Liputan6.com, Jakarta - Venesia, Italia biasanya riuh akan kehadiran wisatawan yang sengaja bertandang untuk menikmati momen di kanal populer dengan gondola. Sejak pandemi corona Covid-19 melanda seantero dunia, pemandangan itu tak lagi tampak.
Hal ini turut berdampak pada para perajin kapal kayu khas Venesia, gondola. Galangan kapal kini diselimuti sunyi dan hanya terdapat empat galangan kapal kecil yang tersisa yang hampir sepenuhnya berhenti beroperasi sejak larangan gondola berlayar karena pandemi.
"Venesia tanpa gondola gelap dan tidak ada artinya," kata Roberto Dei Rossi, salah seorang tukang kayu tradisional yang tersisa, seperti dilansir AFP, Selasa (2/6/2020).
Advertisement
Baca Juga
Pria berusia 58 tahun ini membuat antara empat dan lima gondola setahun dengan tangan. Masing-masing gondola membutuhkan waktu pembuatan sekitar 400 jam.
"Setiap kali saya memasukkan (gondola) yang baru ke dalam air, seperti menyaksikan kelahiran. Ini ciptaan saya," kata Roberto kepada AFP.
Kapal-kapal khas Venesia itu panjangnya hanya 10 meter dengan lebar 1,38 meter dan seberat 600 kilogram. Kapal terdiri dari 280 keping kayu dari delapan spesies pohon oak, larch, kenari, ceri, basswood, cedar, mahoni, dan cemara.
Mereka dibeli secara eksklusif oleh pendayung gondola yang membayar antara 30 ribu Euro atau setara Rp483 juta dan 50 ribu Euro atau sekitar Rp805 juta, tergantung dari hasil akhirnya. Masing-masing dibuat untuk diukur dan disesuaikan dengan berat pemilik baru.
"Kami juga memiliki beberapa penggemar yang telah memesan bersama kami, di Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang," lanjut Roberto.
Bertahan
Sektor ini telah menderita selama air pasang yang luar biasa pada akhir tahun lalu, yang membuat kunjungan wisatawan tertunda dan merusak sebagain kapal. Mereka akan berlayar lagi begitu wisatawan diizinkan kembali ke Italia mulai 3 Juni 2020 dengan syarat mereka wajib menutupi hidung dan mulut dengan masker.
Pemerintah Italia memberlakukan lockdown nasional pada awal Maret. Dampaknya, perairan di Venesia menjadi lebih jernih setelah lalu lintas laut dihentikan oleh mayoritas negara di dunia. Tetapi penutupan yang lama adalah berita buruk bagi galangan kapal, yang tidak hanya menghasilkan tetapi juga memperbaiki dan memelihara gondola.
Sangat sulit bagi galangan kapal Tramontin, bengkel tertua yang masih aktif di Venesia. Berbatasan dengan Kanal Ognissanti, bengkel ini diambil alih oleh dua saudara perempuan pada 2018 setelah kematian ayah mereka Roberto Tramontin, pewaris bisnis keluarga yang didirikan oleh kakek buyutnya pada 1884.
"Dengan ayah tidak ada lagi, hal utama hilang. Kami harus menemukan kembali diri kami sendiri," kata Elena Tramontin, yang memutuskan bersama adik perempuannya Elisabetta untuk melakukan apa yang mereka bisa untuk menjaga perusahaan tetap hidup.
Advertisement