Dampak Pandemi, Industri Penerbangan Diprediksi Normal Kembali pada 2023

Dampak krisis pada industri penerbangan akan jauh lebih parah dan durasinya lebih lama dari yang diperkirakan.

oleh Henry diperbarui 01 Jun 2020, 21:03 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2020, 21:03 WIB
Cara mengatasi jet lag usai liburan
Berikut tips mudah mengatasi jet lag setelah liburan dengan perjalanan udara yang cukup panjang. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona Covid-19 menimbulkan dampak yang luar biasa pada industri penerbangan atau perjalanan udara. Bahkan efek yang terjadi pada industri perjalanan udara internasional diperkirakan akan berlangsung hingga 2023.

Saat corona mereda, sebagian besar pelancong mengatakan bahwa mereka cenderung membatasi perjalanan awal. Mereka akan cenderung memilih perjalanan domestik dibandingkan internasional, menurut data baru yang dirilis oleh Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA).

Seperti dilansir dari TravelPulse, IATA merilis analisis baru yang memperkirakan bahwa lalu lintas penumpang global tidak akan pulih ke tingkat krisis pra-COVID-19, setidaknya sampai 2023. Tentunya industri penerbangan akan semakin terpuruk kalau itu benar-benar terjadi.

Pada analisis itu menambahkan bahwa permintaan penumpang pada 2021 akan menjadi 24 persen lebih rendah dari 2019 dan 32 persen lebih rendah dari perkiraan yang dibuat di Oktober 2019.

"Stimulus utama dari pemerintah dikombinasikan dengan suntikan likuiditas oleh bank sentral akan mendorong pemulihan ekonomi setelah pandemi terkendali. Namun membangun kembali kepercayaan diri penumpang akan lebih lama," jelas Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal dan CEO IATA dalam laporan tersebut.

Bahkan pada saat itu, wisatawan individu dan perusahaan cenderung untuk mengelola pengeluaran perjalanan, terutama perjalanan udara dengan hati-hati dan memilih untuk bepergian lebih dekat dengan rumah.

Sebuah survei yang dilakukan pada April 2020 oleh IATA menemukan bahwa 58 persen pelancong baru-baru ini mengatakan bahwa mereka agak atau sangat mungkin membatasi perjalanan awal mereka dan memilih perjalanan domestik.

Menurut de Juniac, dampak krisis akibat pandemi pada perjalanan jarak jauh akan jauh lebih parah dan durasinya lebih lama dari yang diperkirakan dibandingkan di pasar domestik.

Khawatir Dikarantina 14 Hari

Bandara Soekarno Hatta
Suasana lengang di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (30/4/2020). Dibatalkannya sebagian besar penerbangan akibat pembatasan moda transportasi guna mencegah penyebaran Covid-19 menyebabkan kondisi bandara lebih sepi dibanding biasa. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

"Hal ini mmenjadikan standar biosekuriti yang disepakati dan diimplementasikan secara global untuk proses perjalanan menjadi semakin kritis. Kami punya jendela kecil untuk menghindari konsekuensi dari tindakan unilateral yang tidak terkoordinasi yang menandai periode pasca tragedi 9.11. Kita harus bertindak cepat," tutur de Juniac.

Dalam rekomendasinya, IATA mengatakan pihaknya sangat mendesak pemerintah untuk menemukan alternatif untuk mempertahankan atau memperkenalkan tindakan karantina kedatangan sebagai bagian dari pembatasan perjalanan pasca pandemi corona.

Menurut survei IATA pada April lalu, 86 persen pelancong agak atau sangat khawatir tentang dikarantina saat bepergian atau traveling terutama dengan pesawat terbang.

Sedangkan 69 persen pelancong mengatakan mereka tidak akan mempertimbangkan bepergian jika itu melibatkan periode karantina 14 hari pada saat kedatangan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya