Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah petinggi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali memborong saham perseroan dalam jumlah besar. Transaksi ini dilakukan dengan tujuan investasi dan berstatus kepemilikan langsung. Transaksi tersebut berlangsung pada 18 Maret 2025.
Pembelian saham tersebut direntang harga yang cukup besar yaitu kisaran Rp 8.400 per saham hingga Rp 8.900 per saham. Pada perdagangan hari tersebut, saham BCA sempat turun hingga kisaran Rp 8.200 per saham.
Advertisement
Baca Juga
John Kosasih
Melansir keterbukaan informasi Bursa, Jumat (21/3/2025), Direktur John Kosasih tercatat membeli 318.416 lembar saham BBCA dengan harga Rp 8.975,05 per saham. Total dana yang digelontorkan dalam transaksi ini mencapai Rp 2,85 miliar.
Advertisement
Sebelum transaksi, John Kosasih memiliki 776.076 lembar saham atau setara 0,001 persen. Setelah transaksi, kepemilikannya naik menjadi 1.094.492 lembar atau setara 0,0021 persen.
Vera Eve Lim
Direktur Vera Eve Lim juga ikut menambah kepemilikan sahamnya dengan membeli 400.777 lembar saham BBCA di harga yang sama, menghabiskan dana Rp 3,59 miliar. Sebelum transaksi, ia memiliki 2.212.324 lembar saham atau setara 0,002 persen. Setelahnya, jumlah kepemilikannya naik menjadi 2.613.101 lembar.
Pada hari yang sama, Vera Eve Lim kembali memborong 118.500 lembar saham di harga Rp 8.400 per saham dengan total nilai Rp 995,4 juta. Transaksi ini membuat jumlah sahamnya bertambah menjadi 2.731.601 lembar.
Santoso
Direktur Santoso melakukan dua kali pembelian pada 18 Maret 2024. Transaksi pertama sebesar 358.126 lembar dengan harga Rp 8.975,05 per saham, menghabiskan dana Rp 3,21 miliar. Kepemilikannya naik dari 2.710.902 lembar menjadi 3.069.028 lembar.
Tak berhenti di situ, Santoso kembali membeli 100.000 lembar saham dengan harga Rp 8.475 per saham, senilai Rp 847,5 juta. Setelah transaksi ini, jumlah kepemilikan sahamnya meningkat menjadi 3.169.028 lembar atau setara 0,003 persen.
Haryanto Tiara Budiman
Direktur Haryanto Tiara Budiman juga turut serta dalam aksi pembelian ini dengan mengakuisisi 281.279 lembar saham BBCA di harga Rp 8.975,05 per saham. Dengan nilai transaksi Rp 2,52 miliar, kepemilikannya bertambah dari 776.099 lembar menjadi 1.057.378 lembar saham.
Jahja Setiaatmadja
Dari jajaran komisaris, Komisaris Utama Jahja Setiaatmadja membeli 1.031.359 lembar saham BBCA di harga Rp 8.975,05 per saham dengan nilai total Rp 9,26 miliar. Sebelum transaksi, Jahja memiliki 34.187.785 lembar saham atau 0,028 persen kepemilikan. Setelah pembelian, jumlahnya naik menjadi 35.219.144 lembar atau setara 0,029 persen.
Tonny Kusnadi
Komisaris Tonny Kusnadi juga menambah portofolionya dengan membeli 232.377 lembar saham BBCA di harga yang sama, senilai Rp 2,08 miliar. Sebelum transaksi, ia memiliki 7.269.681 lembar saham, dan setelah pembelian bertambah menjadi 7.502.058 lembar.
Â
BCA Sebar Dividen Rp 250 per Saham
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau disebut BCA akan membagikan dividen final Rp 250 per saham untuk tahun buku 2025. Hal itu telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BCA pada 12 Maret 2025. PT Bank Central Asia Tbk akan membagikan dividen Rp 30,81 triliun. Dividen itu setara Rp 250 per saham.
Adapun pembagian dividen itu mempertimbangkan data keuangan per 31 Desember 2024 yakni laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 54,83 triliun, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar Rp 239,95 triliun dan total ekuitas sebesar Rp 262,83 triliun.
Berikut jadwal pembagian dividen:
- Tanggal efektif pada 14 Maret 2025
- Tanggal cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi pada 20 Maret 2025
- Tanggal ex dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi pada 21 Maret 2025
- Tanggal cum dividen di pasar tunai pada 24 Maret 2025
- Tanggal ex dividen di pasar tunai pada 25 Maret 2025
- Tanggal daftar pemegang saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai pada 24 Maret 2025
- Tanggal pembayaran dividen pada 11 April 2025.
Advertisement
Sejarah BCA
NV Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory merupakan cikal bakal Bank Central Asia (BCA). Perusahaan ini berdiri di kisaran 1955.
Kemudian pada 1957, BCA mulai beroperasi tepatnya pada 21 Februari 1957 dan berkantor pusat di daerah Asemka Jakarta.
Efektif pada 2 September 1975, nama Bank diubah menjadi PT Bank Central Asia (BCA) BCA memperkuat jaringan layanan cabang. Pada tahun 1977 BCA berkembang menjadi Bank Devisa.
di tahun 1980-an, BCA memperluas jaringan kantor cabang secara agresif sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Indonesia. BCA mengembangkan berbagai produk dan layanan maupun pengembangan teknologi informasi, dengan menerapkan online system untuk jaringan kantor cabang, dan meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan) BCA.
Pada 1998, Indonesia mengalami krisis moneter. BCA mengalami bank rush. Pada tahun 1998 BCA menjadi Bank Take Over (BTO) dan disertakan dalam program rekapitalisasi dan restrukturisasi yang dilaksanakan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), suatu institusi Pemerintah.
Setahun kemudian proses rekapitalisasi BCA selesai, dimana Pemerintah Indonesia melalui BPPN menguasai 92,8% saham BCA sebagai hasil pertukaran dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Dalam proses rekapitalisasi tersebut, kredit pihak terkait dipertukarkan dengan Obligasi Pemerintah.
PAda 2002, FarIndo Investment (Mauritius) Limited mengambil alih 51% total saham BCA melalui proses tender strategic private placement.
