Liputan6.com, Jakarta - Berawal dari unggahan Instagram Story yang memperlihatkan menu makanan tulis tangan yang dibagikan pada penumpang kelas bisnis maskapai Garuda Indonesia, YouTuber Rius Vernandes harus berurusan dengan pihak berwajib.
"Kami dilaporkan atas dugaan melakukan tindak pidana pencemaran nama baik. Gue yakin kalian tahu kalau gue TIDAK ADA maksud sama sekali untuk mencemarkan nama baik siapapun," tulisnya di keterangan foto di sebuah unggahan di akun Instagram-nya, @rius.vernandes, Selasa, 16 Juli 2019.
Advertisement
Baca Juga
Lelaki yang sering berbagai soal serba-serbi miles penerbangan ini juga telah mengunggah video di channel YouTube-nya berisi cerita lengkap di balik kemunculan menu makanan tulis tangan. Pada salah satu bagian video, pramugari maskapai penerbangan dengan rute Sydney-Denpasar itu menjelaskan menunya masih dalam proses cetak.
Rekam gambar unggahan Rius juga disinyalir sebagai sebab di balik pemberlakuan aturan yang kemudian dikoreksi hanya sebagai imbauan dari pihak Garuda Indonesia untuk tidak mengambil foto maupun video di pesawat.
Berujung pada pelaporan ke pihak berwajib, kasus Rius Vernandes dengan Garuda Indonesia nyatanya bukanlah kali pertama nama maskapai penerbangan terseret insiden. Berikut beberapa cerita lain dengan 'skenario' serupa.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Netralitas Politik yang Dipertanyakan
Thai Airways tengah menghadapi kritik setelah foto yang diambil awak kabin bersama politisi Thanathorn Juangroongruangkit viral. Thanathorn merupakan penantang Prayuth Chan-ocha di posisi perdana menteri di pemilihan umum tahun ini.
Melansir dari South China Morning Post, Rabu (17/7/2019), foto tersebut diambil beberapa minggu lalu ketika Thanathorn bepergian bersama keluarganya. Wefie yang jadi kontroversi itu memperlihatkan delapan awak kabin dan salah satu potret sang politisi dengan pramugari yang dituliskan keterangan foto, "Bolehkah saya menyetrika kemeja Anda?".
Komentar-komentar pedas segera saja jadi respons akan gambar ini. Salah satu warganet menuliskan sebaiknya petugas kabin berperilaku sebagaimana mestinya ketika ada orang yang dekat dengan kontroversi atau punya citra buruk.
Pada sebuah video yang diunggah pada Kamis, 11 Juli 2019, Pimpinan Thai Airways Sumeth Damrongchaitham menegaskan bahwa semua karyawan bekerja dengan jujur, profesional, dan netral.
Pernyataan ini menimbulkan tanya salah seorang warganet tentang tak ada krtitik serupa ketika anti-Yingluck 'mengetuk pintu' Thai Airways pada 2014. Pada April di tahun tersebut, ribuan demonstran yang dipimpin Suthep Thaugsuban meminta dukungan pihak maskapai untuk menggulingkan perdana menteri saat itu Yingluck Shinawatra.
Kala itu, petugas maskapai nasional tersebut terlihat menyambut mereka, bahkan berfoto dengan Suthep yang duduk di sebuah kursi yang sengaja diperuntukkan baginya. Yingluck diamankan pihak kepolisan sebulan setelah insiden tersebut dengan tuduhan korupsi.
Advertisement
Pakai Mesin Penjawab
Awalnya bermakud bercanda, kicauan YouTuber Drew Gooden, belum lama ini, malah membuat publik kesal karena menduga kuat bahwa masakapai Delta Airlines memakai mesin penjawab untuk melayani pertanyaan personal dari kosumen.
Hal ini bermula dari candaan Drew yang mengatakan dirinya tersedot ke dalam lubang toilet di salah satu penerbangan Delta Airlines. Tak disangka kicauan tersebut malah diberikan respons, di mana pihak Delta dengan cepat menanyakan detail kejadian.
"Kami tidak mendapat balasan dari pihak Delta tentang pertanyaan penting, tapi mereka malah membalas isu seperti ini tanpa insial admin yang membalas? Saya rasa Delta memberi tahu banyak hal dari sini," tulis salah satu warganet.
Melansir dari Mashable, Rabu (17/7/2019), terkait isu ini, pihak Delta Airlines belum mau memberikan keterangan resmi.
Tak Dilayani karena Beri Respons Buruk
Akhir tahun lalu, pengalaman buruk terbang bersama Malaysia Airlines sempat dibagikan seorang YouTuber, Josh Cahill. Lewat ulasan di sebuah video di akun YouTube-nya, Josh menceritakan, sebagamana disebutkan, penerbangan paling buruk yang pernah dilakoni.
Ia terbang dengan rute Kuala Lumpur, Malaysia-London, Inggris, selama 14 jam tanpa in-flight entertainment karena layar di kursi pesawat di depannya rusak. Atas ketidaknyamanan itu, Josh pun menuliskan kritik di sebuah unggahan di akun Instagram-nya ketika penerbangan masih berlangsung.
Ulasan buruk tersebut ternyata diketahui awak pesawat dan membuat Josh mengklaim malah mendapat perlakukan lebih buruk. Salah satu yang diceritakan adalah dirinya tak diberi minum walau sudah memanggil dan meminta pada awak kabin.
Josh melanjutkan, ia baru dihidangkan makanan ketika mengatakan berhenti merekam, di mana izin dokumentasi tersebut sudah dikantongi beberapa waktu sebelum melakukan penerbangan. Tetap merekam tanpa sepengetahuan awak kabin, setelah mendarat, Josh langsung dihampiri perwakilan Malaysia Arlines yang meminta maaf.
Beberapa hari setelahnya, Josh juga menerima beberapa pesan elektronik dari petugas maskapai yang meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi selama penerbangan, bahkan CEO Malaysia Airlines tak hanya meminta maaf, tapi menawarkan mengembalikan uang beli tiket pesawat.
Advertisement