Cerita Akhir Pekan: Pentingnya Me Time Meski Sudah Berkeluarga

Selama digunakan dengan bijak me time bisa sangat membantu kesehatan mental.

oleh Henry diperbarui 13 Feb 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2022, 10:00 WIB
Membuang Semua Kenangan
Ilustrasi Me Time Credit: pexels.com/Vision

Liputan6.com, Jakarta - Manfaat 'me time' mungkin kerap diabaikan seseorang. Padahal me time sangat berguna bagi kesehatan mental. Me time atau meluangkan waktu untuk diri sendiri memang sebaiknya rutin dilakukan, bahkan meski seseorang sudah menikah dan mempunyai anak.

"Me time pada dasarnya adalah waktu yang dialokasikan untuk diri sendiri. Tujuannya untuk membangun “awareness” akan keberadaan diri, menilai kembali perjalanan hidup yang telah dijalani. Jadi kegiatan dari me time tidak harus selalu bersenang-senang, tapi lebih pada kegiatan yang bisa memberikan beragam insight atau pemahaman akan diri sendiri," terang psikolog Maharani Ardi Putri, pada Liputan6.com, Sabtu, 12 Februari 2022.

Pada saat menikah, tugas dan peran seseorang menjadi bertambah: sebagai pasangan, menantu, orangtua dan sering bersamaan sebagai pekerja. Kesibukan yang terjadi terus menerus dan rutin seringkali membuat kita tenggelam dan mulai mengerjakan segala sesuatunya seakan-akan otomatis.

Kita sering berpikir 24 jam, sebagian saat di kantor, sebagian di rumah, sebagian lagi untuk masalah-masalah finansial, sosial dan sebagainya. Kita jadi kehilangan diri sendiri di tengah semua kesibukan itu, akibatnya beberapa orang merasa kosong, merasa membutuhkan sesuatu tapi tidak tahu apa yang dicari.

Putri menambahkan, selama digunakan dengan bijak me time bisa sangat membantu kesehatan mental. Tapi kalau kita berlebihan menerapkannya seperti maraton nonton drakor sehingga begadang atau kalap belanja, maka bukannya kesehatan mental terjaga. Kita justru kekurangan waktu istirahat ataupun melakukan pemborosan.

"Kalau digunakan sesuai proporsinya me time dapat membantu kita memahami apakah hal yang kita lalukan sekarang adalah hal yang tepat, potensi apalagi yang belum kita gali dan masih banyak lagi," terang psikolog dari Universitas Pancasila ini.

"Apapun yang dilakukan tak jadi masalah, asalkan direncanakan terlebih dulu, karena biasanya waktu untuk me time tidak banyak jadi perlu direncanakan supaya lebih efisien. Pilih kegiatan yang sesuai dengan kondisi Anda baik secara finansial, psikologis, biologis dan lingkungan sekitar. Jangan sampai dengan melalukan me time Anda justru menimbulkan masalah baru," sambungnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perenungan Diri

Ilustrasi nonton film
It’s time for a movie marathon!

Tidak ada waktu yang tepat untuk me time, jadi sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Namun menurut Putri, ada tanda-tanda yang perlu anda perhatikan, misalnya Anda merasa cepat sekali marah, bosan, atau merasa ada yang hilang.

Bila tanda-tanda ini muncul maka mungkin itu waktunya Anda sejenak meninggalkan keramaian dan berteman dengan diri sendiri. Mencari apa yang kurang/harus dilakukan. Beberapa orang kadang perlu melihat kembali tujuan hidupnya.

Pentngnya me time juga dikatakan psikolog Dian Ibung,S. Psi., karena bisa mengembalikan kesejateraan jiwa (yang pastinya berdampak pada kebugaran fisik juga). Artinya tak hanya menghabiskan waktu sendiri tanpa ada nilai plus yang didapat.

Bagi mereka yang sudah menikah me time dapat menjadi waktu perenungan diri agar dapat menjadi pribadi, pasangan dan mungkin orangtua yang lebih baik lagi.

"Ketika me time, ia dapat merenungi peran-perannya, apakah sudah dijalankan dengan baik? Apa yg perlu dipertahankan apa yang perlu diubah, dan sebagainya. Namun ada juga individu yang merasa tidak perlu me time karena semua hal dalam hidupnya sudah dibagi dengan pasangannya," jelas Dian Ibung lewat pesan tertulis pada Liputan6.com, 11 Februari 2022.

Kesehatan Mental

Karir
Ilustrasi Keluarga Bahagia Credit: pexels.com/pixabay

Mengenai me time bagi ibu rumah tangga, bagi Dian, bisa dengan hal-hal yang simpel dan tak perlu terlalu berlebihan. Misalnya, bisa mandi dengan tenang tanpa pintu diketuk-ketuk anak,, bisa makan sepiring tanpa teriakan anak saat sedang makan, bahkan bisa salat dengan khusyuk (bagi muslim) sudah bisa termasuk me time.

"Pada saat-saat itu pun bisa digunakan sebagai waktu tenang. Disyukuri saja berapa pun waktu yang didapat untuk diri sendiri. Itu sudab me time walau tidak ideal," ujar Dian. Punya sedikit waktu untuk me time dinilai sudah cukup bagus, karena terkadang ibu rumah tangga menganggap adanya anak dan kegiatan di rumah yang tidak ada akhir menyebabkan merasa tidak ada waktu lagi untuk me time.

Dian juga menilai, me time sebaiknya dilakukan secara berkala agar kejernihan hati dan pikiran terjaga. Terutama tentu jika merasa ada masalah yang perlu dipikirkan secara mandiri dan serius. Idealnya disiapkan waktu khusus agar dapat me time dengan tenang tanpa gangguan.

"Namun jika tidak dapat dilakukan, renungan diri dapat dilakukan kapanpun ketika bisa sendiri. Bahkan jika hanya sebentar. Renungan bisa dilanjutkan ketika ada waktu lagi," pungkasnya.

Sementara bagi konsultan pernikahan Indra Noveldy, me time bukanlah sebuah keharusan tapi cukup penting bagi mereka yang sudah menikah. Hal ini dianggap bermanfaat bagi mereka yang sudah burnout yaitu stres berat atau mengalami masalah besar. Me time juga bisa membuat kesehatan mental seseorang jadi lebih baik. Di sisi lain, pengertian me time bagi tiap orang juga berbeda-beda.

Waktu yang Tepat

Ilustrasi me time
Ilustrasi me time (dok.unsplash)

"Ada yang merasa melakukan me time dengan keluar rumah misalnya. Atau cukup di rumah saja jadi persepsi seseorang memang tidak sama," tutur Indra pada Liputan6.com, Sabtu, 12 Februari 2022.

"Kegiatan me time pun bisa beragam, bisa dengan baca buku, bermain atai naik sepeda, nonton televisi tanpa diganggu, atau apapun yang membuat seseorang merasa memiliki waktu sendiri dengan tenang," lanjutnya.

Begitu juga dengan ibu rumah tangga, mereka juga perlu me time. Namun terkadang sulit mencari waktu dan bahkan ada anggapan mereka tidak boleh melakukannya.

"Masalahnya ada dua, tidak bisa atau tidak boleh. Kalau tidak boleh itu tentu beda lagi masalahnya. Tapi kalau tidak bisa dan sulit mencari me time, tentunya perlu bantuan dari pasangan untuk saling berbagi," terang Indra.

Mengenai waktu yang tepat untuk melakukannya, tergantung kondisi rumah tangga seseorang. Kalau bisa dilakukan berkala tentunya cukup bagus tapi juga tak bisa dipaksakan. "Kalau memang tidak bisa dilakukan secara berkala, ya cari waktu atau momen yang tepat saat kita membutuhkan me time," tutupnya.

4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya