Jatuh Bangun Waldjinah Lestarikan Musik Keroncong

Di usianya yang semakin menua, Waldjinah tetap setia dengan musik keroncong. Tak ingin punah, ia tetap berusaha melestarikannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jul 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2017, 12:00 WIB
Jatuh Bangun Waldjinah Lestarikan Musik Keroncong
Di usianya yang semakin menua, Waldjinah tetap setia dengan musik keroncong. Tak ingin punah, ia tetap berusaha melestarikannya. (Foto: Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta Di usianya yang semakin menua, Waldjinah tetap setia dengan musik keroncong. Tak ingin punah, ia tetap berusaha melestarikannya. Bukan dengan bernyanyi di panggung, tapi penyanyi langganan Istana Negara saat peringatan 17 Agustus ini melestarikannya dengan eksis menjadi orang di balik layar Solo Keroncong Festival (SKF).

Solo Keroncong festival (SKF) 2017 digelar Jumat-Sabtu, 21-22 Juli 2017 di Benteng Vastenburg. Ini adalah kali kedua bagi Waldjinah untuk berada di belakang layar semenjak kembali bugar setelah sejak tahun 2012 keluar masuk rumah sakit. Pelantun Walang Kekek ini pernah mengalami penyumbatan jantung, gelaja stroke hingga gangguan pencernaan.

“Pokoknya tetap melestarikan keroncong. Sudah enggak dibolehkan nyanyi lagi sama anak-anak. Daripada nanti sakit lagi. Sekarang kegiatannya di belakang layar SKF, “ kata Waldjinah di kediamannya, Jumat, 21 Juli 2017.

Walau sudah kembali bugar, gerak Waldjinah tetap terbatas. Saat keluar rumah dan harus berjalan jauh, dia harus menggunakan bantuan kursi roda. Bahkan setiap seminggu sekali, dia harus melakoni terapi untuk kesehatan perutnya selepas gangguan lambung dan pencernaannya.

“Biasanya tukang terapinya dibawa sini, kadang juga saya ke sana. Rumahnya di Sukoharjo, “ kata penyanyi kelahiran 7 November 1945 ini.

Di usianya yang semakin menua, Waldjinah tetap setia dengan musik keroncong. Tak ingin punah, ia tetap berusaha melestarikannya. (Foto: Fajar Abrori)

Di sela-sela itu, ia juga harus woro-wiri mencari sponsor untuk acara Solo Keroncong Festival. Gelaran ini merupakan event dari Pemkot Solo. Mengingat dana terbatas, Waldjinah yang ikut dalam kepanitiaan, juga harus ‘bergerak’ agar acara untuk pelestarian musik keroncong ini tetap terlaksana. “Ya memang capek, tapi harus (dilakukan, red) demi keroncong, “ ucap dia.

SKF 2017 mengambil tema Geliat Kawula Muda Wasis Bermain dan Bernyanyi Keroncong. Ada sembilan grup orkes keroncong yang berpartisipasi, antara lain OK Pandawa (Solo), OK Rinonce (Yogyakarta), OK Pempek (Kediri) dan OK Wahyu Tumurun (Solo), OKM Sendratasik Unnes (Semarang), OK Gita Abadi (Tulungagung), OK Ranisinar (Bandung), OK Marlubu (Malang) dan OK SKF 17 (Solo).

“SKF 2017 ini kita fokuskan untuk kawula muda yang ingin mengekspresikan keroncong, keroncong variasi, keroncong rok. Kita memberikan kebebasan kepada anak muda untuk berekspresi," jelas Ary Mulyono, Steering Comitte SKF 2017.

Waldjinah menambahkan, perkembangan musik keroncong sudah bagus. Sebagai musisi, ia tidak anti dengan perubahan. Buktinya, ia mendukung anak-anak muda untuk melakukan eksplorasi musik keroncong. “Mau didangdutkan ya silakan. Yang suka orkestra juga monggo. Atau yang suka musik rock dan dipadukan keroncong juga boleh, “ ungkap Waldjinah.

Fajar Abrori

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya