Liputan6.com, Jakarta - Menggapai ruang gerak dalam cakupan luas dan mengeksplorasi beragam hal telah merasuk dalam deru asa yang menggebu penyandang disabilitas. Ini pula tidak lepas dari aksi nyata dari pihak-pihak yang tiada henti memberi dukungan.
Satu di antaranya adalah Yayasan Helping Hands yang turut mendampingi teman-teman penyandang disabilitas agar memiliki kesempatan setara dengan mereka yang nondisabilitas.
Advertisement
Baca Juga
"Kami ingin membangun jembatan antara disabilitas dan nondisabilitas supaya tidak ada gap terlalu besar. Kami berusaha menyentuh di hati dan kami yakin setiap orang dapat memberikan dampak," kata Wendy Kusumowidagdo, Direktur Eksekutif Yayasan Helping Hands di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
Dalam upaya membangun jembatan kesetaraan, yayasan yang mengusung slogan "Disabilitas Bukan Halangan" ini memakai metodologi program berbasis empat elemen yakni edukatif, inklusif, partisipatif, dan eksperensial. Ada pun elemen edukatif dapat memberi sentuhan edukasi dibarengi dengan inklusif yang turut menyertakan para penyandang disabilitas.
"Partisipatif, di mana semua yang ada ikut berpartisipasi dan tidak berdiam diri. Lalu, eksperensial yakni semua pelatihan merasakan pesan ada belajar keragaman, saling mengenal dan berkomunikasi," tambah Wendy.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Program Pelatihan yang Menarik
Empat elemen ini diwujudkan lewat 3 Pilar Program Utama Yayasan yang terdiri atas Pendidikan Alam, Pendidikan Olahraga, dan Pengalaman Profesional. Ketiganya dijalankan oleh para anak muda penyandang disabilitas yang jadi peserta didik Yayasan Helping Hands.
"Pendidikan alam seperti panjang tebing, dan aktivitas di air karena alam mengajarkan kita banyak hal tentang hidup. Team sport bisa sepak bola atau basket yang dilakukan disabilitas dan nondisabilitas," ungkap Wendy.
Sedangkan, Pengalaman Profesional yang bertajuk Leadership Inclusive Training atau LIT membawa para siswa-siswi Sekolah Luar Biasa ke berbagai perusahaan untuk merasakan pengalaman pelatihan bersama pekerja profesional.
"Kita di sana setengah sampai satu hari dan bisa berinteraksi dengan karyawan perusahaan. Ada dua sesi yaitu kepemimpinan diikuti karyawan dan anak-anak SLB, dari perusahaan ada workshop wawasan soal dunia profesional dari perspektif karyawan itu sendiri," jelas Wendy.
Yayasan Helping Hands berharap melalui program ini kedua pihak yakni anak disabilitas dan karyawan dapat menjadi kunci pembuka kesempatan bagi anak-anak disabilitas untuk mendapat insight mengenai berbagai profesi yang mungkin belum dikenal dan dunia pekerjaan saat ini akan berbeda dengan di masa mendatang.
Advertisement