China Susun Rencana Aksi 5 Tahun Atasi Masalah Sampah Plastik Sekali Pakai

Selain sebagai penghasil karbon dioksida terbesar di dunia, China juga merupakan penghasil sampah plastik terbesar.

oleh Asnida Riani diperbarui 18 Sep 2021, 14:30 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2021, 14:30 WIB
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, Sampah Plastik Masih Jadi Pekerjaan Rumah Bersama
Ilustrasi sampah plastik. (dok. Nick Fewings/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah China mengaku akan meningkatkan upaya menghapus plastik sekali pakai, meningkatkan daur ulang, dan mempromosikan alternatif pengganti plastik dalam lima tahun ke depan. Ini merupakan rencana aksi mereka dalam menekan polusi dan memenuhi target netralitas karbon negara itu, lapor SCMP, Jumat, 17 September 2021.

Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), perencana ekonomi pusat China, menerbitkan rencana aksi lima tahun untuk mengurangi sampah plastik di lamannya, pertengahan pekan ini. Rencana yang berlaku untuk 2021 hingga 2025 ini bertujuan lebih meningkatkan pengelolaan seluruh rantai pencemaran plastik.

Ini memuat langkah-langkah rinci dan target spesifik untuk memotong produksi, serta penggunaan plastik sekali pakai. Pihaknya juga mempromosikan alternatif, mengembangkan sistem daur ulang, dan mengurangi sampah plastik di tempat pembuangan akhir (TPA) sambil meningkatkan kemampuan insinerasi.

"Pencemaran plastik telah jadi masalah lingkungan yang utama, menimbulkan kekhawatiran bersama di seluruh dunia," kata Wakil Direktur Lembaga Penelitian di bawah NDRC Zhang Deyuan. "Inti dari pengendalian pencemaran plastik adalah membangun bendungan yang kuat (melawan) kebocoran plastik (sekali pakai) ke lingkungan."

Rencana aksi tersebut melimpahkan tanggung jawab pada beberapa departemen negara bagian. Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) Tiongkok akan bertanggung jawab membatasi produksi tas belanja plastik ultra-tipis, serta produk yang mengandung manik-manik plastik yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Kemudian, Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar (SAMR) Tiongkok akan bertanggung jawab dalam pengawasan dan pembatasan kemasan komoditas yang berlebihan. Rencana ini menetapkan bahwa pada 2025, sektor-sektor termasuk ritel, e-commerce, dan pengiriman paket ekspres harus mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yang "tidak masuk akal."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Target 85 Persen Sampah Plastik Didaur Ulang

Ilustrasi foto sampah plastik.
Ilustrasi foto sampah plastik. (iStockphoto)

China menargetkan setidaknya memiliki 10 juta kotak yang dapat digunakan kembali untuk pengiriman ekspres pada 2025. Departemen pusat mereka, termasuk Kementerian Perdagangan dan Biro Pos Negara, akan bertanggung jawab atas pengawasan dan penerapan langkah-langkah tersebut.

Kapasitas nasional untuk pembakaran sampah domestik perkotaan harus mencapai 800 ribu ton per hari pada 2025, sesuai rencana, dan jumlah sampah plastik yang langsung ke TPA harus sangat berkurang. Tingkat daur ulang yang ditargetkan adalah 85 persen, menurut rencana tersebut.

Ini juga bermaksud membersihkan sampah plastik dari danau dan sungai utama, tempat wisata, juga daerah pedesaan. Rencana tersebut memerintahkan promosi alternatif plastik, seperti bambu, kayu dan kertas, serta menyerukan lebih banyak penelitian ilmiah tentang teknologi plastik yang dapat terdegradasi.

Departemen informasi seperti Cyberspace Administration of China juga diperintahkan untuk mempromosikan kesadaran masyarakat akan kebiasaan konsumsi ramah lingkungan, pengurangan sampah plastik, dan pemilahan sampah.

Penghasil Sampah Plastik Terbesar

Ilustrasi sampah plastik
Ilustrasi sampah plastik. (dok. RitaE/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Sejak Presiden China Xi Jinping tahun lalu mengumumkan tujuan iklim negara itu dari emisi karbon puncak pada 2030 dan netralitas karbon pada 2060, negara itu memberlakukan langkah-langkah lingkungan, mulai dari kebijakan baru, hingga meluncurkan pasar perdagangan karbon nasional, baru-baru ini.

Selain sebagai penghasil karbon dioksida terbesar di dunia, China juga merupakan penghasil sampah plastik terbesar. Seperlima dari plastik sekali pakai dunia berasal dari China pada 2019, menurut sebuah penelitian pada Mei tahun ini oleh Minderoo Foundation yang berbasis di Australia.

Plastik sekali pakai hampir seluruhnya terbuat dari bahan bakar fosil, dan akhirnya dibakar, dikubur di TPA atau dibuang, meninggalkan jejak karbon besar dari produksi hingga pembakaran. Tahun lalu, China menghasilkan sekitar 60 juta ton limbah plastik, sekitar 16 juta ton didaur ulang, menurut Asosiasi Daur Ulang Sumber Daya Nasional China.

Sekitar 300 perusahaan memiliki fasilitas produksi plastik sekali pakai di dunia, dan sepertiga di antaranya berasal dari China. Perusahaan minyak dan gas milik negara Sinopec adalah produsen sampah plastik sekali pakai terbesar ketiga di dunia, memompa sekitar 5,3 juta ton produk pada 2019, menurut Minderoo.

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya