Liputan6.com, Jakarta EQ alias emotional intelligence atau kecerdasan emosional saat ini terlihat lebih diperhitungkan dalam karier. Zamannya intelligent quotient (IQ) alias kecerdasan intelektual sudah berlalu. Apa itu EQ dan apa sajakah keuntungan memiliki EQ yang baik dalam karier?
EQ dan IQ sama-sama standar kecerdasan yang bisa dihitung. Bedanya, EQ adalah ukuran kecerdasan emosional, sedangkan IQ adalah kecerdasan intelektual. EQ berbeda dengan EI alias emotional intelligence, tapi tidak jauh berbeda. EQ itu berupa ukuran atau hasil tes yang dilakukan atas EI. Misalnya dalam tes ada pertanyaan soal sikap kita ketika tahu ada rekan kerja yang sedang kesulitan. Pilihan jawabannya: (A) berusaha membantu; (B) membantu hanya bila diminta; (C) acuh tak acuh. Nah, dari jawaban yang kita pilih itu bisa diukur berapa EQ kita. Ketika EQ kita baik, besar peluangnya perjalanan karier pun baik.
Baca Juga
Urusan kecerdasan emosional ini penting dalam kehidupan sosial. Seseorang yang tingkat kecerdasan intelektualnya hanya rata-rata pun bisa jadi atasan yang baik bila mampu memanfaatkan kecerdasan emosional. Berikut ini keuntungan memiliki EQ yang baik dalam karier seperti dikutip dari DuitPintar.com.
Advertisement
1. Bisa menjadi pemimpin yang lebih efektif
Kecerdasan emosional yang baik akan mempermudah kita membangun relasi yang baik dengan orang lain, termasuk bawahan. Kita akan menjadi pemimpin yang disukai lantaran mampu berkomunikasi dengan efektif dan persuasif. Artinya, kebijakan dan strategi bisnis yang diambil bakal lebih diapresiasi dan diupayakan berhasil secara bersama-sama. Beda jika kita bukanlah pemimpin favorit. Antipati pasti menjalar meski kebijakan yang kita ambil sebetulnya demi kemajuan bersama.
2. Pintar membaca situasi
Kecermatan menempatkan diri dalam berbagai situasi bakal menuntun karier ke arah lebih baik. Orang dengan EQ yang baik tidak akan membuat duka rekan kerja menjadi bahan candaan. Sebaliknya, ketika sedang ada yang bersenang hati, pasti ikut terlibat memberi selamat untuk memberi tanda bahwa kita peduli. Sikap seperti ini bagus untuk karier karena kolega akan merasa nyaman bekerja dengan kita.
3. Pintar bernegosiasi
Berhubungan dengan poin nomor 2, negosiasi tidak bisa dilakukan dengan lancar bila susah membaca situasi. Negosiasi dengan klien, misalnya, harus tahu apa yang dibicarakan dan kapan membicarakannya. Contohnya klien telat menghadiri meeting karena urusan pekerjaan yang belum selesai. Ya sudah, dimaklumi saja karena pekerjaan klien juga penting. Tidak perlu langsung bad mood. Bisa-bisa negosiasi malah mandek dan kita pun kehilangan klien.
4. Lebih tahan banting
Persaingan di dunia kerja bisa aduhai kerasnya. Sesama rekan kerja bisa saling sikut tak kenal ampun. Tapi, kalau punya EQ yang baik, segala serangan tidak akan mempan. Seseorang yang cerdas secara emosional tak gampang tersinggung atau baperan kalau dikritik. Sebaliknya, hal-hal tersebut akan dicerna sebelum direspons. Bila memang tujuannya baik, akan dijadikan bahan perbaikan diri. Bila tidak, akan dimasukkan tong sampah.Setiap orang punya EQ yang berlainan. Untuk mengetahui berapa EQ kita, perlu dilakukan tes. Umumnya, tes seperti ini digelar di fakultas psikologi kampus-kampus. Bisa juga dilakukan oleh psikolog. Namun saat ini banyak situs atau aplikasi online yang mengklaim bisa menyediakan tes EQ. Tidak ada salahnya mencoba menjawab tes di situs-situs tersebut. Tapi, kalau mau hasil yang lebih akurat, bisa hubungi psikolog atau kampus dengan fakultas psikologi terdekat. Siapa tahu EQ kita belum baik, sehingga perlu ditingkatkan demi karier yang lebih cemerlang. Idealnya, EQ dan IQ sama-sama tinggi untuk keseimbangan. Jadi, jangan lupa tes IQ juga agar tahu berapa nilainya.