Catatan Insiden Batik Diklaim Pihak Asing

Batik sendiri telah diakui UNESCO dalam daftar representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia pada 2 Oktober 2009.

oleh Asnida Riani diperbarui 13 Jul 2020, 13:33 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2020, 13:04 WIB
Simposium Kain Tradisional ASEAN 2019
Pengrajin tengah membatik di Wastra Expo Simposium Kain Tradisional ASEAN 2019 di Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, 5 November 2019. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Batik adalah satu dari sekian banyak warisan budaya Indonesia yang harus terus dilestarikan eksistensinya. Kendati, mempertahankan keberadaannya tak selalu berlangsung mulus. Dalam beberapa kesempatan, batik tercatat diklaim pihak asing.

Klaim pertama yang sempat sangat menghebohkan dilakukan Malaysia. Polemik ini berujung pada upaya pemerintah Indonesia mendaftarkan batik ke daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia UNESCO pada 2008.

Pada 3 September 2008 melalui proses Nominasi Batik Indonesia ke UNESCO, hingga secara resmi diproses lebih lanjut oleh UNESCO pada 9 Januari 2009, semua tahapan ini dilalui. Sampai pada 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik Indonesia dalam daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Disusul penetapan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Kendati sudah tercatat secara resmi, klaim asing kembali datang. Akhir pekan kemarin, jagat maya digegerkan unggahan media China, Xinhua News.

Lewat sebuah video di akun Twitter @XHNews, pihaknya menyebut batik sebagai kerajinan tradisional yang umum di kalangan kelompok etnis di China. Hasil rekam gambar berdurasi 49 detik yang diunggah pada Minggu, 12 Juli 2020 itu menampilkan proses pembuatan batik oleh pengrajin.

"Menggunakan lilin leleh dan alat seperti spatula, orang mewarnai kain dan memanaskannya untuk menghilangkan lilin. Lihatlah bagaimana kerajinan kuno berkembang di zaman modern. #AmazingChina," tulis pihak media sebagai keterangan video.

Tak ayal, klaim tersebut menimbulkan keributan dengan berbagai argumen. Kebanyakan warganet asal Indonesia tentu menyayangkan tindakan mengklaim batik yang dilakukan media Tiongkok itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Mirip dengan Kain Tradisional Afrika

Jawa Tengah
Kain batik motif bayatan khas Desa Jarum, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. (dok. Instagram @dolanmbayat/https://www.instagram.com/p/BcXnGKPgGBi/)

Terlepas dari klaim berujung polemiik, kain tradisional mirip batik Indonesia nyatanya juga ada di Afrika. Melansir laman CNN, Senin (13/7/2020), Kamerun dan negara-negara di Afrika secara umum mengenalnya sebagai batik Afrika. 

Tak jauh berbeda dengan batik Indonesia, proses pembuatannya pun menggunakan lapisan warna. Terkait motif, sementara batik Indonesia kebanyakan melambangkan filosofi soal sejarah, teladan, bahkan kekayaan budaya, batik Afrika umumnya menggambarkan identitas secara keseluruhan.

Di Kamerun, misalnya, kebanyakan batik di sana menggunakan motif binatang, tribal, bunga, sampai peta afrika. Batik Afrika ini memiliki ukuran motif besar, serta jarak tak terlalu rapat antar motifnya sebagaimana batik Indonesia.

Batik Afrika punya warna lebih mencolok dan terang, kendati ada juga beberapa yang memanfaatkan warna gelap. Batik Afrika dibuat tidak dengan teknik pelapisan lilin, melainkan dua metode disebut adire eleso dan adire eleko.

Adire eleso merupakan proses pembuatan kain batik dengan cara mengikat dan menjahit pola motif di kain baru, kemudian dicelupkan ke pewarna. Sedangkan teknik adire eleko adalah proses pembuatan kain batik dengan menambahkan pasta pati dari singkong, beras, maupun ubi kayu sebagai pengganti lilin.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya