Liputan6.com, Jakarta - Tradisi minum kopi sudah berlangsung lama. Tapi, tak semua orang paham perjalanan kopi sebelum akhirnya dihidangkan di cangkir dan diseruput nikmat.Â
Berangkat dari hal itu, sebuah pameran bertajuk Kopi Craft Indonesia digelar di Summarecon Mall Serpong sejak 3--13 Juni 201. Pengunjung akan bisa mempelajari bagaimana membudidayakan kopi hingga akhirnya siap disajikan di salah satu area di mal tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Pameran itu diramaikan lebih dari 60 tenant, mulai dari petani, perajin, sampai penjual kopi kekinian. Ada pula mesin kopi yang dipajang yang terkadang membuat pengunjung tercengang.
"Bagi para petani, kopi menjadi sumber mata pencaharian yang menghidupi banyak keluarga, kemudian kopi sampai pada tangan penjual, hingga kini kopi menjadi budaya dan gaya hidup yang digemari masyarakat. Kami mencoba untuk mengapresiasi hal tersebut dengan memberikan wadah kepada para pecinta dan pelaku bisnis kopi untuk saling berbagi kenikmatan dalam secangkir kopi," tutur Tommy L, Center Director Summarecon Mall Serpong, Minggu, 6 Juni 2021.
Materi pameran tentang cara pengolahan kopi terdapat di area Stage Atrium Forum. Pengunjung akan diterangkan soal pengolahan kopi mulai dari bibit, seperti contoh gabah kopi di hari pertama, hingga menjadi tunas atau bibit kopi di hari ke 65.
Pengunjung juga bisa melihat sampel ceri kopi dan jenis-jenis biji kopi yang sudah kering di gerai Asosiasi Kopi Indonesia. Produk itu ditata seolah pengunjung menjadi petani gabah kopi. Mereka berkesempatan untuk melihat cara penjemuran dan memilih biji kopi di terowongan yang terbuat dari jerami bambu. Pengunjung bahkan bisa mencicipi minum kopi gratis.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Elemen Hiburan
Selain berbagai tenant kopi susu kekinian, para pengunjung bisa juga menikmati manual brewing di beberapa gerai. Pelanggan misalnya bisa menikmati kopi Flores Bajawa dan kopi Kerinci yang disuguhkan dengan V60, yakni cupping di alat saring berbentuk gelas yang dilapisi kertas. Harganya berkisar Rp20 ribu--Rp40 ribu.
Pameran juga menghadirkan beragam aktivitas yang menghibur, seperti dilukis wajah menggunakan bubuk kopi. Harga yang ditawarkan beragam, mulai dari Rp200 ribu hingga Rp16 juta per lukisan. "Tergantung besaran media dan tingkat kesulitannya," ujar pelukis, Arya Setra.
Kopi Craft Indonesia juga diisi dengan nonton bareng film dokumenter Legacy of Java. Film karya Budi Kurniawan ini menceritakan kehidupan petani kopi di tanah Jawa, seperti di Gunung Puntang, Banjaran, hingga petani kopi di Wonosobo, Jawa Tengah.
Film itu menggambarkan bagaimana memanen kopi, serta kopi menjadi penggiat ekonomi rakyat yang ternyata banyak juga digerakkan oleh petani milenial, hingga akhirnya bisa sampai ke hilir, yakni penikmatnya. "Bagaimana ketika saya ke Amerika, para penikmat kopi di sana ketika ditanya 'Kopi Indonesia' mereka langsung sebut Java. Ternyata seterkenal itu kopi Jawa di sana," tutur Budi.
Â
Â
Â
Advertisement
Antusiasme Pengunjung
Pameran tersebut disambut antusias Maya Aulia, salah seorang pengunjung. Ia mengaku banyak hal yang baru diketahuinya karena selama ini ia hanya sebatas tahu mengolah biji kopi kering, kemudian disangrai, ditumbuk, dan dinikmati menjadi secangkir kopi atau kopi kekinian dengan campuran gula aren atau susu full cream.
"Tapi dengan ini, saya ngerasain seperti menjemur, memilah biji kopi, sampai tahu kalau dari biji kopi yang sepintas terlihat sama, ternyata berbeda jenisnya,"tutur Maya.
Pada bagian pameran biji kopi, pengunjung diperbolehkan memegang dan mencium aroma biji kopi dengan ketentuan tetap mengenakan masker. Sebagai petunjuk, akan ada papan bertuliskan jenis biji kopi, seperti Talaga Wangi jenis Robusta, Honey atau Gulali, dan jenis kopi asli Indonesia lainnya.
"Kemudian, ada mesin pengolahnya juga. Tadi bapak saya milih bijinya yang belum matang, lalu bisa di-request mau diolah sampai jadi bubuk kopi begitu,"katanya.
Tommy menyatakan pameran tersebut tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Para pengunjung harus mengenakan masker, lalu disediakan handsanitizer di setiap titik pameran, serta petugas keamanan yang mengawasi dan menegur pengunjung atau petugas pameran yang lalai dengan protokol kesehatan.