Liputan6.com, Jakarta Puasa Ramadan bukan penghalang untuk melakukan beragam aktivitas, termasuk aktivitas mendaki gunung. Mendaki gunung saat sedang berpuasa memang bukan aktivitas yang mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Dengan dukungan pengetahuan tentang asupan gizi dan manajemen waktu yang baik, mendaki gunung saat berpuasa tentu menjadi aktivitas wisata yang menyenangkan.
Tri Hardiyanto, pendaki gunung profesional pemecah rekor MURI untuk pendakian 7 gunung tertinggi di Indonesia dalam 100 hari, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (16/5/2018) mengatakan, kunci untuk tetap bisa melakukan puasa sambil mendaki gunung adalah terjaganya keseimbangan nutrisi.
Advertisement
Nutrisi yang Cukup
Asupan nutrisi yang cukup saat sahur sangat berpengaruh bagi daya tahan tubuh saat melakukan pendakian. Terdapat tujuh kelompok nutrisi yang mungkin semua orang sudah mengetahuinya, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat dan air.
“Kurangi makanan instan saat sahur bisa membuat tubuh tetap segar meski melakukan aktivitas luar ruangan. Yang instan-instan bisa mengurangi cairan tubuh saat aktivitas. Perbanyak makan buah,” ungkap Tri.
Advertisement
Berdampak pada Waktu Tempuh
Lebih jauh dirinya mengatakan, selain kurangi makanan instan, hal lain yang tak kalah penting yang perlu diperhatikan adalah perbanyak minum air mineral. Langkah tetap sehat dan tidak kekurangan mineral saat puasa adalah dengan minum satu gelas setelah bangun tidur, satu gelas setelah sahur, satu gelas saat berbuka, satu gelas setelah berbuka, satu gelas setelah makan, satu gelas saat malam, satu gelas menjelang tidur, dan satu gelas sebelum tidur.
“Kalau soal manajemen waktu saya kira sama saja saat mendaki di hari biasa, paling biasanya jalan agak lambat karena pasti khawatir cepat lelah dan haus berlebih. Jadi paling berdampak sama waktu tempuh jadi agak lama,” kata Tri.
Simak juga video menarik berikut ini: