Liputan6.com, Jakarta - Perayaan lebaran atau Hari Raya Idulfitri tidak hanya identik dengan ketupat. Ada juga beragam camilan dan kue kering yang tidak boleh absen dalam perayaan lebaran, seperti kue nastar.
Kue nastar banyak dijual dengan harga cukup terjangkau dan banyak juga yang memilih membuatnya sendiri di rumah. Baru-baru ini, viral kue nastar seharga Rp1 juta di media sosial. Bukan satu toples sejuta, melainkan dua toples.
Advertisement
Baca Juga
Meski begitu, tetap saja warganet banyak yang heboh begitu mengetahui kabar tersebut. Informasi itu dibagikan akun Twitter @ditamoechtar yang membagikan informasi tersebut. Dia mengabarkan di Twitter baru saja membeli nastar 2 toples seharga Rp1 juta.
"Self healing. Nastar dua toples sejuta. Nuhun," tulis Dita dalam unggahan Twitter pada 30 April 2022. Nastar yang dibeli Dita jika diperhatikan tak jauh berbeda bentuk dengan nastar di pasaran umum. Tapi, pengemasan nastarnya memang terlihat lebih berkelas dengan stoples kaca memanjang ke atas.
Nastar tersebut ternyata merupakan brand Pand'or yang terkenal akan beragam jenis makanan kualitas premium. Dikutip dari laman resminya, harga untuk satu stoples nastar dari Pand’or tersebut untuk ukuran paling besar adalah Rp515 ribu (625 gram).
Selain itu ada beberapa macam ukuran kemasan nastar. Yang terkecil harganya jauh lebih murah yaitu untuk ukuran small (275 gram) dengan stoples bundar, harganya dibanderol Rp275 ribu.
Seperti Apa Rasanya?
Dijelaskan di laman tersebut kalau nastar Pand'or itu punya nama lain yaitu 'a traditional pineapple jam-filled cookie'. Kue tersebut punya tekstur lembut di mulut tapi tetap menonjolkan kesegaran nanas di dalamnya.
Hal ini dibenarkan warganet yang mengkalim sudah mencoba nastar tersebut lebih dulu. "Selai nanas di dalamnya terkesan masih 'fresh', tapi tekstur nastarnya aku kurang suka karena langsung lumer di mulut. Jadi enggak ada sensasi ngunyahnya dulu," tulis seorang warganet.
Di sisi lain, warganet juga ramai berkomentar soal harga nastar tersebut yang benar-benar 'sultan'. "Pas beli terus ngomong ke emak soal harganya (yang mahal banget), bakal kena omel pasti," komentar seorang warganet.
"Kalau gua punya ini, enggak bakal gua taro di meja tamu. Gua umpetin!" timpal warganet lainnya. Sampai berita ini ditulis, cuitan soal kue nastar mahal itu sudah dicuit ulang sebanyak lebih dari 5.020 kali dan disukai lebih dari 48 ribu kali.
Â
Advertisement
Makna Toleransi
Kue-kue yang populer disajikan sebagai kudapan khas Lebaran ternyata memiliki makna toleransi di baliknya, termasuk nastar.. Hal itu diungkapkan sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran Fadly Rahman.
Ia menjelaskan kue tersebut mulanya dikenal pada masa kolonial melalui pertukaran hantaran dari keluarga Eropa untuk keluarga priyayi yang merayakan hari Lebaran. Kue-kue tersebut juga menjadi kudapan yang biasa dihidangkan pada hari-hari perayaan umat Nasrani, dikutip dari Antara, Senin, 2 Mei 2022.
Kehadiran nastar ternyata tak lepas dari masa pendudukan Belanda. Nama nastar merupakan gabungan dua kata yang diambil dari Bahasa Belanda, yaitu ananas atau nanas dan taartjes atau tart. Jadi, nastar merupakan kue tart yang di dalamnya berisi selai nanas.
"Kue-kue kering ini disajikan ketika keluarga-keluarga priyayi merayakan lebaran dan di sini juga ada hantar-menghantar ketika Lebaran. Keluarga-keluarga Eropa menghantarkan makanan seperti kue-kue kering ini untuk keluarga priyayi," ungkap Fadly.
Â
Buah Nanas Jadi Pilihan
Resep nastar terinspirasi dari olahan pie Belanda yang dibuat dalam loyang besar dan diisi dengan selai yang terbuat apel, blueberi, atau stroberi. Sewaktu Belanda datang ke Nusantara dan ingin membuat kue tersebut, mereka mengalami kesulitan dalam mencari buah untuk selai yang tekstur kematangannya mirip layaknya buah yang ada di Belanda.
Kemudian, muncullah ide untuk mengganti buah-buahan itu dengan buah nanas yang banyak ditemui di Indonesia. Buah nanas juga dipilih karena rasanya yang manis dan asam mewaikil cita rasa yang dimiliki buah apel dan stroberi.
Selain isinya yang berubah, kini nanas mengalami modifikasi bentuk adonannya yang semula besar menjadi kecil-kecil. Kue kering yang diadopsi dari kalangan Eropa, kue tersebut kemudian dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk, bahan, dan rasa yang berbeda dengan aslinya.
Selain keluarga Eropa, Fadly menambahkan bahwa kalangan yang mengonsumsi kue-kue kering itu mulanya hanya keluarga priyayi atau ningrat sebab merekalah yang memiliki akses hubungan dengan orang-orang Eropa, hingga kemudian dibuat di rumah-rumah tangga pribumi kebanyakan.
Advertisement