Liputan6.com, Jakarta - Indonesia belum berhasil meraih gelar di ajang Bocuse d'Or 2021, kompetisi memasak bergengsi bagi para chef di dunia. Tim dari Prancis menduduki peringkat pertama, disusul Denmark dan Norwegia.
Dalam ajang yang berlangsung pada 26--27 September 2021, Indonesia diwakili oleh Chef Mandif Warokka dan dibantu Chef Muhamad Lutfi Nugraha. Mereka harus bersaing dengan 20 negara lainnya yang hadir di Lyon, Prancis.
"Seleksinya kan 24, kebetulan karena Covid, beberapa nggak bisa. Ada yang kena Covid juga, akhirnya jadi 21," ujar Chef Mandif kepada Liputan6.com, Senin, 11 Oktober 2021.
Advertisement
Meski tak menang, banyak oleh-oleh pengalaman yang didapat duo chef Indonesia itu. Menurut Chef Mandif Warokka, kompetisi ini membuka mata mereka tentang cara Eropa mengoperasikan industri kuliner mereka.
Baca Juga
"Buat orang Eropa ya, ini menghabiskan million of euro. Bagi mereka, ini tuh harga diri bangsa. Kalau kita baru mulai, ini belum dilirik oleh orang Indonesia untuk menjadi event yang harus kita banggakan untuk promosi kuliner," ujar pemilik Restoran Blanco par Mandif di Bali itu.
Dana yang besar menjadi salah satu modal utama karena yang dinilai tidak hanya soal keterampilan memasak, tetapi juga penyajian yang harus melibatkan tim desainer dan para perajin untuk membuat peralatan makan. Penilaian juga melihat jumlah sampah yang dihasilkan, cara berkomunikasi dengan commis (asisten chef), hingga cara mempromosikan hidangan dari masing-masing negara.
Chef Mandif menyebutkan bahwa jika tim marketing kurang kuat untuk berpromosi, pesan yang ingin disampaikan tidak akan sampai ke juri. Ia pun banyak belajar tentang mengorganisasi dapur secara profesional dari kontestan negara lain.
"Ibarat kalau balapan mobil ada pitstop, tim mereka itu jago banget dan peralatannya super canggih. Jadi itu interesting banget, teknik mereka very specific dan kerja mereka presisi," ujar Chef Mandif.
"Tapi kita nggak jelek loh, the results is not bad. Plate-nya beautiful, tapi organisasi nggak bisa seperti mereka sih," tambahnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
56 Piring dalam 5 Jam
Dari 21 kontestan yang berkompetisi, Chef Mandif menyebut semuanya adalah saingan yang sangat berat bagi Indonesia. Ia dan Chef Lutfi juga harus bersaing dengan waktu yang terbatas untuk menyajikan tiga hidangan.
Tema utama dalam kompetisi masak kali ini adalah membuat olahan dari tomat dan udang. Sebagai hidangan pembuka, ia menghadirkan Autumn Tomato Feast, sebuah hidangan yang terinspirasi dari masa kecilnya.
Berikutnya, hidangan utama bernama An Omnium Gatherum Black Tiger Shrimp serta untuk hidangan penutup bernama Blossoms of Solanium. Total sajian yang harus disiapkan oleh tim Indonesia sebanyak 56 piring dengan waktu lima jam.
"Ibaratnya ada event di ballroom 60 orang, saya masak saat itu juga dengan kerja hanya dua orang saja. Pressure time itu tinggi sekali," ujar Chef Mandif.
Meski makanan Indonesia, ia menghadirkan style yang berbeda. Menuru dia, kreativitas diperlukan untuk mengembangkan hidangan Indonesia agar dilirik konsumen mancanegara.
"The tradition dan kultur kita jaga, keep the tradition, tapi jangan menutup untuk kreativitas, evolusi dari makanan Indonesia juga," ujar Chef Mandif.
Advertisement
PR Indonesia
Belajar dari pengalamannya kemarin, ia mengatakan para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, harus lebih serius menyiapkan sesuatu. Dibandingkan negara lain yang sudah mempersiapkan diri 2--4 tahun, Indonesia tampil dengan bekal persiapan hanya 60 hari.
Belum lagi soal dukungan finansial. "Mereka dua tahun kayak atlet digaji dan latihan. Mereka gajinya dibayarkan oleh pemerintah, beda," tutur Chef Mandif.
"We have to take seriously ke depannya, sepuluh kali lebih serius. Itu yang saya pelajari sih," tambahnya.
Di sisi lain, bahan baku rempah-rempah yang jadi keunggulan kuliner Indonesia harus ditingkatkan kualitasnya. Tanpa itu, Indonesia akan kurang bersaing. "Chef itu it’s all about producing," tutur Chef Mandif.
Ke depan, ia akan berkolaborasi dengan beberapa chef yang juga mengikuti kompetisi Bocuse d’Or. Chef Mandif juga berharap untuk kompetisi selanjutnya agar meningkatkan organisasi dapur dengan dana yang lebih memadai.
“Itu (organisasi dapur) yang paling penting. Harus di-budgeting, pada saat ini saya belajar dulu saja," ucap dia. (Gabriella Ajeng Larasati)
Diplomasi Indonesia via Jalur Kuliner
Advertisement