapatkan pahala yang maksimal.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW mengajarkan cara mengendalikan emosi dengan mengubah posisi. Jika seseorang sedang marah dan dalam keadaan berdiri, ia dianjurkan untuk duduk. Jika masih marah saat duduk, ia dianjurkan untuk berbaring. Metode ini dapat membantu meredakan emosi dan mencegah seseorang dari berkata kasar.
Selain itu, saat merasa ingin berkata kasar, ada baiknya untuk mengucapkan istighfar dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan. Sebagaimana yang diajarkan dalam hadis, setan selalu berusaha untuk menggoda manusia, termasuk ketika sedang berpuasa.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa berkata kasar tidak secara langsung membatalkan puasa. Namun, perbuatan tersebut dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala puasa yang sedang dijalankan. Puasa dalam Islam bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari perbuatan sia-sia dan perkataan buruk.
Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap Muslim untuk menjaga lisannya dari berkata kasar, tidak hanya selama bulan Ramadan tetapi juga di luar bulan Ramadan. Berkata baik dan sopan merupakan salah satu bentuk ibadah yang dapat meningkatkan kualitas puasa dan mendatangkan ridha Allah SWT.
