Liputan6.com, Jakarta - Bakmi atau mi adalah jenis makanan yang dipercaya kaum Tionghoa membawa peruntungan. Setidaknya hal itu tampak pada hari kedua penyelenggaraan Lunar Mie Festival 2020 di Blok M Plaza, Jakarta Selatan. Para pembeli rela menunggu bahkan mengantre di sejumlah tenant yang buka di sana.
Tirta Lie, penggagas acara tersebut mengatakan, gelaran itu merupakan tahun ke-10. Festival yang digelar untuk menyambut Imlek dan Cap Go Meh tersebut dihadirkan dengan konsep berbeda. Sebelumnya, tenant bakmi non-halal dan halal dikumpulkan dalam satu event. Kali ini, penyelenggaraannya terpisah, festival bakmi nonhalal berlangsung lebih dulu, pada 17--19 Januari 2020 di Citywalk Gajah Mada.
"Ini sekalian test case hanya menjual yang halal semua. Kalau memang sukses, berhasil, akan jadi event tahunan nantinya," ujar Tirta kepada Liputan6.com, Kamis (30/1/2020).
Advertisement
Baca Juga
Terdapat 14 tenant yang dihadirkan dan telah melalui proses kurasi ketat. Seluruhnya harus sudah mendapatkan piagam bakmi terlezat Jakarta dari Tirta Lie. Itulah yang menjamin bahwa bakmi yang dijual memang enak dan layak dicoba.
Di antara stand yang dihadirkan, Bakmi Rudy termasuk paling ramai. Antrean pembeli yang penasaran cukup panjang. Padahal, harganya relatif mahal dibandingkan bakmi gerobak biasa.
Sang pemilik, Rudy Santoso, ikut langsung meracik bumbu pesanan pembeli. Terdapat dua jenis bakmi utama, bakmi tepung Jepang dan shirataki, sejenis konyaku dengan kalori nyaris 0. Harganya mulai dari Rp35 ribu hingga Rp65 ribu.
Saya yang penasaran memutuskan membeli seporsi shirataki ayam kampung. Setelah mengantre sekitar 10 menit, pesanan pun diterima dengan baik. Bahkan, sang pemilik memberikan bonus satu bakso halus dan satu swekiaw.
"Swekiaw itu seperti dimsum, tapi ini ikan dicampur udang. Biasanya jadi favorit. Makanya banyak yang beli paket spesial, bakmi isi dua bakso dua swekiaw," kata Rudy.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sate Buntel
Selain Bakmi Rudy, ada pula Sop Mi Medan. Menurut Tirta, meski namanya mi, bahan utamanya bukanlah mi, melainkan bihun. Menu tersebut terbilang unik karena masih jarang ditemukan dan rasanya yang segar.
"Yang bisa dapat piagam bakmi terlezat Jakarta itu juga harus punya lokasi dagang permanen, karena biasanya setelah festival, banyak pembeli yang datang langsung ke lokasi," ujar Tirta.
Bila lebih suka dengan citarasa pedas, ada juga penjual bakmi rica-rica. Tersedia pula penjaja nasi hainan dan nasi tim di sana. Satu lagi yang patut dicoba, terutama bagi para pecinta daging, adalah mencicipi sate buntel.
Satai yang terbuat dari daging sapi yang kemudian dikepal ditusuk satai itu porsinya cukup melimpah. Satu potong bahkan bisa berbagi dengan seorang teman lantaran sangat mengenyangkan.
Rasanya gurih, aroma bakarannya menambah selera makan. Ditambah sambal, rasanya makin kaya. Hanya saja, agak keasinan buat lidah saya.
"Ini belum dijual di outlet, baru di sini," kata salah satu penjual.
Advertisement
Bakmi Halal dan Nonhalal
Perbedaan utama bakmi halal dan tidak, terang Tirta, terletak pada minyak dan topping yang digunakan. Minyak bakmi nonhalal biasanya terbuat dari minyak babi. Sementara, versi halalnya digantikan dengan minyak sayur.
"Sekarang banyak yang pintar kok ngolahnya sampai rasanya enggak kalah enak. Ada yang memanfaatkan minyak ayam ditambah tulang ikan ke minyak sayur supaya rasanya makin enak," jelas dia.
Terkait topping, bakmi halal umumnya tak jauh-jauh dari ayam. Sementara, bakmi nonhalal biasanya menambahkan olahan daging babi ke dalamnya.
Hal tersebut memengaruhi harga jual. "Kalau bakmi halal enggak bisa terlalu tinggi, tidak seperti nonhalal yang bisa dijual Rp75 ribu," kata dia.