Baru Sehari Dibuka untuk Turis, Perairan Langkawi Sudah Penuh Sampah

Pejabat Langkawi menyebut fenomena sampah di perairan itu wajar karena pengaruh air pasang.

oleh Asnida Riani diperbarui 23 Sep 2021, 11:43 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2021, 11:02 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi sampah plastik di laut. (dok. unsplash @naja_bertolt_jensen)

Liputan6.com, Jakarta - Belum genap seminggu setelah Pulau Langkawi, Malaysia, menerima kembali kunjungan wisatawan domestik, video memperlihatkan perairan di wilayah itu penuh sampah viral di media sosial. Klik berdurasi 39 detik itu diunggah ulang pengguna Twitter @amin_hafiszat dari video TikTok.

Terdengar di sana seorang pria menceritakan bagaimana pulau itu "sangat tercemar karena orang-orang." Video singkat itu diduga diambil sehari setelah Langkawi dibuka kembali, yaitu Jumat, 17 September 2021.

Video itu diambil di perairan dekat Bukit Malut dan dua resor terkemuka. Menanggapi kicauan yang mengumpulkan belasan ribu retweet, Anggota Parlemen (MP) Langkawi Tun Dr Mahathir Mohamad mengatakan, ia menghubungi dewan lokal untuk segara menangani masalah ini.

"Langkawi adalah pulau wisata. Saya mengajak semua orang untuk lebih bertanggung jawab dan tidak membuang sampah sembarangan. Mari kita jaga Langkawi, permata Kedah," ujarnya dalam quote tweet unggahan yang dimaksud.

Sebagai respons, pembersihan pulau dilakukan Selasa, 21 September 2021. Menurut The Star, petugas distrik Langkawi Saiful Anwar Azmi mengatakan Dewan Kota Langkawi dan beberapa lembaga publik dan swasta terlibat dalam pembersihan tersebut.

Saiful menambahkan bahwa sampah yang ditemukan di laut tidak ada hubungannya dengan pembukaan kembali Langkawi untuk turis yang divaksinasi penuh. "Wajar kalau hujan deras atau air pasang, sampah akan terbawa ombak ke daratan. Sampah itu datang dari mana-mana, termasuk dari negara tetangga," katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kolaborasi Lintas Sektor

[Fimela] Ilustrasi Sampah Plasti di Laut
Ilustrasi Sampah Plastik di Laut | unsplash.com/@brian_yuri

Sementara itu, juru bicara Malaysian Nature Society (MNS) mengatakan, mengutip Says, masalah ini sebagian masih dapat menyalahkan pariwisata. Juga, mengarah pada pemukiman pengungsi Myanmar di dekatnya.

Penasihat MNS D Kanda Kumar mengatakan, pelaku bisnis di pulau itu harus berperan dalam membuang sampah di "tempat yang tepat." Ia juga meminta pihak berwenang untuk meningkatkan penegakan hukum dan meningkatkan sistem saluran pembuangan di Langkawi untuk mencegah masalah ini terulang di masa mendatang.

Di sisi lain, Vice President MNS Eric R Sinnaya mengatakan, pemerintah perlu membenahi permukiman terdekat di Bukit Malut agar tidak terjadi pencemaran laut. Berbicara pada The Vibes, ia mengatakan pihak berwenang harus membangun sistem pembuangan limbah untuk sekitar 10 ribu penduduk yang tinggal di rumah panggung. Ia juga menekankan risiko merusak garis pantai jika membuang sampah sembarangan.

Semangat Ekowisata di Langkawi

Suasana Pulau Langkawi yang Ditutup Akibat COVID-19
Pemandangan wisata Pantai Cenang di pulau liburan Langkawi, yang baru-baru ini ditutup untuk sebagian besar pengunjung luar karena penguncian parsial yang ditetapkan pihak berwenang untuk mengekang penyebaran Covid-19. di negara bagian Kedah, Malaysia utara (18/11/2020). (AFP/Mohd Rasfan)

Video penemuan sampah di laut ini tentu berseberangan dengan prinsip pembukaan Langkawi yang sebelumnya dilaporkan berbasis ekowisata. Penyetelan ulang ekologis bertujuan melestarikan lingkungan dan aset Langkawi, seperti Taman Geoforest Kambrium Machinchang yang berusia 550 juta tahun. Taman itu diresmikan UNESCO pada 2007 sebagai geopark pertama di Asia Tenggara.

"Inisiatif keberlanjutan di Langkawi telah mencatat banyak momentum, bahkan sebelum pandemi COVID-19," kata Claudia Mueller, direktur pelaksana Dev's Adventure Tours, melansir SCMP. "Sebagian besar pelaku industri pariwisata perlahan tapi pasti beradaptasi dan mengadopsi pariwisata berkelanjutan dengan cara mereka sendiri yang kecil, namun bermakna."

Pihaknya mengoperasikan safari laut yang berfokus pada lingkungan, membawa kelompok sangat kecil ke pantai dan jalur air yang jarang dijelajahi dengan kayak. Mereka pun mengadopsi kebijakan larangan plastik yang ketat pada 2018, menyediakan botol kaca yang dapat digunakan kembali para tamu dan menghindari memberi makan satwa liar.

Tropical Charters adalah perusahaan lain dengan semangat serupa. Mereka telah membangun kembali salah satu katamarannya untuk dijalankan dengan motor listrik dan baterai bertenaga surya. Di samping, pihaknya juga memulai pelayaran pendidikan geopark, membawa siswa dan guru dalam tur tentang keajaiban Machinchang Langkawi.

Infografis Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah COVID-19

Infografis Yuk Kenali 4 Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Kenali 4 Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya