Liputan6.com, Jakarta - Permasalahan sampah plastik sudah menahun hingga penyelesaiannya membutuhkan proses panjang dan keterlibatannya semua manusia. Banyak gerakan dari para aktivis lingkungan untuk mengurangi sampah yang sulit didaur ulang ini.
Dilansir dari Asia One, Selasa, 5 Oktober 2021, sejumlah aktivis lingkungan di Indonesia membuat museum yang keseluruhannya terbuat dari plastik. Pameran tersebut berlangsung di ruang terbuka di daerah Gresik, Jawa Timur.Â
Butuh tiga bulan lamanya untuk mengumpulkan dan membangun instalasi yang menggunakan lebih dari 10.000 sampah plastik, mulai dari botol, tas, sachet, dan sedotan plastik yang dikumpulkan dari sungai dan pantai yang tercemar. Instalasi dimulai dari terowongan 4444 sepanjang 10 meter.
Advertisement
Baca Juga
Terowongan itu dibangun dari sampah plastik yang dikumpulkan dari beberapa sungai sekitar Gresik selama tiga tahun. Pada bagian tengah pameran berdiri patung Dewi Sri, dewi kemakmuran yang diyakini oleh masyarakat Jawa. Rok panjang Dewi Sri terbuat dari sachet barang-barang rumah tangga sekali pakai.
"Kami ingin menyampaikan kepada masyarakat untuk menghentikan penggunaan plastik sekali pakai," ujar Prigi Arisandi, pendiri museum. "Plastik sangat sulit didaur ulang. Mulai hari ini, kita harus berhenti menggunakan plastik sekali pakai karena akan mencemari laut, yang juga merupakan sumber makanan kita," tambahnya.
Permasalahan plastik sangat mendesak di Indonesia, negara kepulauan yang menempati urutan kedua setelah Tiongkok dalam hal banyaknya volume plastik yang berakhir di lautan. Data tersebut berdasarkan artikel yang berjudul ‘Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean’ yang ditulis oleh Jenna R. Jambeck pada 2015. Disebutkan bahwa jumlah sampah plastik laut Indonesia mencapai 0.48–1.29 juta metrik ton per tahun.
Bersama dengan Filipina dan Vietnam, keempat negara tersebut bertanggung jawab atas lebih dari separuh sampah plastik di lautan. Indonesia telah berupaya untuk mengatur regulasi penggunaan kemasan plastik dan telah membuahkan hasil.
Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengunjung Pameran
Pameran ini telah menerima 400 pengunjung sejak dibuka pada awal bulan lalu. Ahmad Zainuri, seorang mahasiswa, mengaku tersadarkan mengenai besarnya masalah lingkungan ini.
"Saya akan beralih menggunakan tas jinjing dan ketika membeli minuman, saya akan menggunakan tumbler," ujar Ahmad. Pendapat senada juga dikatakan pengunjung lainnya.
"Saya harus membeli barang-barang yang dapat digunakan kembali seperti botol minum, daripada membeli botol plastik," ujar seorang mahasiswa, Ayu Chandra Wulan. "Ketika melihat banyaknya sampah yang ada di sini, saya merasa sedih," lanjutnya.
Â
Advertisement
Gerakan 3R
Untuk membantu mengurangi sampah plastik, Anda dapat menerapkan gerakan 3R, reduce, reuse, dan recycle. Melansir Center For Ecotechnology, Selasa, 5 Oktober 2021, langkah pertama untuk mengurangi plastik secara sederhana yaitu dengan tidak menggunakan plastik.
Anda dapat menggunakan tas kain atau tas yang tidak sekali pakai untuk bepergian dan berbelanja. Hindari pula untuk menggunakan bahan pembersih yang mengandung microbeads.
Kedua, menggunakan kembali kantong atau peralatan makan yang Anda gunakan. Anda juga dapat berkreasi dengan botol plastik bekas dan menjadikannya tempat alat tulis.
Terakhir, daur ulang yaitu mengumpulkan benda-benda plastik yang dapat disalurkan ke tempat daur ulang. Walaupun cukup merepotkan, tetapi tindakan Anda sangat berarti bagi lingkungan dan kelangsungan bumi. (Gabriella Ajeng Larasati)
Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Advertisement