Kelezatan Daging Sapi Holstein yang Belum Lazim Dikonsumsi di Indonesia

Kelezatan daging sapi Holstein tidak bisa ditentukan lewat marble-nya. Proses produksi daging sapi ini diklaim lebih ramah lingkungan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 21 Okt 2019, 16:02 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2019, 16:02 WIB
Kelezatan Daging Sapi Holstein yang Belum Lazim Dikonsumsi di Indonesia
Pemotong daging profesional asal Australia, David Carew menunjukkan cara mengolah daging sapi Holstein. (dok. PT GPW/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Bicara daging sapi populer, umumnya akan langsung mengasosiasikan dengan wagyu atau black angus. Tingkat kelezatannya kerap diukur lewat marble atau lapisan putih pada daging. Semakin banyak marble-nya, semakin lezat dagingnya.

Namun, hal itu tak berlaku pada daging sapi Holstein. Tingkat kelezatannya tidak bisa diukur lewat marble lantaran teksturnya berbeda. Meski begitu, dengan potongan yang tepat, rasanya tak kalah dari daging sapi wagyu.

Hal itu dibuktikan saat pemotong daging profesional asal Australia, David Carew, menunjukkan keahliannya di hadapan jurnalis dan chef lokal pada Kamis sore, 17 Oktober 2019.

Ia memilih dua potongan daging sapi Holstein premium untuk diolah, yakni oyster blade dan bolar blade. Kedua potongan itu terbilang tak umum diolah atau dikonsumsi dibandingkan potongan populer lain seperti sirloin, tenderloin, dan rib.

Oyster blade merupakan potongan daging sapi dari bagian bahu. Karena berada di atas, otot daging tidak terlalu keras dan kandungan lemak relatif lebih banyak.

"Lemak itu penting, pertama untuk tekstur agar tidak terlalu kering, kedua untuk aroma, ketiga untuk cita rasa daging agar makin lezat. Kalau Anda sedang diet, pakai sedikit saja saat memasaknya," kata David.

Saat dicicipi, tekstur oyster blade gampang dikunyah. Dimasak pada tingkat medium rare, potongan daging terasa juicy dengan serat daging kemerahan. Lantaran itu pula, David menyebut potongan tersebut cocok diolah menjadi steak.

Sementara, bolar blade merupakan potongan daging sapi dari persimpangan bahu dan paha. Kadar lemaknya lebih sedikit dibandingkan oyster blade, sedangkan uratnya lebih tebal lantaran sering dipakai bergerak.

Saat dicicipi, daging bolder blade terasa lebih kenyal dibandingkan oyster blade. After taste-nya juga terasa nyangkut di tenggorokan. Bisa segera diatasi dengan infuse water atau air mineral dingin.

"Ingat untuk memberikan garam dan olive oil-nya dulu di penggorengan sebelum dimasak agar juice-nya tidak keluar dan daging tidak kering. Hanya daging yang berukuran 1,5 cm dapat dimasak di penggorengan. Ukuran lebih dari itu harus dimasukkan ke oven setelah dari penggorengan," ia menerangkan.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sapi Muda dan Ramah Lingkungan

Kelezatan Daging Sapi Holstein yang Belum Lazim Dikonsumsi di Indonesia
Berbagai jenis potongan daging dari sapi Holstein. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Daging sapi yang digunakan ternyata sapi Holstein muda. Johana Koswara, Managing Director PT Global Pratama Wijaya selaku importir daging sapi Holstein premium menerangkan, sapi yang dipotong masih berusia 12 bulan, berbeda dengan kebanyakan sapi yang dipotong setelah menginjak usia 36 bulan.

Daging sapi Holstein tersebut diimpor dari Australia yang dikembangbiakkan di peternakan terbuka dalam luasan yang lebih sempit dari biasanya. Lewat modifikasi teknologi pakan tertentu, sapi muda siap dipotong meski usianya baru setahun.

"Dengan begitu, jejak karbonnya jauh lebih rendah sehingga bisa dibilang lebih ramah lingkungan," kata Manager Produksi Agrigate Peter Wilkinson.

Peter menyebut pemanfaatan sapi Holstein sebagai sapi potong dimulai sekitar 15 tahun. Sapi jenis itu dulunya hanya dimanfaatkan sebagai sapi perah saja.

Namun belakangan, peternak sapi merugi lantaran turunnya permintaan produk dairy. Solusinya adalah dengan mengembangkan sapi Holstein untuk konsumsi sehari-hari.

Nyaris seluruh bagian sapi dimanfaatkan, termasuk lidah, agar tidak ada terbuang percuma. Dengan begitu, sampah peternakan bisa ditekan.

Di samping itu, sapi diklaim bebas antibiotik, bebas pengawet, bebas hormon pertumbuhan, dan bebas organisme yang dimodifikasi secara genetis agar aman dikonsumsi anak-anak dan ibu hamil. Indonesia menjadi tujuan ekspor daging sapi jenis ini yang dikemas dalam label Southland Darling.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya