Liputan6.com, Jakarta - Liburan ke Macau kurang lengkap jika tak berkunjung ke sisa bangunan Gereja St. Paul (The Ruin of St. Paul’s) yang berlokasi di St. Anthony's Parish. Saat Liputan6.com mendatangi lokasi tersebut sekitar pukul 10.00 pagi waktu setempat pada 9 Mei 2019 lalu, ratusan pengunjung sudah memadati kawasan sisa bangunan gereja yang menjulang.
Sisa bagian depan gereja memiliki tinggi 25,5 meter dengan panjang 23 meter. Desainnya sangat unik di dunia karena memadukan dekoratif bermotif oriental dengan gaya Baroque. Bangunan ini juga ditetapkan UNESCO sebagai World Heritage Site.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan sejarah, The Ruin of St. Paul’s merupakan bagian depan bangunan yang tersisa dari Gereja Mater Dei yang dibangun pada 1602 – 1640 dan sisa peninggalan arkelogis St. Paul College yang rusak akibat dilalap api pada 1835.
Suasana siang itu sangat bersahabat bagi para pelancong yang bertandang ke sisa bangunan gereja tersebut. Mereka datang dari berbagai negara.
Mereka mengabadikan kedatangannya itu dengan foto. Semua pengunjung tak ingin melewatkan momen yang berkesan itu. Dari ratusan wisatawan, paling banyak mereka memotret di depan bangunan sisa gereja St. Paul Macau.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kuil Na Tcha dan Dinding Pertahanan
Di dekat sisa bangunan gereja St. Paul, terdapat kuil yang dibangun pada 1888 dan dibangun kembali pada 1901. Pembangunan kuil di dekat reruntuhan St. Pauls yang berdekatan ini mencerminkan hubungan yang harmonis antarwarga dan komunitas dan menjadikan Macau contoh yang baik dalam kehidupan berbudaya dan kebebasan beragama.
Na Tcha merupakan salah satu karakter favorit dalam cerita rakyat tradisional Cina. Legenda mengatakan bahwa Na Tcha adalah seorang anak remaja yang menjadi pahlawan karena diberikan kekuatan sakti oleh pendeta Tao. Kekuatan ini digunakan untuk melawan Raja Naga Laut dan melindungi daerahnya.
Oleh karena itu, Na Tcha dianggap dan disembah sebagai dewa yang memberikan perlindungan. Setiap tahun, masyarakat mengadakan prosesi di kuil ini sebagi penghormatan kepada Dewa Na Tcha yang telah menjadi bagian dari warisan budaya Macau.
Sementara itu, bagian yang tersisa dari dinding pertahanan Makau dibangun pada 1569. Dinding ini merupakan peninggalan tradisi awal Portugis membangun dinding pertahanan di sekitar pelabuhan yang menjadi rute maritim – yang juga ditemukan di Afrika dan India.
Dinding ini memiliki ketebalan 1 meter dengan tinggi 5,6 meter dan panjang 18,5 meter dan menjadi bukti adanya pengaruh lokal dalam teknik dan material yang digunakan dalam konstruksi, misalnya penggunaan material yang terbuat dari campuran tanah liat, pasir, jerami, pecahan batu dan cangkang kerang yang dipadatkan.
Advertisement