Liputan6.com, Jakarta Dalam sebuah pernikahan tiap pasangan mempelai pada umumnya terlebih dahulu tahu dan mengenal pemdampingnya.
Namun, kondisi berbeda terjadi pada sejumlah calon pasangan pengantin di Ponpes Darul Falah Pusat Sidoarjo Jawa Timur.
Pondok ini rutin menggelar nikah massal yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Uniknya, bagi para santri yang hendak mengikuti nikah massal itu tidak mengenal siapa calon pasangan yang akan menemaninya membina rumah tangga.
Advertisement
Baca Juga
Ketua Yayasan Dalilul Falihin Pondok Pesantren Darul Falah Pusat Sidoarjo Syaiful Bakri mengatakan pada tahun ini merupakan yang ketujuh kalinya dilaksanakan nikah massal tersebut.
"Total ada sebanyak 22 orang pasangan pengantin yang dinikahkan tahun ini, yakni pada Minggu (22/5)," katanya saat dikonfirmasi di Sidoarjo, Sabtu (28/5/2022), dilansir dari Antara.
Ia mengatakan para pengantin yang dinikahkan tersebut merupakan santri yang selama ini belajar di pondok bukan berasal dari luar pondok pesantren.
"Selanjutnya mereka setelah menikah ditempatkan di bilik-bilik kamar yang ada di lingkungan pondok pesantren sebelum mereka diberangkatkan untuk membantu cabang kami yang ada di berbagai daerah," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini
Bukan Nikah Siri
Ia mengatakan sejak pertama kali dilakukan nikah massal sampai sekarang jumlah pesertanya sekitar 250 pasangan.
"Mereka yang akan menikah tidak mengetahui siapa yang akan menjadi jodoh mereka karena semuanya masih dirahasiakan hingga selesai dilakukan pembacaan ijab kabul barulah mereka bertemu dengan pasangan masing-masing," katanya.
Namun, Ia mengatakan tidak ada paksaan kepada santri Darul Falah tersebut apakah mereka mau menikah dengan sesama santri dalam pondok atau dengan orang lain.
"Kalaupun mereka mau, ya tanda tangan dan nantinya Bu Nyai (Umi Habibah) selaku pengasuh Pondok Pesantren ini yang akan menentukan karena untuk menentukan pasangan seseorang tidak mudah," katanya.
Ia mengatakan banyak pertimbangan yang dilakukan oleh Bu Nyai untuk menentukan jodoh seseorang. Termasuk di antaranya perilaku, pengetahuan, berat dan tinggi badan serta yang terakhir shalat istikharah.
"Kami juga berkoordinasi dengan pihak KUA supaya tidak membocorkan siapa calon pengantin yang dinikahkan. Pernikahan yang dilakukan ini sah di KUA, tidak ada yang nikah siri," katanya.
Salah satu santri yang mengikuti nikah massal bernama Khusnul mengatakan jika dirinya tidak tahu kalau yang menjadi calon suaminya tersebut adalah tetangga desa tempat tinggalnya.
"Waktu itu saya tidak tahu siapa calon suami saya. Setelah akad nikah baru tahu kalau yang menjadi suami saya adalah tetangga desa. Saya ikut program nikah massal tersebut tahun 2007 dengan peserta sekitar 68 pasangan," katanya.
Â
Advertisement