Ibu Ajarkan Anaknya tentang Perubahan Iklim Lewat Traveling

Cara ini diharapkan membuat anak-anaknya mendapat dorongan lebih untuk memerangi perubahan iklim.

oleh Asnida Riani diperbarui 09 Mar 2020, 08:02 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2020, 08:02 WIB
Melihat Aktivitas Anjing Laut Abu-Abu di Pulau Helgoland
Anjing laut abu-abu bersantai di pantai Pulau Helgoland, Jerman, 4 Januari 2020. Memasuki bulan November hingga Januari, ratusan anjing laut abu-abu menggunakan Pulau Helgoland untuk melahirkan anak-anak mereka. (John MACDOUGALL/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kendati penting, menyampaikan perihal perubahan iklim pada anak-anak bukanlah satu hal mudah. Tapi, salah seorang ibu menemukan cara yang tak hanya unik, tapi juga menyenangkan dalam menyampaikan isu tersebut pada sang buah hati.

Dalam sebuah video yang dibagikan akun Twitter, The Dodo, Kamis, 5 Maret 2020, ibu tak disebutkan namanya itu mengajak kedua buah hati melihat langsung bayi anjing laut dari kutub yang sangat mungkin jadi korban perubahan iklim.

"Selama kunjungan, saya selalu bilang, 'Ingat wajah hewan-hewan yang kalian temui. Betapa lugu, betapa lucu, dan apapun yang kalian lakukan bisa memengaruhi upaya mereka bertahan hidup'," tuturnya.

Ia menambahkan, mengajarkan perubahan iklim lewat pertemuan dengan hewan sangat efektif untuk anak-anak seusia dua buah hatinya. Edukasi akan perubahan iklim ini dilakukan dalam sebuah perjalanan ke Quebec, Kanada, tempat mereka melihat 10 hari pertama setelah bayi anjing laut lahir.

"Saat terbang di area itu, kalian akan melihat ribuan ibu dan bayi anjing laut di atas lapisan es. Lalu, kalian pun mendarat di atas es dan mulai berjalan di area sekitar," jelasnya.

"Kalian akan melihat bayi anjing laut rebahan di atas lapisan es dan ibu mereka keluar-masuk air untuk mencarikan makanan," imbuhnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut:


Dorongan untuk Berbuat Sesuatu

Potret Bayi Anjing Laut Berpose Layaknya Model (sumber: Instagram/@johan_siggesson_photo)
Potret Bayi Anjing Laut Berpose Layaknya Model (sumber: Instagram/@johan_siggesson_photo)

Sang ibu menambahkan, bayi-bayi anjing laut yang mereka lihat sangat rapuh. "Di tahap ini, mereka (bayi anjing laut) buta, mereka tak bisa berenang. Pada dasarnya, belum bisa melakukan hal-hal esensial untuk bertahan hidup," ucapnya.

Karenanya, ikatan yang terjalin antara ibu dan bayi anjing laut di tahap ini dideskprisikannya sangat luar biasa. Mereka menyusui bayi mereka dan sangat protektif.

Namun, setelah 10 hari, ibu anjing laut akan mengajari anak mereka berenang. "Mereka (bayi anjing laut) butuh lapisan es yang tebal untuk lahir dan belajar berenang," kata sang ibu. 

Sedangkan, perubahan iklim membuat lapisan es cepat mencair. "Jadi, kalau bayi-bayi anjing laut ini belum bisa berenang saat es mencair, mereka akan tenggelam," sambungnya.

Urgensi ini, dianggap sang ibu, akan membuat anak-anaknya mendapat dorongan membuat perbedaan yang baik apabila bertemu langsung dengan hewan berpotensi terdampak perubahan iklim. 

Ia menambahkan, sejak kecil, dua anaknya diajak bepergian ke banyak lokasi alam dan memperlihatkan hewan di habitat alami mereka untuk diperkenalkan eksosistem sebagaimana mestinya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya