Liputan6.com, Jakarta - Sempat was-was saat pandemi corona menerpa, desainer Rosie Rahmadi bersegera mencari pegangan agar bisnis fesyen yang dirintisnya sejak beberapa tahun lalu tak tumbang. Ia akhirnya mengontak Ali Charisma, National Chairman IFC, untuk mendapatkan saran.
Setelah berkonsultasi, ia disarankan untuk fokus menggarap dua brand dari enam brand yang dikelolanya. "Bahkan, dua aja juga udah cukup banyak," kata Rosie dalam diskusi virtual Dampak Positif Pandemi di Jakarta, Senin (22/6/2020).
Advertisement
Baca Juga
Salah satu yang dipertahankannya adalah label Gadiza. Ia melihat peluang mendapatkan uang lantaran ada must-have item yang mencuri perhatian, yakni jaket panjang yang disebutnya OPD (outer pelindung diri).
"Saya selalu pakai jaket saya yang sudah dipakai dari 2016. Selalu saya bawa karena saya gampang masuk angin," ujar Rosie.
Ia pun memvideokan kesehariannya memakai jaket tersebut. Setelah diedit, hasilnya diunggah ke media sosial. Belum juga sehari, permintaan datang dari konsumen banyak sekali pada malam harinya.
"Produk ada 300, semua langsung habis. Kemudian ada permintaan lagi, tapi saat itu cari material tidak mudah, jadi produksinya hanya (warna)Â item saja," tutur Rosie.
Jaket tersebut menggunakan material teslon. Ia menyebut bahan tersebut antiair sehingga cukup aman untuk melindungi diri saat keluar rumah. Selain pekerja kantoran, pegawai rumah sakit, dokter gigi, dan pegawai klinik kecantikan juga meminati jaket panjang itu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tambah Tenaga Kerja
Rosie menerangkan perawatan jaket itu relatif mudah. Cukup direndam sebentar sebelum dicuci, kemudian digantung, diangin-anginkan.
"Gantungkan satu dua jam, cepat kering, bisa langsung dipakai lagi," katanya.
Dengan pemasaran yang tepat, permintaan terus menerus datang. Rosie bahkan harus membagi karyawannya agar bisa terus melayani konsumen 24 jam penuh.Â
"Yang beli enggak berhenti-berhenti, sampai ada yang nanya komentar niat jualan nggak sih?" ujarnya.
Permintaan konsumen memang tak mudah dipenuhi awalnya. Ia kesulitan mendapat bahan baku, namun teman sesama desainer membantunya mendapatkan supplier yang bisa diandalkan. Jumlah tenaga kerja juga ditambah karena ia berencana terus memproduksi jaket tersebut meski pandemi telah usai.Â
"Aku sekarang develop terus agar produk ini lebih relevan dengan protokol Covid-19. Kita juga berencana untuk kolaborasi dengan brand jaket untuk lebih menyempurnakan produk ini," katanya seraya menambahkan jaket tersebut kini tersedia baik untuk lelaki maupun perempuan.
Advertisement