Liputan6.com, Jakarta - Seperti kebanyakan tempat wisata populer lainnya di Indonesia, Labuan Bajo juga menghadapi lonjakan sampah plastik setiap tahunnya. Kondisi itu memperparah krisis iklim dan polusi lingkungan mengingat pengelolaan sampah di wilayah NTT masih tertinggal.
Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu, kemasan plastik sekali pakai menjadi salah satu momok dalam masalah sampah di Labuan Bajo. Lantaran tidak didaur ulang, keberadaannya mengakibatkan beragam dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan, seperti tempat pembuangan sampah yang tidak bersih, pembuangan sampah sembarangan, dan pembakaran sampah di lahan terbuka.
"Timbulan sampah dan minimnya pengelolaan sampah merupakan ancaman serius terhadap lingkungan dan iklim. Solusi terbaik adalah dengan mengurangi produksi jumlah sampah," kata Julie Bülow Appelqvist, Head of Environmental Sector Cooperation di Kedutaan Besar Denmark.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu destinasi wisata super prioritas itu membutuhkan solusi progresif agar jumlah sampah plastik bisa ditekan. Sebuah usulan datang dari Indonesian Waste Platform (IWP), sebuah organisasi nirlaba, yang bekerja sama dengan Siklus, startup yang fokus dalam teknologi isi ulang untuk menyelesaikan masalah ekonomi dan lingkungan.
Didukung Kedutaan Besar Denmark di Indonesia, mereka sepakat untuk meluncurkan pilot project belanja curah di kawasan Labuan Bajo, Flores, NTT. Areanya difokuskan di pedesaan dan daerah terpencil
"Peluncuran solusi isi ulang milik Siklus di pedesaan dan daerah terpencil merupakan salah satu langkah signifikan untuk mewujudkan tujuan kami dari mengeliminasi pemakaian kemasan plastik sekali pakai di seluruh Indonesia," jelas Jane von Rabenau, CEO & Co-Founder Siklus.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3 Dampak
Direktur IWP Nina van Toulon sepakat dengan skema belanja isi ulang bisa mengurangi produksi kemasan plastik yang tidak dapat didaur ulang. Setidaknya ada tiga dampak negatif yang akan dikendalikan lewat pilot project yang ditargetkan dimulai pada awal 2022.
Ketiga hal itu meliputi, mengurangi kuantitas kemasan yang tidak dapat didaur ulang dengan teknologi daur ulang terkini di Indonesia, memperkenalkan alternatif model pengantaran yang telah terbukti di Jakarta, dan mengurangi pembakaran sampah di lahan terbuka yang dihasilkan dari pengurangan kemasan saset. Selama ini, mayoritas sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang berakhir dibuang di lahan terbuka, sungai, hingga laut.
"(Isi ulang) juga mendukung pengurangan pembakaran sampah plastik yang mana merupakan praktik yang sering dilakukan oleh negara di Asia yang berdampak pada iklim melalui karbon hitam dan emisi karbon dioksida yang memperburuk krisis iklim dan polusi udara dengan asap beracun yang berdampak bagi kita semua dan khususnya kelompok yang paling rentan di masyarakat," jelas Nina.
"Siklus dan IWP akan meneken kerja sama kami di minggu terakhir November. Setelahnya, kami akan melihat situasi dan keadaan, terutama sektor pariwisata di Labuan Bajo terlebih dahulu, mengingat kami perlu melihat visibilitas dari model isi ulang ini dijalankan di Labuan Bajo, sementara kondisi perekonomian daerah Labuan Bajo pada saat ini masih jauh dari kondisi normal," imbuh Jane.
Advertisement
Menyebar
Kedua pihak rencananya akan menyebarkan penerapan pola bisnis berkelanjutan itu di daerah lain di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan dan terpencil. Maluku, Sumatera, NTT, Bali, Jawa, dan Sulawesi sudah dibidik dalam rencana jangka panjang.
Lewat skema belanja isi ulang, penjual akan mendatangi konsumen dengan kendaraan roda dua yang dimodifikasi. Konsumen cukup menyediakan wadah sendiri untuk mengisi ulang produk rumah tangga sehari-hari, seperti sabun, sampo, deterjen, dan minyak goreng dengan harga diklaim lebih terjangkau.
"Siklus menggunakan teknologi isi ulang yang aman dan tepat untuk mengoptimalkan distribusi produk dan memungkinkan produsen untuk berinteraksi dengan pelanggan mereka. Tujuan kami adalah menjadi model ritel berkelanjutan," ujar Jane.
Sampah Produk Kecantikan
Advertisement