Mengibarkan Semangat Kreatif di Menara Kibar

Menara Kibar menjadi salah satu coworking space yang banyak digunakan anak muda kreatif Jakarta untuk menciptakan solusi.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 04 Sep 2017, 13:48 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2017, 13:48 WIB
Melihat Menara Kibar
Mural di dinding yang menghiasi Menara Kibar di Jakarta, Selasa (29/8). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Berhenti bekerja pada 2010, Yansen Kamto punya tekad kuat bahwa skill yang dimilikinya harus bisa bermanfaat untuk lebih banyak orang, khususnya anak muda kreatif Indonesia. Dalam pandangan Yansen, Indonesia tidak pernah kehabisan anak muda kreatif, hanya saja mereka masih minim kesempatan dan bantuan.

“Daripada saya bantu terus-terusan korporasi besar, mending saya bantu mereka. Akhirnya saya bikinlah perusahaan yang bernama KIBAR,” ungkap Yansen kepada Liputan6.com di Menara Kibar beberapa waktu lalu.

Berawal dari kerja di foodcourt, pindah dari kafe ke kafe, Yansen Kamto merasakan “nikmatnya” kerja tanpa kantor, tanpa mentor, dan tidak punya modal. Pada 2012 dirinya mendapat kesempatan meminjam ruang kantor temannya berukuran dua kali empat meter, kemudian sempat pindah ke gudang berukuran enam kali enam meter untuk dijadikan ruang kantor.

Tahun berikutnya, bersama tiga perusahaan lain, Yansen Kamto mulai menyewa rumah di kawasan Menteng untuk dijadikan ruang kantor. Hingga pada akhirnya, dua perusahaan lain pergi dan KIBAR menyewa secara utuh rumah tersebut. Pada 19 Juli 2017, Yansen Kamto akhirnya punya kantor sendiri di kawasan Cikini, tepatnya di Jalan Raden Saleh no 46A, yang diberi nama Menara Kibar.



“Tim saya dulu selalu galau, tiap hari nanya, hari ini kita ngantor di mana, kita ketemu di mana hari ini? Dan mereka tuh malu ketemu orang ditanya, kantornya di mana? Terus saya bilang, jangan khawatir hari ini kita memang kita kerjanya di foodcourt, tapi suatu saat kita bakal punya gedung sendiri, namanya Menara Kibar. Itu enam tahun yang lalu saya ngomong kayak gitu, dan akhirnya benar terwujud sekarang,” kata Yansen.

Hari ini Yansen Kamto benar-benar mewujudkan cita-cita luhurnya membangun coworking space untuk menbantu anak muda kreatif Indonesia, agar ide-ide mereka lebih mudah untuk direalisasikan melalui semangat kolaborasi. Dengan semangat independen, tanpa campur tangan investor, tidak ada korporasi di belakangnya, Kibar Kreasi Indonesia berdiri dan siap mengguncang dunia dengan ide-ide kreatif anak bangsa.

Menjelma Manusia Kreatif di Menara Kibar

Masuk ke lantai pertama, orang yang datang ke Menara Kibar langsung dihadapkan dengan quote Bung Karno yang membakar semangat. Pada dinding di sebelah meja resepsionis terpampang kalimat “Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera, agar tidak jadi bangsa yang hidup dari 2,5 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.”

Penggunaan kalimat Bung Karno bukan hanya sekadar pembakar semangat, apalagi hanya untuk tujuan politis. Di mata Yansen, Sukarno adalah orang Indonesia yang pertama kali menciptakan start-up, bersama Bung Hatta sebagai co-founder, start-up itu diberi nama “Indonesia”.

Pada bagian yang lain kain tenun asli Sumba menghiasi dinding lantai pertama. Menurut cerita Yansen, kain tenun Sumba ini didapat langsung dari ibu-ibu perajin di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kain tenun dengan motif menawan ini bisa sampai ke Jakarta karena dibantu oleh anak-anak muda dari Universitas Indonesia yang gemar fashion. Dari ibu-ibu perajin di Sumba, kain tenun ini dibuat menjadi beragam item fashion lain dan punya nilai jual tinggi.



“Kita mau perkenalkan ini loh karya orang Indonesia. Sebagus ini karya ibu-ibu Indonesia, tapi banyak orang gak tahu, banyak yang gak bisa mewujudkannya ke pentas dunia. Nah itulah, peranan kita di situ sebagai Kibar,” ungkap Yansen.

Kata “BIKIN” mungkin terdengar sederhana, namun di Menara Kibar kata itu jadi cambuk pembakar semangat lainnya jika dihadapkan dengan kebiasaan orang-orang yang terlalu banyak wacana. Dibuat dengan gaya mural khas Toraja, kata “BIKIN” menghiasi tembok lantai pertama menuju tangga. Nampaknya Yansen ingin, setiap orang yang berkunjung ke Menara Kibar punya semangat yang sama, yaitu semangat mencipta.

“Dari awal memang misinya kita adalah mengibarkan inovasi dari Indonesia. Saya percaya banget dengan kekuatan anak muda Indonesia. Saya sering keliling Indonesia, banyak tempat-tampat menarik di Indonesia, banyak orang hebat, banyak karya hebat, tapi yang mereka tidak punya adalah peluang, opportunity, itu gak dibawa ke mereka,” ungkap Yansen.

Ruang Kantor yang Santai

Masuk ke lantai demi lantai ruang kantor Menara Kibar, yang hadir justru kesan santai ketimbang suasana serius. Di lantai dua misalnya, ada tempat ngopi lengkap dengan berbagai jenis kopi Nusantara yang dihadirkan barista profesional dari Perguruan Kopi. Di lantai ini juga ada lounge yang digunakan sebagai tempat berkumpul dan networking para pengguna coworking space.

Di lantai berikutnya terdapat ruang diskusi lengkap dengan proyektor, bangku anyaman yang nyaman, bangku gantung, hingga kolam mandi bola. Lorong panjang digunakan sebagai tempat para pengguna coworking untuk mengerjakan proyek tentu setelah membicarakan dan mendiskusikannya dengan matang.



Di bagian lainnya juga terdapat privat room, khusus digunakan bagu mereka yang ingin melakukan pembicaraan pribadi via telepon. Tak hanya itu, lantai ini juga dilengkapi dengan ruang pijat yang nyaman plus terapis tunanetra yang berpengalaman.

“Kita sudah berkumpul, saling mendengarkan, kalau ada yang mau serius kita langsung ajak bekerja sama. Baru naik ke lantai empat, kalau serius kita mulai bisa kerjasama, mulai kita bantu idenya, kita cari co-founder, kita bantu mentoringnya, sampai kita invest. Di Lantai lima itu ada Bukopin. Pada saat sudah jadi nih, butuh pendanaan yang cepat, ingin menciptakan dampak yang lebih besar, kita bantu dengan pendanaan dan support apapun dari perbankan,” ungkap Yansen.



Sementara, bagian paling atas menara kibar tulisan “BIKIN” lagi-lagi terpampang nyata di antara taman berkumpul dan meja makan. Ruang bergaya “outdoor” ini kerap digunakan pengelola coworking space sebagai tempat berkumpul komunitas saat menggelar suatu event. Lantai ini dilengkapi kantin dengan sajian menu kuliner Nusantara yang berbeda-beda tiap harinya.

Meski coworking space di Menara Kibar terbuka bagi siapapun, nyatanya untuk bekerja dari tempat ini tidaklah gampang. Yansen menerapkan berbagai persyaratan khusus agar bisa menjaring lebih banyak anak muda kreatif yang mau berkolaborasi.

“Perusahaan yang kita ajak masuk ke dalam coworking space kita itu selain bayar, dia minimal satu punya ide, dua kalau tidak punya ide dia harus punya skill, terakhir yang paling ideal dia harus punya project. Kita selalu mencari anak muda yang mau menciptakan solusi bagi banyak persoalan di Indonesia,” ungkap Yansen.



Secara umum ada lima ranah yang menjadi titik fokus gawean di Menara Kibar, antara lain pertanian, edukasi, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Lima area ini menurut Yansen sangat berkaitan dengan hidup banyak orang, masalahnya juga sangat besar, namun solusinya masih sangat sedikit.

Yansen Kamto menegaskan, jika semua orang berpikir menciptaklan solusi pasti Indonesia jauh lebih besar dan jauh lebih hebat, Indonesia akan disegani sekaligus dihormati, saat itulah Indonesia menjadi bangsa yang benar-benar besar dan berdaya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya