Sungai Klawing Jadi Wisata Susur Sungai Andalan Purbalingga

Banyak aktivitas wisata yang ditawarkan Sungai Klawing di Purbalingga, mulai dari wisata petualangan hingga wisata kuliner.

oleh Aris Andrianto diperbarui 10 Jan 2016, 16:06 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2016, 16:06 WIB
Sungai Klawing
foto: Pemprov Jawa Tengah

Liputan6.com, Purbalingga Angin sepoi-sepoi membuat udara di tepian sungai Klawing yang melintas di Desa Wisata Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, terasa menjadi sejuk. Rimbunan pohon bambu disertai suara gesekan dahannya membuat suasana semakin nyaman untuk berlama-lama santai. Sembari duduk di gasebo bambu yang tersedia, Anda bisa melihat kokohnya jembatan Linggamas.

“Suasananya sangat nyaman untuk bersantai di tepian sungai Klawing. Kita bisa menyaksikan aktivitas nelayan yang mencari ikan, petani yang berkebun pepaya serta kokohnya jembatan Linggamas,” tutur Cici, salah satu pengunjung dari Cilacap, Kamis (7/1/2016).

Cici mengaku, dirinya beserta keluarga mampir ke sekitar jembatan Linggamas setelah melakukan perjalanan dari Banjarnegara. Menurutnya jalur Desa Kedungbenda merupakan jalur pintas menuju Purwokerto.

“Kami bersama keluarga sengaja melalui jalur alternatif yang lebih singkat sembari menikmati suasana desa. Secara kebetulan melalui Desa Kedungbenda dan sekalian mampir untuk mengunjungi beberapa daya tarik yang ada,” ujarnya.

Di lokasi ini wisatawan bisa menyusuri sungai dengan menggunakan perahu wisata. Cukup dengan Rp 5 ribu per orang, wisatawan bisa menjelajahi sungai dengan perahu yang bisa menampung 8 hingga 12 orang.

Wisatawan yang menggunakan jasa perahu akan diajak mengunjungi perkebunan pepaya. Yang menarik, kebun pepaya ini menawarkan wisata agro, pengunjung bisa membeli pepaya dan memilihnya langsung dari pohon. Tak hanya itu, wisatawan juga akan diajak mengunjungi perkampungan nelayan.

Di perkampungan nelayan, wisatawan bisa melihat kehidupan para nelayan sungai dan membeli oleh-oleh khas, yaitu ikan Senggaringan dan Kupat Landan. Kupat Landan seperti kupat pada umumnya, namun yang membedakannya adalah kupat ini dimasak menggunakan air yang dicampur abu batang padi dan Blungkang (pelepah daun kelapa).

Sungai Klawing menawarkan aktivitas wisata yang lengkap, mulai dari wisata petualangan hingga wisata kuliner di kampung nelayan.

“Cukup dengan Rp 10 ribu, kami bisa menikmati seekor ikan Senggaringan yang digoreng dan satu buah ketupat. Rasanya sungguh enak,” ungkap Sumedi, salah seorang pengunjung yang lain.

Bagi wisatawan yang ingin sekedar jalan-jalan, bisa menyusuri jalan setapak disepanjang tepian sungai. Pengelola desa wisata setempat telah membuat jalan setapak yang aman dan asri. Di beberapa titik jalan setapak tersebut disediakan gasebo lengkap dengan pemandangan Sungai Klawing.

Pegiat desa wisata Kedungbenda, Slamet Lugito mengungkapkan, pihaknya bersama anggota Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Pesona Linggamas terus berbenah untuk menyambut wisatawan yang datang ke Kedungbenda. Berbagai wahana dan paket wisata pun telah disediakan, seperti bersepeda mengelilingi alam pedesaan, belajar gamelan dan mendalang, kunjungan ke Congot (lokasi pertemuan Sungai Serayu dan Klawing), situs Lingga Yoni, telusur sungai dengan Perahu, kuliner kupat Landan dan ikan Senggaringan, serta mi Nyemek khas desa.

“Kami terus melakukan pembenahan secara fisik dan kemampuan sumber daya manusia pengelola. Kami berharap, Pemkab Purbalingga melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Dinbudparpora) serta Bappeda Purbalingga untuk terus mendampingi kami dan memberikan dukungan untuk pengembangan wisata sungai,” harap Slamet Lugito.

Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparora Purbalingga, Prayitno mengatakan, Dinbudparpora akan terus memberikan pendampingan baik dari sisi peningkatan sumberdaya manusia pelaku wisata melalui berbagai pelatihan, dan penambahan wacana pengelolaan desa wisata melalui kegiatan studi komparatif. Selain itu, pihaknya juga akan menempatkan fasilitator pendamping di desa Kedungbenda. Sementara Bappeda, mendukung penganggaran untuk infrastruktur menuju desa Kedungbenda serta dukungan melalui Bantuan Keuangan Khusus.

“Kami juga melibatkan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait lainnya untuk mendukung pengembangan desa wisata Kedungbenda, seperti Dinperindagkop dalam hal pembinaan UKM di desa sebagai pendukung souvenir wisata,” kata Prayitno.

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya