Menelisik Fenomena Marriage Is Scary di Tengah Tekanan Sosial untuk Cepat Menikah

Istilah "Marriage is Scary" muncul dan menjadi fenomena sosial baru di masyarakat modern yang menilai bahwa pernikahan terasa menakutkan untuk dijalani.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 15 Feb 2025, 23:55 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2025, 08:31 WIB
Ilustrasi pernikahan menikah
Ilustrasi/Copyright unsplash/Luis Tosta... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa waktu belakangan, istilah "Marriage is Scary" muncul dan menjadi fenomena sosial baru di masyarakat modern yang menilai bahwa pernikahan terasa menakutkan untuk dijalani. Perubahan sosial ini muncul ke permukaan dari pengalaman individu dalam memandang perkawinan.

"Karena memang zamannya udah berubah, perubahan sosial, sama pengalaman individunya mengalami perubahan, orang memandang perkawinan itu sesuatu yang kompleks," ungkap Psikolog Klinis, Dian Ibung, S.Psi saat wawancara telepon dengan Tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 15 Februari 2025.

Dian menilai fenomena ini juga terangkat karena dipengaruhi sosial media dan exposure pemberitaan, di mana dulunya orang lebih tertutup soal pernikahan, kini cenderung bebas berbicara. Selain itu media sosial yang menunjukkan hubungan sempurna, memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru soal idealnya sebuah pernikahan.

Di tengah perubahan zaman, ekspektasi pria terhadap wanita dan wanita kepada pria juga berubah seiring waktu berjalan di banding pernikanan tradisional yang dialami generasi sebelumnya. Pernikahan saat ini dinilai lebih kompleks dengan tanggung jawab dan komitmen yang ada. 

"Perasaan takut, cemas, ragu akan pernikahan penyebabnya pernah punya pengalaman yang tidak menyenangkan dari pernikahan," kata Dian.

Kebanyakan mereka yang merasakan kekhawatiran dalam menjalani pernikahan adalah orang dengan riwayat keluarga broken home, pernah gagal dalam pernikahan dan hubungan pacaran, hingga toxic relationshiop. Namun hal ini juga bisa tejadi pada mereka yang perfectionist dan overthinking

"Karena (mereka) akan memandang pernikahan ideal, karena nggak mungkin ada yang ideal manis terus menerus. Ketika si perfectionist ini tidak mendapatkan kesempurnaan dan si overthinking ini mengalami hal yang tidak menyenangkan takutnya jadi berlebihan," papar Dian yang juga seorang Master Grafologi. 

Ekspektasi Tinggi Pernikahan

Arti Mimpi Suami Menikah Lagi Secara Umum
Ilustrasi suami menikah lagi. Credit: pexels.com/Sandro... Selengkapnya

Penggambaran pernikahan yang sempurna dari media sosial ikut memberi tekanan sosial kepada mereka yang belum menikah. "Pasangan di medsos flexing bulan madunya, jadi harapannya tinggi. Belum lagi masalah ekonomi, pertanyaan setelah menikah masih bisa kerja apa tidak, mencukupi atau tidak untuk membesarkan anak," tambah Dian.

Bukan hanya soal riwayat trauma hubungan yang sebelumnya, perempuan yang feminist yang merasa harus jadi alpa woman yang merasa harus mampu sebagai wanita dan wanita karier juga bisa bingung dalam hubungan pernikahan. "Yang pikirannya modern dan merasa akan terjebak sendiri dengan pernikahan," cetus Dian.

Sebabnya, ia pun menyarankan untuk mengenali lebih dulu diri sendiri apa sebenarnya yang ditakutkan dari pernikahan. Seseorang harus mengajak bicara orang yang tepat dan terpercaya, bisa orang yang dituakan dalam keluarga maupun pergi ke profesional seperti psikolog.

"Ketika sudah tahu masalah di mana, harus dibenahi dan disiapkan, bisa dibantu apa tidak karena ada luka-luka lama, kalo masalah lain berpikir positif akan sangat mampu untuk mengatasi hal tersebut," sarannya.

Untuk mereka yang sudah punya pasangan dan merasa memiliki kekhawatiran untuk menjalani pernikahan, maka dianjurkan untuk berkomunikasi yang sehat. Membicarakan apa kelanjutan hubungan yang sebenarnya dan mencari cara mengatasinya bersama pasangan.

"Kurangi tekanan sosial di lingkungan medsos dan nyata. Jangan scroll yang negatif, tapi pelajari bagaimana nikah yang sehat," tandasnya.

Mengatasi Kekhawatiran Akan Pernikahan

Ilustrasi menikah, pernikahan
Ilustrasi menikah, pernikahan. (Image by freepic.diller on Freepik)... Selengkapnya

Sementara itu, Psikolog Klinis di Personal Growth, Mutiara Maharini, M.Psi, Psikolog, mengatakan fenomena "Marriage is Scarry" tidak hanya muncul dari perspektif negatif. "Tapi justru muncul dari kesadaran soal kesehatan mental dan relasi sehat dan ada perubahan cara memandang pernikahan," ungkapnya dalam wawancara telepon dengan Liputan6.com, Jumat, 14 Februari 2025.

Menurutnya generasi milenial dan Gen Z saat ini lebih paham soal kesehatan mental dan bisa memahami apa yang membuat dirinya bahagia dan tidak. "Ketika masuk ke dalam relationship mereka lebih punya kesadaran, sehingga saat berada di relationship itu take action,"

Di sisi lain, sambung dia, ada perubahan sosial dalam masyarakat tentang pernikahan. Jika dulu pernikahan karena politik dan ekonomi, kini pernikahan jadi alat untuk mendapat kebahagian. 

"Berbeda dari seabad lalu, orangtua kita tdk ada pilihan (soal menikah). Sementara pemikiran generasi sekarang nggak wajib-wajib banget nikah, daripada nikah serem atau nikah sampai akhir hayat tapi nggak bahagia," imbuhnya.

Mutiara menyebut pernikahan oleh generasi sekarang dinilai sesuatu yang penuh risiko dan ketidakpastian, terlebih ekspektasi pada pernikahan kian meningkat. Ia menyarankan agar seseorang bertanya kembali ke diri sendiri dan memproses ketakutan-ketakutannya, agar dengan itu bisa menemukan relasi yang sehat.

"Perlu dicari tahu trigger-nya dan coba diproses apa itu bisa di-handle, dicegah, atau itu sesuatu yang di luar control," terangnya lagi. 

Ia pun menyarankan agar seseorang yang mengalami kekhawatiran akan pernikahan untuk berkomunikasi dengan pasangan, melakukan konseling pra nikah, pergi ke psikolog atau meminta bantuan profesional untuk lebih memahami perannya saat menikah. Dengan itu, seseorang juga akan bisa belajar mengatasi kondlik dan bisa punya harapan yang realistis terhadap pernikahan. 

Di samping itu, penting juga untuk memiliki role model pernikahan sehat, meski tak semua orang mempunyai itu. Jika dari keluarga broken home bisa mengacu pada relasi harmonis om maupun tantenya, bahkan orangtua teman agar bisa melawan rasa kekhawatiran akan pernikahan. 

Kekhawatiran Pernikahan Sudah Ada Sejak Dulu, tapi...

Ilustrasi pernikahan, menikah, Islami
Ilustrasi pernikahan, menikah, Islami. (Image by teksomolika on Freepik)... Selengkapnya

Love Coach atau Pakar Percintaan, Kei Savourie dari kelascinta.com mengatakan bahwa fenomena "Marriage is Scary" adalah counter culture dari budaya di Indonesia tentang pernikahan. "Orang didorong nikah, budaya nikah kita kuat sekali, makanya di tengah budaya itu ada orang-orang yang tidak setuju dan akhirnya menyebar karena dari medsos," ungkapnya dalam wawancara telepon dengan Liputan6.com, Jumat, 14 Februari 2025.

"Kayak semacam tanda tidak setuju culture Indonesia yang ngebet nikah," sambungnya.

Orang-orang dengan pemahaman "Marriage is Scary" ini tidak setuju karena mereka melihat banyaknya pernikahan yang gagal atau selingkuh. Pengalaman yang berasal dari pribadi atau orangtua tersebut akhirnya berimplikasi di medsos.

Fenomena ini juga mengemuka karena sebelumnya orang hanya bisa melihat pernikahan yang bagus-bagus sama, sebelum ada medsos. Sementara orangtua juga meminta anaknya menikah, padahal sebetulnya perjalanan pernikahannya tidak sebahagia itu, karena ada Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).

"Orang jadi was-was, hati-hati masuk ke pernikahan karena takut apa yang indah di awal di kemudian hari jadi mimpi buruk," bebernya sambil menambahkan bahwa pengalaman personal dan sosmed sangat memengaruhi hal itu.

Tapi jauh sebelum itu, ketakutan akan menjalani pernikahan sebetulnya sudah ada, hanya saja belum ada platform untuk bersuara. "Dulu udah ada yang nggak setuju, jadi nggak mau buru-buru nikah, atau nggak mau mengulang nasib orangtuanya, jadi seolah terlihat meledak, padahal nggak juga sebenarnya, cuma lebih kelihatan karena sekarang ada medsos," terangnya lagi. 

Ubah Cara Pandang dengan Konsep Pernikahan yang Sehat

Ilustrasi pasangan pengantin yang menikah. (AP Photo/Tatan Syuflana)
Ilustrasi pasangan pengantin yang menikah. (AP Photo/Tatan Syuflana)... Selengkapnya

Kekhawatiran untuk menjalani pernikahan tentu tidak bisa berlarut-larut. Solusinya adalah mengelilingi diri dengan suatu kondisi pernikahan yang sehat.

"Minimal nonton konten sosmed yang bagus, baca-baca tips relationship yang sehat, jangan melihat konten KDRT, perselingkuhan yang justru bikin takut. Apa yang kita konsumsi akan memengaruhi pikiran dan perasaan, pilih-pilih konten yang dikonsumsi," saran Kei.

"Marriage scary memang ada scary-nya, tapi (pernikahan) sangat worth it kalo dijalani dengan pasangan yang baik supaya bisa punya hubungan baik setelah menikah," terangnya lagi.

Ia pun memberikan tips agar hubungan pernikahan langgeng, yaitu dengan bersikap baik kepada pasangan. "Baik dari perkataan, perlakuan, meskipun lagi kesel karena semua seratus persen konflik itu karena cara ngomong yang nggak enak biasanya bikin berantem," cetusnya.

Meminimalisir hal tersebut akan menghindari pertengkaran yang tidak perlu. Karenanya sebagai pasangan harus saling bisa mengelola emosi.

"Yang paling gampang dengan inget-inget kebaikan pasangan, kenapa dulu kita suka sama dia, dia yang udah bareng sama kita. makanya penting nyiptain momen happy karena itu penting, kalo ada banyak momen happy pasangan pun akan teringan kebaikannya," sarannya lagi. 

Infografis syarat nikah. (Dok: Liputan6.com/dillah)
Infografis syarat nikah. (Dok: Liputan6.com/dillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya