Liputan6.com, Jakarta - Kemerdekaan bangsa-bangsa dunia ketiga tidak lepas dari andil presiden RI pertama Bung Karno. Propaganda semangat nasionalisme Bung Karno didengar di seluruh penjuru dunia. Tujuan Bung Karno sangat mulia, untuk menghapuskan penjajahan di dunia.
Fakta tersebut diungkapkan oleh Pakar Politik Ikrar Nusa Bhakti di Podcast Bung Karno Series Youtube BKN PDI Perjuangan bersama host Aris Setiawan Yodi pada Selasa, 13 Juni 2023.
Baca Juga
"Bung Karno mendapat predikat bapak kemerdekaan bagi bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika latin," kata mantan Dubes Indonesia untuk Tunisia itu.
Advertisement
Ikrar mengungkapkan Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung berhasil membakar semangat negara-negara Asia dan Afrika untuk merdeka. Bung Karno bahkan secara khusus membuat kantor kemerdekaan bagi wilayah Arab Maghriyi di Menteng.
"Pedagang Arab dulu menyebut nama para wisatawan Indonesia dengan Soekarno dan kini mereka menyapa kita dengan nama Jokowi," katanya Guru Besar Riset LIPI tersebut.
Ikrar berpandangan pemuda saat ini harus memiliki semangat seperti Bung Karno. Pada umur 26 tahun, setelah lulus dari ITB, Sukarno mendirikan PNI.
Ia berpendapat, mahasiswa sebaiknya tidak hanya meningkatkan kompetensinya, tetapi juga harus memiliki sensitivitas politik, agar menjadi pemikir hebat dan juga pejuang yang mampu menduduki jabatan-jabatan publik.
Pemuda jangan terjebak pada almamaterisme, imbuh Ikrar, karena hal itu tidak sesuai dengan semangat Bung Karno. Dahulu hal tersebut kerap dilakukan, bahkan ada satu kementerian didominasi pejabat dari almamater yang sama.
"Tapi seiring perkembangan zaman, keterbukaan informasi mampu mengurangi sistem kolusi yang sangat buruk ini,” tegasnya.
Pria kelahiran 27 Oktober 1957 ini mengingatkan agar anak muda kekinian harus mengingat awal-awal kemerdekaan Indonesia. Ia menegaskan, saat itu Bung Karno berfokus untuk membangun solidaritas masyarakatnya dibandingkan urusan ekonomi.
"Indonesia pada saat itu dikotak-kotakkan oleh Belanda, dibagi menjadi golongan-golongan agar terpecah belah. Bung Karno tidak ingin melihat hal itu, karena hal itu menjadi sumber perpecahan bangsa ke depannya," ia menambahkan.