Awal Mula Arak-arakan Ogoh-Ogoh Jelang Hari Raya Nyepi

Ogoh-ogoh awalnya tak diarak, tetapi hanya dipajang di pura atau tempat upacara keagamaan, jelang Hari Raya Nyepi..

oleh Komarudin diperbarui 06 Mar 2019, 12:45 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2019, 12:45 WIB
Parade Ogoh-ogoh di Bali
Sejumlah pemuda mengarak Ogoh-Ogoh atau boneka raksasa menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1940 di Bali, Kamis (15/3). Parade Ogoh-Ogoh itu bertujuan agar Hari Raya Nyepi dapat dilaksanakan dengan penuh keheningan dan kedamaian. (AP/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Hindu di Tanah Air akan merayakan Hari Raya Nyepi pada Rabu, 7 Maret 2019. Berbagai upacara digelar untuk menyambutnya, termasuk mengarak ogoh-ogoh.

Ogoh-ogoh berbentuk boneka raksasa yang menakutkan merupakan manifestasi dari Bhutakala. Dalam ajaran Hindhu Dharma, Bhutakala merupakan kekuatan Bhu (alam semesta) dan Kala (waktu) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di mayapada, surga, dan neraka, seperti: naga, gajah, garuda, widyadari, bahkan dewa.

Biasanya ogoh-ogoh dibuat dari styrofoam, bambu, koran bekas, kain, cat, kawat besi, kayu, dan lainnya. Ogoh-ogoh kemudian diarak keliling kota dan desa pada perayaan Nyepi.

Sejak abad ke-7, ogoh-ogoh selalu ada setiap upacara dan menjadi salah satu bagian upacara adat dan hiburan yang sangat penting dan menarik dalam tradisi umat Hindu di Bali. Awalnya, Ogoh-ogoh hanya dipajang di pura atau tempat upacara keagamaan. Hal tersebut berbeda dengan saat ini, ogoh-ogoh diarak keliling kota, bahkan dilombakan.

Menurut Andy Putra Hartanto, Bedjo Riyanto, dan Elisabeth Christine Yuwono dalam Perancangan Buku Foto Tradisi Kesenian Ogoh-Ogoh di Pulau Dewata, desain Ogoh-ogoh yang semula mengikuti gaya tradisional yang mengambil wujud raksasa, kini sebagian mulai dibuat dengan menerapkan gaya desain yang lebih kontemporer.

Sebagai contoh, ogoh-ogoh yang dibuat menyerupai karakter kartun televisi, atau menyerupai tokoh-tokoh terkenal, atau dengan menggabungkan antara kedua gaya tersebut. Misalnya, membuat ogoh-ogoh dengan karakter Celuluk (salah satu tokoh jahat dalam kepercayaan Hindu Dharma) yang sedang menaiki sebuah motor sport modern.

Dari penelusuran Liputan6.com, sejak 1960-an, Ogoh-ogoh mulai diarak keliling kota dan Denpasar merupakan kota dimulainya parade ogoh-ogoh secara besar-besaran. Dari sana kemudian disusul di daerah lain, seperti Gianyar, Badung, Tabanan, Buleleng, Karangasem, Bangli, Klungkung, Jembaran.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya