Jadi Tradisi Lebaran, Kisah Nastar: Dari Kue Bangsawan hingga Primadona Hari Raya

Jelajahi sejarah kue nastar, perjalanan dari kue bangsawan Belanda hingga menjadi primadona Lebaran di Indonesia, lengkap dengan evolusi bentuk dan rasanya!

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani Diperbarui 12 Mar 2025, 17:20 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2025, 17:00 WIB
6 Kue Khas Lebaran, Mana Incaranmu?
Nastar menjadi salah satu kue kering yang hampir ada di meja tamu saat Lebaran. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang lembut membuat nastar menjadi kue yang paling digemari saat Lebaran. (Istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tak kenal kue nastar? Kue kering berbentuk bulat kecil dengan isian selai nanas ini telah menjadi ikon Lebaran di Indonesia. Keberadaannya sebagai sajian hari raya seolah jadi tradisi.

Namun, tahukah Anda bahwa kue nastar ternyata memiliki akar sejarah yang panjang dan menarik? Kue ini bermula dari pengaruh kuliner Belanda di Indonesia, mengalami transformasi bentuk dan rasa hingga menjadi seperti yang kita kenal sekarang.

Nama "nastar" sendiri berasal dari bahasa Belanda, gabungan kata "ananas" (nanas) dan "taartjes" (kue tart kecil). Sejarawan kuliner dari Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengatakan, semula nastar dan kue-kue lainnya diperkenalkan pada masa kolonial.

"Kue-kue kering ini disajikan ketika keluarga-keluarga priyayi merayakan lebaran dan di sini juga ada hantar-menghantar ketika Lebaran. Keluarga-keluarga Eropa menghantarkan makanan seperti kue-kue kering ini untuk keluarga priyayi," kata Fadly, dikutip ANTARA.

Resep nastar yang khas terinspirasi dari olahan pie Belanda yang dipanggang dalam loyang besar dan diisi selai apel, blueberry, atau stroberi. Kesulitan menemukan buah-buahan tersebut di nusantara, para pendatang dari negeri kincir itu kemudian mengisinya dengan selai nanas yang lebih mudah ditemukan dan melimpah. Proses adaptasi ini menghasilkan kue yang kemudian dikenal sebagai nastar.

Meski pada awalnya, nastar hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan dan disajikan pada acara-acara penting, seiring berjalannya waktu, popularitasnya menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Kini, nastar bukan hanya identik menjadi tradisi Lebaran, tetapi juga Natal dan Imlek, bahkan di Tionghoa diartikan sebagai 'buah pir emas', simbol keberuntungan dan kemakmuran.

Promosi 1

Evolusi Bentuk dan Rasa Nastar

Perubahan paling mencolok terlihat pada ukuran dan bentuk nastar. Dahulu, nastar dibuat dalam ukuran besar, mirip pai Belanda. Namun, seiring perkembangannya, ukurannya mengecil menjadi sekitar dua sentimeter dan berbentuk bulat. Di Hong Kong, misalnya, bentuknya berbeda, yaitu balok dengan ukuran sekitar lima sentimeter. Ini menunjukkan adaptasi nastar terhadap budaya lokal di berbagai tempat.

Selain bentuk, isian nastar juga mengalami diversifikasi. Meskipun selai nanas tetap menjadi primadona, kini tersedia berbagai varian rasa, seperti cokelat, keju, bahkan stroberi—mencerminkan asal-usulnya sebagai kue pai Belanda. Teksturnya pun beragam, ada yang lembut dan lembap, ada pula yang renyah, sesuai selera masing-masing.

Kreativitas masyarakat Indonesia dalam memodifikasi nastar sangat terlihat dalam hal rasa dan tekstur. Berbagai inovasi dilakukan untuk menciptakan rasa baru yang tetap mempertahankan ciri khas nastar. Hal ini menunjukkan betapa kue ini telah menjadi bagian integral dari budaya kuliner Indonesia.

Variasi rasa nastar yang semakin beragam juga mencerminkan dinamika selera masyarakat Indonesia. Perkembangan ini menunjukkan bahwa nastar tidak hanya sekadar kue, tetapi juga cerminan kreativitas dan adaptasi budaya.

Nastar: Akulturasi Budaya dalam Secuil Kue

Chef Devina Hermawan berikan tips dan resep kue nastar anti gagal
Chef Devina Hermawan berikan tips dan resep kue nastar anti gagal, credit: Anchor... Selengkapnya

Kue nastar merupakan bukti nyata akulturasi budaya. Berasal dari kue pai Belanda, nastar telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh masyarakat Indonesia hingga menjadi kue khas yang lekat dengan berbagai perayaan.

Evolusi bentuk dan rasanya mencerminkan kreativitas dan kemampuan adaptasi masyarakat Indonesia dalam mengolah pengaruh asing menjadi sesuatu yang unik dan khas. Dari kue bangsawan, nastar kini menjadi kue yang dinikmati semua kalangan, menjadi simbol keakraban dan perayaan di Indonesia.

Dari sejarahnya yang menarik hingga berbagai variasinya saat ini, kue nastar memang pantas disebut sebagai primadona Lebaran. Lebih dari sekadar kue kering, nastar menyimpan kisah panjang tentang akulturasi budaya dan kreativitas masyarakat Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya