Liputan6.com, Bandung Perwakilan penyair, penulis, dan pegiat sastra mendatangi Balai Bahasa Jawa Barat, Selasa, 31 Januari 2018. Mereka mewakili sekurangnya 104 sastrawan di Jawa Barat yang sudah menandatangani petisi menolak Gerakan Puisi Esai Nasional yang diinisiasi Denny JA.
Denny JA, yang selama ini dikenal sebagai praktisi survei politik, tiba-tiba ingin membuat puisi esai kemudian ingin diakui sebagai tokoh sastra.
"Sebanyak 174 orang ditawari menulis puisi esai, masing-masing diberi Rp 5 juta. Saya termasuk yang ditawari menulis puisi esai dan harus mengakui Denny JA sebagai tokoh sastra sangat berpengaruh di Indonesia," ungkap Matdon, Ro'is Am Majelis Sastra Bandung.
Gerakan puisi tersebut salah satunya mengajak para sastrawan termasuk orang-orang yang berada di Badan Bahasa untuk sama-sama menulis buku puisi esai.
"Kami menyerukan kepada Badan Bahasa, kementerian, dan Balai Bahasa di daerah untuk membersihkan orang-orang yg bekerja dan terlibat dalam gerakan puisi esai," tegas Matdon.
Tidak Ada yang Salah dengan Puisi
Matdon menjelaskan, pihaknya tidak melarang siapa pun berpuisi karena hal itu merupakan kebebasan berekspresi. "Bukan puisinya tapi gerakannya. Menulis dengan iming-iming modal Rp 5 juta dan mengakui ketokohan dia," ujarnya.
Menanggapi keinginan Matdon dan kawan-kawan, Kepala Balai Bahasa Jawa Barat Sutejo mengatakan pihaknya tetap netral.
"Tapi kami tetap mengimbau teman-teman Balai Bahasa Jabar untuk tidak terlibat. Alhamdulillah di Balai Bahasa Jabar tidak ada yang terlibat," kata Sutejo.
Advertisement
Tindak Lanjut Badan Bahasa Pusat
Petugas menunjukkan salah satu naskah sastra tua di di PDS HB Jassin, Jakarta, Kamis (8/9). PDS HB Jassin merupakan tempat pendokumentasian arsip kesusastraan nasional Indonesia yang didirikan pada 28 Juni 1976. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Menurut dia, pada saat Denny JA membuat puisi esai sebenarnya tidak masalah. Namun, menjadi bermasalah ketika Denny JA menerbitkan buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh dan dengan mengandalkan modal yang dia miliki untuk membuat buku puisi.
Terkait seruan yang disampaikan para penyair, Sutejo mengaku akan menyampaikan ke Badan Bahasa di pusat.
(Huyogo Simbolon)
Lanjutkan Membaca ↓