Harga 'Jedot' di Anyer Akibat Minimnya Pengawasan Pemkab Serang

Di Anyer, lesehan kaki lima menawarkan makanan yang biasa, namun dengan harga yang sama dengan hotel bintang lima.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 07 Sep 2014, 21:00 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2014, 21:00 WIB
Bon Harga Resto di Anyer
Foto: Yandhi Deslatama / Liputan6.com

Liputan6.com, Anyer- Minimnya kontrol aparat pemerintah Kabupaten Serang, Banten, terhadap tempat wisata di wilayah Anyer, dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk memainkan harga makanan dan minuman di tempat wisata tersebut.

Lesehan kaki lima menawarkan makanan yang biasa, namun dengan harga yang sama dengan hotel bintang lima. Bahkan, daftar menu dan harga pun tak ditunjukkan oleh para pedagang dengan alasan takut.

"Saya tidak tahu siapa yang mengatur sehingga harganya bisa seragam gini," kata Dedeh, pemilik rumah makan selera Lesehan

Dedeh yang sudah paruh baya ini enggan berkomentar lebih jauh lagi dengan alasan takut jika sampai ketahuan oleh orang tertentu.

Lokasi rumah makan lesehan yang berjejer di kawasan wisata Anyer, khususnya yang berada tepat di depan Pantai Karang Bolong, Kabupaten Serang, terlihat seperti lokasi rumah makan biasa. Tapi anda akan terkaget ria jika sudah melihat tarif harganya yang dikeluarkan sesudah perut Anda kenyang.

"Saya kaget makan disini sampe ratusan ribu gini. Biasanya makan nasi goreng nggak sampe Rp 200 ribu, tapi ini kena Rp 187 ribu," kata Deden, wisawatan asal Jakarta yang ditemui Liputan6.com usai mengisi perut di parkiran pantai Karang Bolong, Minggu (7/9/2014).

Deden bersama 5 orang temannya yang memesan 5 buah nasi goreng biasa dan es teh manis sempat mempertegas soal harga yang dikenakan. Tetapi sang pemilik warung tetap dengan pendiriannya. Dengan alasan bahwa memang harga di tempat wisata tak ada yang murah. "Anyer kan terkenal sama pantainya. Wisatawan lokal sampai luar negeri juga tahu. Kalau kaya gini, bisa rusak," terang Deden.

Lokasi rumah makan lesehan di kawasan Anyer saat ini menjadi perbincangan hangat di sejumlah jejaring media sosial Facebook hingga Twitter.

Mereka mengunggah foto nota pembayaran yang ditanggapi miring oleh para komentatornya. Para pengomentar ini pun menyalahkan pemerintah daerah yang kurangnya pengawasan. Nha, sepertinya pemerintah mulai perlu bertindak agar potensi wisata di Karang Bolong berkurang hanya karena 'getokan' harga setiap kali hendak mengisi perut di restoran ataupun rumah makan.

Sebelumnya, sejumlah keluhan telah beredar di jaringan akun media sosial perihal mahalnya harga makanan di rumah makan di Anyer dan Karang Bolong. Bahkan, ada yang 'terpaksa' membayar hingga Rp 1 juta untuk sejumlah makanan yang seharusnya diperkirakan habis hanya ratusan ribu rupiah.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya