4 Tiang Emas Masjid Al Alam yang Berdiri Sejak Zaman Portugis di Jakarta

Tak hanya menjadi sarana ibadah, Masjid Al Alam juga pernah menjadi tempat perlindungan terhadap serangan musuh.

oleh Putu Elmira diperbarui 20 Jan 2019, 05:01 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2019, 05:01 WIB
Masjid Al-alam
Bagian dalam Masjid Al-alam yang dihiasi oleh empat pilar berwarna emas.

Liputan6.com, Jakarta - Kawasan tempat ibadah Cilincing juga memiliki masjid yang bersejarah. Masjid tersebut sudah ada sejak 400 tahun yang lalu, kala bangsa Portugis datang dan menjajah daerah Jakarta.

Terletak di Jalan Marunda, Cilincing, masjid ini bersebelahan dengan pasar ikan. Cukup mudah menemukan masjid ini bahkan dari jalan raya, karena ada plang yang terpasang di ujung Jalan Marunda.

Melihat bangunan masjidnya, kita bisa melihat warna coklat mendominasi tersebut. Atapnya tidak berbentuk kubah, melainkan limas segiempat berlapis. Ketika kita memasuki masjid tersebut, terdapat bedug dan kentongan di sebelah kiri Masjid Al-Alam.

Rabu siang, 16 Januari 2019, ada Haji Warmah, seorang pengurus Masjid Al-Aman yang menjadi pemandu rombongan saat itu. Beliau bercerita mengenai sejarah berdirinya masjid ini.

"Masjid ini kurang lebih terbentuk sejak 1521, zaman penjajahan Portugis," kata Warmah memulai cerita.

Kala itu, Jakarta masih bernama Batavia. Tak hanya menjadi tempat ibadah, Masjid Al-Alam ini menjadi tempat perlindungan tentara Batavia dari serangan musuh.

Karena dibangun pada abad tersebut, bangunan masjid ini terpengaruh oleh kebudayaan Portugis. Pengaruhnya terlihat pada ruangan salat yang berada di tengah masjid tersebut.

Ada empat tiang emas yang menghiasi bagian depan masjid Al-Alam. Keempat tiang emas tersebut berhiaskan bunga yang dijejer sebanyak empat buah tiap sisinya. Ada juga aksen hiasan lainnya, semua dicat warna perunggu.

Di tengah masjid tersebut terdapat ruangan salat dengan jendela di tiap sisinya. Ruangan ini pun masih mempertahankan nuansa jadulnya yang terlihat dari dinding bagian luarnya yang dicat dengan warna coklat kayu dan keramik putih di bagian bawahnya. Ukiran persegi panjang berwarna emas juga menghiasi pintu dan jendela yang berengsel tersebut.

Warmah mengungkapkan bahwa masjid ini telah berulangkali mengalami perbaikan. "Waktu pertama kali dibangun, penampakan Masjid Al-Alam tidak seperti sekarang," jelasnya. Bagian-bagian masjid yang rusak diperbaiki dan fasilitas yang belum ada di zaman sebelumnya pun dibangun.  (Esther Novita Inochi)

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya