Liputan6.com, Jakarta - Walau sebenarnya bukanlah bahasan asing bagi dunia, sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan baru beberapa tahun belakangan digaungkan di dalam negeri. Dalam praktiknya, penerapan konsep ini tak selalu mulus, apalagi dengan pasar Indonesia yang terbiasa dengan fast fashion.
Menurut desainer senior Ali Charisma, setidaknya ada tiga pilar yang jadi pakem sustainable fashion. Mereka adalah people, planet, dan profit.Â
"Ketiganya harus ada supaya sustain," katanya dalam virtual media briefing road to Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020, Selasa, 11 Agustus 2020.
Advertisement
Baca Juga
Dimulai dari people, praktik bisnisnya harus selalu adil, baik pada para pekerja maupun pelanggan. Poin ini pun bisa berujung pada pembukaan lapangan kerja lebih luas bagi orang di sekitar.
Lalu, planet. Selain manusia, ibu Bumi pun tak boleh ditumbalkan dalam menjalankan bisnis. Komponen dalam poin ini cukup banyak, yakni mulai dari pemilihan bahan, proses produksi, hingga bagaimana mengolah limbah.
Terakhir, profit. Supaya tetap langgeng, bisnis harus menguntungkan tanpa perlu mengorbankan dua poin sebelumnya. Ali beranggapan, penerapan gaya hidup berkelanjutan memegang peran penting dalam eksistensi sustainable fashion.
Karenanya dalam penyelenggaraan ISEF ke-7, sektor fesyen sengaja mengusung tema "Sustainable Fashion, Sustainable Lifestyle." "Semua UMKM terlibat sudah mengadopsi setidaknya satu indikator sustainable fashion. Pertanyaannya, seberapa jauh bakal mengembangkan brand buat lebih berkelanjutan?" ucapnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kapan Bisa Lebih Ekonomis?
Di tengah upaya yang dilakukan, chairmain Indonesia Fashion Chamber (IFC) tersebut tak menampik bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan perihal sustainable fashion. Pertama, membangun kesadaran publik.
Juga, desainer dalam fair trade yang harus dijalankan beriringan dengan sustainable fashion. Pasalnya, busana berkonsep berkelanjutan sudah terlanjur lekat dengan harga dibanderol lebih mahal.
"Harga mahal bisa jadi kurang diskusi dengan tim kerja untuk menurunkan cost. Semua pihak memang masih belajar. Dari saya pribadi sudah berusaha melahirkan konsep sustainable lewat brand baru," tutur Ali.
Mengadopsi kebiasaan baru, dikatakan Ali, harus membuat pelaku fesyen lebih semangat dan menuangkan usaha untuk berkontribusi dalam sustainable fashion. "Saya pikir dengan begitu, tak butuh waktu terlalu lama untuk harga akan membaik," tandasnya.
Advertisement