Cap Go Meh, Pulau Kemaro, dan Legenda Keabadian Cinta

Ada cerita legenda di balik keberadaan Pulau Kemaro, yang menjadi pusat perayaan Cap Go Meh di Palembang.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 17 Feb 2016, 20:45 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2016, 20:45 WIB
Cap Go Meh, Pulau Kemaro, dan Legenda Keabadian Cinta
Ada cerita legenda di balik keberadaan Pulau Kemaro, yang menjadi pusat perayaan Cap Go Meh di Palembang.

Liputan6.com, Jakarta Pulau Kemaro menjadi lokasi utama perayaan Cap Go Meh di Palembang. Sekitar 80 ribu wisatawan, baik wisatawan Nusantara maupun wisatawan mancanegara, diprediksi akan meramaikan perayaan yang digelar mulai 18 hingga 23 Februari. Namun demikian, tahukah Anda perihal Legenda Pulau Kemaro?

Keberadaan Pulau Kemaro tidak lepas dari legenda yang menceritakan saudagar Tiongkok bernama Tan Bun An. Dalam sebuah monumen yang ada di Pulau Kemaro diceritakan, Tan Bun An menjalin kasih dengan perempuan asli palembang bernama Siti Fatimah. Keduanya kemudian meminta restu pernikahan kepada orangtua Tan Bun An. Sepulang dari kunjungan ke rumah orantuanya, Tan Bun An mendapat hadiah 7 guci.

Di tengah perjalanan menyusuri sungai Musi, Tan Bun An membuka salah satu guci tersebut yang ternyata isinya hanyalah sawi-sawi asin. Tanpa pikir panjang, Tan Bun An membuang semua guci ke sungai. Saat ingin membuang guci yang ke tujuh, guci tersebut tak sengaja pecah, dan Tan Bun An mendapati ada harta berupa emas di dalam sawi-sawi asin.

Tan Bun An menyesali perbuatannya dengan langsung terjun ke sungai untuk mencari harta tersebut. Melihat kejadian itu, sang pengawal ikut terjun untuk mencari Tan Bun An. Lama ditunggu keduanya tak jua muncul, cintanya yang besar terhadap Tan Bun An membuat Siti Fatimah lantas turut menceburkan dirinya ke sungai. Ketiganya pun hilang bersama harta yang telah dibuang. Namun dalam satu versi cerita yang lain, jasad ketiganya ditemukan dan di makamkan di sebuah delta yang kini dikenal dengan nama Pulau Kemaro.

Legenda Tan Bun An tersebut membuat Pulau Kemaro identik dengan kesetiaan cinta Siti Fatimah. Bahkan tak jarang dari masyarakat sekitar percaya, tiap pasangan yang datang ke Pulau Kemaro saat perayaan Cap Go Meh, cinta mereka akan langgeng.

Pulau Kemaro yang kini menjadi salah satu ikon pariwisata Palembang awalnya merupakan delta dengan luas sekitar 30 hektar. Menjadi tempat bagi ratusan kepala keluarga, Pulau Kemaro berisi situs peninggalan budaya Tionghoa, seperti kelenteng hingga makan penunggu pulau yang diyakini sebagai makam Tan Bun An dan Siti Fatimah. Yang menarik dari Pulau Kamaro adalah pagoda yang berdiri megah.

Irene Camalyn Sinaga, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan, berdasarkan rilis yang diterima Liputan6.com, Selasa (16/2/2016) mengatakan, “Tradisi dan legenda yang ada di Pulau Kemaro tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tionghoa di Kota Palembang, luar kota, hingga luar negeri untuk datang dan berkunjung ke Pulau kemaro saat Cap Go Meh."

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya