Studi: Partikel Karbondioksida Bisa Masuk ke Dalam Plasenta Janin dan Ibu

Jika kebanyakan orang menghirup udara dengan santai, padahal mereka belum sadar bahwa partikel karbondioksida bisa masuk ke dalam plasenta dan sangat berisiko

oleh Henry diperbarui 19 Sep 2019, 06:03 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2019, 06:03 WIB
Polusi asap pabrik
Ilustrasi polusi udara oleh asap pabrik. (Sumber Environmental Protection Agency/EPA)

Liputan6.com, Jakarta - Orang-orang seringkali tidak sadar dengan kualitas udara yang dihirup sehari-hari, terlebih bagi Anda yang tinggal di daerah perkotaan, di dekat jalan, di sebelah pabrik atau rumah-rumah yang masih menggunakan kompor kayu. Pasalnya, sebagian besar udara dipenuhi oleh karbondiksida.

Dilansir dari BBC, Rabu, 17 September 2019, studi yang diterbitkan dalam The Nature Communications menunjukkan bukti langsung bahwa partikel CO2 dapat menembus plasenta yang menjadi saluran untuk memberi makan janin. Temuan itu juga menjadi langkah pertama untuk menjelaskan mengapa kadar polusi yang tinggi menyebabkan peningkatan risiko keguguran, kelahiran prematur, dan berat bayi baru lahir rendah.

Plasenta janin terbuat dari jaringan yang sama yang membentuk plasenta maternal, yakni jaringan uterus ibu. Oksigen dan nutrisi melintas dari plasenta ibu ke plasenta janin, lalu dibawa masuk ke tubuh janin melalui tali pusar. Sementara, produk buangan dari janin, seperti karbondioksida, dikeluarkan melalui jalur yang sama.

Di antara ruang itu terdapat membran semi permeabel yang juga terbuat dari jaringan plasenta. Material seperti alkohol, nikotin, maupun obat-obatan lain diketahui juga bisa melintasi plasenta. Itu juga alasan perempuan disarankan untuk menghindari konsumsi barang-barang tersebut selama masa kehamilan. 

Para peneliti dari Hasselt University, Belgia, yang dipimpin oleh Prof Tim Narwot, mengamati plasenta dari lima perempuan sebelum hamil dan 23 ibu yang menjalani kehamilan penuh. Menggunakan pencitraan resolusi tinggi, mereka menemukan partikel karbondioksida di dalam setiap plasenta janin.

Setelah ditelusuri, sepuluh ibu yang tinggal dekat jalan raya yang sibuk dan terekspos level polusi udara tertinggi selama kehamilan memiliki tingkat tertinggi partikel di dalam plasenta. Responden itu kemudian dibandingkan dengan sepuluh ibu lain yang tingkat paparannya terendah dan tinggal sekitar 500 meter dari jalan raya. 

Peneliti berpendapat partikel tersebut mengalir ke plasenta janin dari paru-paru ibu.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Langkah Pencegahan

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Narwot menyimpulkan, berdasarkan hasil penelitiannya, plasenta manusia tetap bisa dipenetrasi partikel. Namun, ia dan timnya masih akan meneliti lebih lanjut bagaimana partikel itu melewati plasenta dan masuk ke dalam tubuh janin. 

"Bila berhasil, kami bisa menemukan mekanisme potensial yang menjelaskan efek polusi yang merugikan kesehatan, dari tahapan hidup paling dini hingga ke depannya," ujarnya.

Sementara itu, apa yang bisa dilakukan para ibu hamil untuk mencegah plasenta mereka dimasuki partikel karbondioksida. Para ahli setuju bila para perempuan itu tidak bisa mengubah lingkungan tempat mereka tinggal.

Meski begitu, Prof Jonathan Grigg, ahli ternama di bidang efek polusi udara pada anak-anak, dari Queen Mary University of London mengatakan, para perempuan semestinya tidak menjadi terlalu paranoid saat berjalan di jalan raya. "Tetapi mereka sebaiknya tetap memikirkan cara bagaimana mengurangi paparan polusi itu," katanya.

Sementara, Narwot menyarankan agar ada renovasi ventilasi agar tidak langsung ke jalan raya. "Dan bila memungkinkan, pilihlah jalanan yang kurang sibuk saat berjalan atau bersepeda." "Namun, yang terpenting harus dilakukan tetap berada di tangan pembuat kebijakan," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya