Cara Bedakan Batik Beneran dan Bohongan Menurut Yayasan Batik Indonesia

Ironis, sejumlah batik 'bohongan' harganya di pasaran melebihi harga batik asli.

oleh Henry diperbarui 01 Okt 2023, 02:40 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2020, 14:03 WIB
Kunjungan Yayasan Batik Indonesia di Rumah Batik Komar di Bandung
Kunjungan Yayasan Batik Indonesia di Rumah Batik Komar di Bandung. (Liputan6.com/Henry)

Liputan6.com, Jakarta -  Masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan batik. Sangat mudah menemukan pakaian yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya ini. Meski begitu, masyarakat masih sulit membedakan mana batik asli ataupun palsu.

Untuk itu, Yayasan Batik Indonesia (YBI) tak henti mengedukasi tentang batik untuk bisa mengenal mana batik printing dan batik yang diproses melalui proses canting dan malam atau batik tulis.

Ini merupakan salah satu misi YBI yaitu, menyosialisasikan tentang proses pembuatan batik dan batik asli bagi generasi muda khususnya, agar lebih mencintai budaya membatik dengan mengenalkan teknik membatik yang benar. Selain itu juga untuk mengenali batik dari sisi ragam hias dan jenis-jenis batik yang diproduksi oleh perajin batik di berbagai daerah.

Untuk lebih memperluas cakrawala para anggota YBI, mereka mengunjungi Rumah Batik Komar di Bandung, Jawa Barat, Selasa, 25 Februari 2020. Di Rumah Batik Komar, nuansa kayu dan tanaman hijau menyejukan mata untuk dipandang membuat siapapun yang berkunjung akan merasa nyaman.

Beberapa pegawai terlihat begitu serius mengerjakan kerajinan batik yang ada di depan mata. Ketua Yayasan Batik Indoneisa, Yanti Airlangga mengatakan, kunjungan ini dilakukan karena untuk saling mengenalkan antaranggota di kepengurusan yang baru ini.

"Kita ke sini datang untuk mendapatkan pengetahuan, pembelajaran mengenai batik Indonesia dari para senior termasuk Pak Komar," ucap Yanti di Rumah Batik Komar. Ia menjelaskan saat ini Yayasan Batik Indonesia memperkenalkan tagar 'Batik Beneran', yaitu untuk mengetahui proses pembuatan batik itu seperti apa. "Kita bersyukur bisa punya kesempatan datang kesini dan dapat pelajaran yang tepat, walaupun saat ini memang banyak teknologi batik baru," kata Yanti pada Liputan6.com.

Menurut istri Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto ini, banyak masyarakat yang hingga sekarang masih belum teredukasi bagaimana membedakan batik beneran dan batik bohongan.

"Membeli batik beneran ini akan membantu para pengrajin dan memberikan motivasi bagi mereka untuk membuat batik baik cap maupun tulis," tutur Yanti.

Ia menyayangkan batik print merajai pasar Indonesia, bahkan harganya terkadang lebih mahal dari batik asli. Padahal, batik Indoneisa itu memiliki motif yang lebih indah dan sulit untuk ditiru.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Batik Asli Tidak Mahal

Pemilik Rumah Batik Komar, Komarudin Kudiya dan Ketua Yayasan Batik Indonesia, Yanti Airlangga
Pemilik Rumah Batik Komar, Komarudin Kudiya dan Ketua Yayasan Batik Indonesia, Yanti Airlangga. (Liputan6.com/Henry)

Yanti menyebutkan keberadaan workshop yang diberikan Batik Komar tentunya menjadi bakti kepada negara karena membantu mengenalkan batik sejak 1998. Dalam kesempatan yang sama, pemilik Batik Komar, Komarudin Kudiya mengatakan kehadiran Yayasan Batik Indonesia ke lokasi workshop Batik Komar mampu menyemangati pengrajin seperti dirinya. Ia juga menjelaskan perbedaan antara batik beneran dan batik yang dibuat dengan print kepada rombongan pengunjung.

"Kalau batik print, belakang kainnya itu putih, material yang digunakan juga polyester, di mana ketika dibakar akan menggumpal. Ini beda dengan batik yang dibuat dari serat alam, ketika dibakar akan menjadi abu," ungkapnya.

Namun, banyak orang yang belum teredukasi sehingga mudah tertipu. Situasi itu membuat banyak orang yang membeli batik print yang justru harganya lebih mahal dibandingkan batik canting. Padahal, harga dari batik asli ini tidak semahal yang dikira. Tentunya masih terjangkau untuk berbagai kalangan.

"Batik asli itu ketika membuat ragam hias menggunakan lilin panas (malam). Ketika bertemunya canting dengan lilin panas dulu nenek moyang kita menyebutnya dengan batik. Selain itu, batik juga mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia), yaitu batik itu harus menggunakan lilin panas selain menggunakan lilin panas disebutnya tiruan batik," tutur Komar.

Di Rumah Batik Komar, pengunjung bisa melihat bagaimana rumit dan lamanya proses yang harus dilakukan dalam membuat kain batik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya