Liputan6.com, Jakarta - Situasi pandemi Covid-19 memaksa mayoritas warga dunia menghabiskan waktunya lebih banyak di rumah. Aktivitas yang dulu dilakoni di luar rumah pun berpindah ke berbagai sudut ruang di rumah. Mau tak mau, hal tersebut memengaruhi preferensi banyak orang dalam menata interior rumah mereka.
Ren Katili, arsitek sekaligus pendiri Studio Arsitek Tropis, menerangkan dua kata kunci yang menentukan tren hunian di masa pandemi, yakni rumah yang nyaman dan sehat. Berkaca pada sejarah pandemi yang terjadi di masa lalu, rumah-rumah kemudian dilengkapi dengan ruang transisi.
Advertisement
Baca Juga
"Di setiap rumah kemudian ada powder room. Dulu pernah ada, sekarang kembali dibuat karena ternyata kita perlu ruang cuci tangan di area depan, sekaligus jadi toilet," kata Ren dalam diskusi virtual Beko Virtual: Tren Desain Rumah Paska Pandemi, Rabu, 17 November 2021.
Penghuni di rumah pun makin menyadari kebutuhan sirkulasi udara dan pencahayaan yang lebih baik. Maka, mereka tak segan merenovasi rumah agar hunian mereka agar bisa mengakomodasi kebutuhan itu. Rumah pun dirancang agar lebih banyak bukaan dan bisa memasukkan unsur alam ke dalam rumah.
"Ruang-ruang atau sudut-sudut rumah yang dulu menjadi ruang mati, kemarin akhirnya dibuat menjadi space untuk bekerja atau sekolah jarak jauh," sambung dia.
Ruang di rumah dibuat agar minim sekat. Tujuannya agar terasa lebih lapang sekaligus melancarkan sirkulasi udara. Rumah juga dibuat lebih berjarak, tidak berdempetan, agar pencahayaan jauh lebih baik dan udara bisa masuk dan keluar.
"Ternyata menyenangkan rumah yang berjarak dengan tetangga. Rumah jadi lebih adem, penghijauan bisa dipasang di antaranya," Ren menjelaskan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Area Rekreasi
Ren juga mengungkap tren menarik terkait rumah di masa pandemi. Ia menyebut rumah sekecil apapun menginginkan adanya area rekreasi, seperti membuat kolam renang mini di rumah.
"Karena tak bisa ke mana-mana, mereka ingin ada space yang buat anak lebih nyaman berinteraksi dengan keluarga dan orangtuanya," kata dia.
Dengan lahan terbatas, kurang dari 100 meter persegi, area terbuka itu pun diakali berada di atas rumah. Mau tak mau, rumah harus dibangun secara vertikal. Di lantai bawah, misalnya, bisa diintensifkan sebagai ruang komunal tanpa sekat di mana seluruh anggota keluarga bisa masak, nonton TV, dan mengerjakan aktivitas lainnya di ruang tersebut.
"Materialnya dipilih yang terang supaya enggak kelihatan sempit dan ada unsur kayu sebagai elemen natural," kata dia.
"Di lahan yang sempit, jendela-jendela besar harus kita provide. Interior ruangan juga digunakan se-clean mungkin, dan bisa pakai lantai yang agak glossy," imbuh Ren.
Advertisement
Skylight
Lalu, bagaimana bila rumah kepalang berada di area padat penduduk? Ren menawarkan agar dibuat skylight yang bisa dibuka tutup agar cahaya dan udara bisa leluasa masuk.
"Di rumah itu idealnya, minimal dua sisi jangan ditutup, yakni bagian belakang dan depan," kata dia.
Rumah yang sempit juga sebaiknnya menggunakan warna-warna terang dan material yang mudah dibersihkan mengingat debu lebih mudah menempel di daerah kelembaban tinggi. Gunakan permainan cahaya agar bisa menghasilkan kesan berbeda di dalam rumah.
Di sisi lain, ia menyarankan untuk memilih perabotan yang mendukung kebutuhan itu. Terkait hal tersebut, Beko menghadirkan beragam kategori produk. Salah satu yang jadi andalan adalah kabinet sterilisasi menggunakan sinar UVC.
"Kita harus pastikan barang-barang yang kita pakai itu aman ketika akan digunakan lagi di rumah," kata Arlisa Ardhiani, Marketing Manager Beko Indonesia.
8 Benda di Rumah yang Wajib Dibersihkan
Advertisement