Liputan6.com, Jakarta - Memasuki gelaran ke-14, Her World Indonesia kembali menyelenggarakan acara penghargaan Women of The Year (WOTY) yang pada tahun ini dilangsungkan secara daring. Event ini bertujuan mengapresiasi para perempuan inspiratif yang telah mewujudkan cita-cita, konsisten berjuang di bidang masing-masing, dan memberi dampak positif bagi masyarakat. Â
Women of The Year sendiri telah secara rutin digelar setiap tahun oleh Her World Indonesia, Her World Regional, serta Her World Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Setelah dikurasi, Her World Indonesia memilih sejumlah sosok berlatar belakang berbeda yang tak berhenti berkarya selama pandemi COVID-19.
Mereka adalah dr. Debryna Dewi (Dokter Relawan Wisma Atlet, Influencer, Anggota Tim INASAR, Indonesia Search and Rescue), Dewi Nur Aisyah (Ahli Epidemiologi dan Informatika), Ratri Anindyajati (Aktivis Seni, Penyintas COVID-19), dan Najelaa Shihab (Founder Sekolah Cikal).
Advertisement
Disusul Dwi Sasetyaningtyas (CEO Sustaination), Aprishi Allita (Pishi Yoga dan Mediatasi), Maurilla Sophianti Imron (Founder dan CEO Zerowaste.id_official), Anbita Nadine Siregar, Janice Belinda Widjaja, dan Crystal Widjaja (Founder GenerationGirl.id), Happy Salma (Seniman, Penggagas Sandiwara Sastra, Co-founder Tulola), dan Denica Flesch (Founder Sukkha Citta).
Baca Juga
“Di masa pandemi, passion, kepedulian, dan ketangguhan mereka (sosok perempuan inspiratif pilihan) semakin jelas terasa," kata Shantica Warman, Editor in Chief Her World Indonesia, lewat keterangan resmi pada Liputan6.com, baru-baru ini.
"Mereka melangkah keluar dari comfort zone untuk terjun jadi relawan di garda depan, memimpin tim pengolahan data nasional COVID-19, membangun lingkungan lebih sehat, menyembuhkan luka mental sekian banyak masyarakat terdampak, serta tetap berkarya dalam seni dan sastra," imbuhnya.
Tak membiarkan pandemi COVID-19 membatasi ruang gerak dalam berkarya dan bersuara, dr. Debryna Dewi patut jadi inspirasi bagi calon dokter, petugas kesehatan, dan generasi muda Indonesia.
Debryna kerap membagikan cerita keseharian di media sosial dalam menjalankan tugas sebagai relawan di Wisma Atlet. Tujuannya supaya makin banyak orang tahu informasi sebenarnya seputar kondisi Wisma Atlet, dan tak menyerah menuntaskan tugasnya di garda terdepan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Fokus Majukan Pendidikan
Ada juga Dewi Nur Aisyah, pakar penyakit menular yang direkrut Komite Penanganan COVID-19 untuk pengumpulan dan pengolahan data sebagai dasar pengambilan kebijakan menangani kasus COVID-19 di Indonesia, juga Pemulihan Ekonomi Nasional.
Sosok inspiratif lain yaitu, Ratri Anindyajati, salah satu dari tiga pasien terinfeksi COVID-19 pertama di Indonesia yang telah dinyatakan sembuh. Ia aktif menggalang dana lewat sebuah laman crowdfunding untuk disumbangkan pada tenaga medis, baik di rumah sakit atau puskesmas.
Saat ini, Ratri juga jadi salah satu duta program Saweran Online dan Program Manager Indonesia Dance Festival untuk pekerja seni.
Tak kalah inpiratif, ada pula Najelaa Shihab yang fokus pada pendidikan di Indonesia. Terlepas dari banyaknya faktor yang harus dibenahi, Najelaa mendirikan Sekolah Cikal dan membangun komunitas inibudi.org.
Ia juga menginisiasi gerakan "Semua Murid Semua Guru" yang mengajak masyarakat turut memajukan pendidikan di Indonesia, khususnya daerah pelosok. Najelaa pun menggagas Sekolahmu, aplikasi blended learning pertama di Indonesia yang jadi wadah kolaborasi antar sekolah dan korporasi.
Dwi Sasetyaningtyas merupakan pendiri Sustaination guna memperkenalkan gaya hidup berkelanjutan melalui edukasi SustainBlog dan SustainTalks. Dwi juga kerap mengadakan workshop seputar membuat kompas dan kiat zero waste lainnya.
Sosok berikutnya adalah Aprishi Allita, aktivis antiperundungan dan penggagas laman stopbulling.co.id. Aprishi juga merilis buku self-care bertajuk Cool in School untuk para remaja agar bisa bangkit dan percaya diri. Ia aktif sebagai instruktur yoga dan meditasi untuk mengajak banyak orang melakukan proses healing bersama.
Advertisement
Dari Dorong Milimalisir Sampah sampai Berdayakan Perajin
Menyusul di daftar tersebut, ada Maurilla Sophianti Imron sebagai lulusan universitas di Belanda yang kini jadi Founder dan CEO Zerowaste.id, komunitas yang fokus mengampanyekan cara meminimalisir sampah.
Saat ini, Maurilla bekerja sama dengan komunitas Sedari Sedari, Workplay, Living Loving Net, dan National Gegraphic Indonesia untuk membuat gerakan #tukarbaju demi mewujudkan fesyen berkelanjutan dan slow fashion yang telah banyak diaplikasikan di berbagai negara.
Selain itu, tiga pendekar teknologi di balik GoJek, yaitu Anbita Nadine Siregar, Janice Belinda Widjaja, dan Crystal Widjaja, berkolaborasi mendirikan GenerationGirl.ID untuk meningkatkan kesadaran tentang dunia Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) yang masih banyak didominasi pria.
Selama pandemi, organisasi non-profit tersebut memperbanyak kelas hingga ke luar Jabodetabek dengan ilmu yang lebih luas, termasuk kelas animasi, membangun robot, dan membuat situs web.
Wanita yang memberi inspirasi lainnya adalah Happy Salma. Ia membuat Sandiwara Sastra, sebuah ahli wahana karya sastra dari buku jadi tata suara yang ditayangkan lewat podcast Budaya Kita.
Misinya memperkenalkan generasi muda pada karya-karya sastra pujangga Indonesia. Karier Happy sendiri bermula dari dunia sinetron, bermain film dan teater, produser teater, menyutradarai serial TV berjudul Masakan Rumah, hingga mengelola bisnis perhiasan Tulola Jewelry.
Selanjutnya ada Denica Flesch, sosok pendiri Sukkha Citta, industri kerajinan yang kini bekerja dengan hampir 50 perajin di empat desa di Jawa. Pihaknya berhasil memproduksi 80--100 kain dalam sebulan yang dipasarkan ke 20 negara. Sukkha Citta mendapat penghargaan World Changing Idea Award 2020 oleh Fast Company pada April 2020.
Sebelum malam penghargaan digelar, rangkaian acara WOTY 2020 sudah berlangsung beberapa minggu sebelumnya dengan menyelenggarakan webinar series. Para pembicara di acara virtual tersebut antara lain Cynthia Wirjono, Yovita Lesmana, Andra Alodita, Chitra Subyakto, Alamanda Shantika, dan Tety Sianipar.