Mengenal Sangjit, Tradisi Pertunangan yang Baru Dilalui Yuanita Christiani

Mirip dengan seserahan di budaya Jawa, barang-barang yang diserahkan saat prosesi sangjit memiliki maknanya sendiri.

oleh Komarudin diperbarui 12 Feb 2019, 11:15 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2019, 11:15 WIB
Yuanita Christiani Sangjit
Yuanita Christiani dan tunangannya baru saja melakukan prosesi Sangjit pada Sabtu (9/2/2019) kemarin. (dok. Instagram @yuanitachrist/https://www.instagram.com/p/Btp8_UoHe8l/Esther Novita Inochi)

Liputan6.com, Jakarta - Hari pernikahan Yuanita Christiani makin mendekat. Pada 10 Februari 2019, presenter televisi ini baru saja menjalani prosesi sangjit bersama tunangannya. 

Yuanita tampil elegan dalam prosesi tersebut. Gaun putih gading yang dikenakannya saat itu merupakan rancangan Soko Wiyanto. Desain gaun dan tatanan rambut yang dikenakan membuat Yuanita semakin mirip dengan putri Tiongkok. 

Tidak hanya di Indonesia, masyarakat Tionghoa memiliki tradisi pernikahannya tersendiri. Yuanita Christiani yang merupakan keturunan Tionghoa menjalankan prosesi sangjit sebagai bagian dari langkah menuju pernikahannya. 

Prosesi sangjit serupa dengan prosesi seserahan dalam adat Jawa. Dilansir dari laman weddingku.com, prosesi sangjit dilakukan setelah lamaran dan dilakukan di antara satu bulan hingga satu minggu sebelum tanggal pernikahan. Biasanya, acara ini diadakan di siang hari, yakni antara pukul 10.00 hingga 13.00, kemudian dilanjutkan dengan makan siang.

Dalam prosesi sangjit, calon mempelai pria datang bersama keluarganya dan memberikan hadiah untuk diserahkan kepada pihak mempelai wanita beserta keluarganya. Hadiahnya terdiri dari 12 nampan yang setiap jenis barangnya memiliki makna tersendiri. Nampan tersebut berisi buah, kue, kain busana dan perhiasan.

Dilansir dari laman cihc.nl, di antara 12 nampan tersebut, ada dua hadiah yang tidak tergantikan. Salah satunya adalah uang susu yang dibungkus dalam angpau merah. Uang susu harus diberikan sebagai tanda terima kasih kepada ibu dari calon mempelai wanita karena telah melahirkan dan membesarkan putrinya.

Satu hadiah lagi yang tidak bisa digantikan adalah lilin liong, yakni sepasang lilin merah besar yang diikat dengan pita merah. Lilin yang membawa simbol perlindungan dari pengaruh negatif ini harus dinyalakan di altar saat upacara pernikahan nantinya.

Hadiah dari pihak keluarga calon mempelai pria selalu diterima oleh calon mempelai wanita. Calon mempelai wanita pun tidak tinggal diam. Mereka juga memberikan antaran balik kepada calon mempelai pria, yang berisi seserahan mempelai pria yang diambil sebagian, makanan manis, keperluan pria, dan juga sejumlah uang untuk dibagikan kepada pembawa nampan.

Calon mempelai wanita tidak boleh menerima seserahan dari tunangannya secara penuh, sebab menerimanya akan membuat hubungan calon mempelai wanita terputus dari keluarganya.

Karena itulah, mereka wajib mengembalikan seserahan tersebut kepada calon mempelai pria agar keluarga pihak wanita masih bisa turut serta dalam kehidupan calon pengantin, seperti yang dilakukan Yuanita Christiani.  (Esther Novita Inochi)

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya