Liputan6.com, Jakarta - Seorang perempuan India berusia 57 tahun menyamar sebagai seorang pria selama 36 tahun. Hal itu dilakukan untuk membesarkan putrinya semata wayang yang hidup 'dalam masyarakat patriarki'.
S. Petchiammal baru berusia 20 tahun ketika perempuan Tamil Nadu itu kehilangan suami karena serangan jantung, 15 hari setelah pernikahan mereka. Dia berasal dari Desa Katunayakkanpatti dengan budaya patriarki yang dominan, dilansir dari laman Times Now News, Rabu, 18 Mei 2022.
Advertisement
Baca Juga
Pechiyammal melahirkan seorang bayi perempuan, tetapi ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan jadi masalah bagi perempuan dalam masyarakat patriarki Kattunayakanpatti. Hal ini menyebabkan Petchiammal dilecehkan oleh orang-orang desa.
Dalam sebuah wawancara dengan The New Indian Express, perempuan berusia 57 tahun itu mengatakan dia harus menjadi 'Muthu' setelah kematian suaminya. Membesarkan anaknya terbukti sulit ketika dia bekerja di lokasi konstruksi, hotel, dan toko teh. Sang ibu mengatakan kepada media tersebut bahwa dia menghadapi pelecehan, ejekan seksual, dan kesulitan.
Untuk mengakhiri penderitaannya, dia pergi ke Kuil Tiruchendur Murugan, memotong rambutnya, dan mengganti pakaiannya dengan kemeja dan lungi. Petchiammal mengubah namanya menjadi Muthu.
"Kami bermukim kembali di Kattunayakkanpatti lebih dari 20 tahun yang lalu. Hanya kerabat dekat saya di rumah dan putri saya tahu bahwa saya seorang wanita," katanya.
Selama 30 tahun, Petchiammal mengatakan dia dipanggil 'Annachi'. Panggilan tersebut merupakan nama tradisional untuk pria di mana pun dia bekerja. Pengakuan perempuan tersebut pun viral di dunia maya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hingga Meninggal
"Saya melakukan semua jenis pekerjaan, mulai dari bekerja sebagai pelukis, ahli teh, ahli parotta hingga pekerjaan 100 hari," ujar dia.
Ia menabung setiap sen untuk memastikan kehidupan yang aman dan terjamin bagi putri tercintanya. Setelah berhari-hari, Muthu mengubah semua identitasnya. "Semua sesuai dengan yang disebutkan di semua dokumen, termasuk Aadhaar, ID Pemilih, dan rekening bank," kata wanita berusia 57 tahun itu.
Putri Patchiammal, Shanmugasundari, kini telah menikah. Namun, wanita berusia 57 tahun itu belum siap untuk mengganti pakaiannya.
Dia mengatakan identitas alternatifnya memastikan kehidupan yang aman bagi putrinya. Untuk alasan ini, dia ingin tetap 'Muthu' sampai kematiannya.
Petchiammal tidak memiliki rumah dan tidak dapat mengajukan permohonan sertifikat janda. Tapi, dia telah berhasil mendapatkan kartu pekerjaan MGNREG.
Advertisement
Rela Jemput Anak Jarak 1400 Kilometer
Kisah perjuangan seorang ibu demi anaknya juga sempat dialami perempuan bernama Razia Begum. Razia merupakan masyarakat India yang terdampak akan kebijakan lockdown di negaranya.
Lockdown atau penguncian secara nasional untuk menekan penyebaran wabah Corona Covid-19 telah mengakibatkan banyak kegiatannya terpengaruh, termasuk untuk bertemu dengan putranya. Akibat lockdown, dia hidup terpisah dengan sang putra yang berada berbeda kota dengan tempatnya tinggal.
Keputusan pemerintah yang diterapkan sejak 24 Maret 2020 lalu ini membuat anaknya yang bersekolah di luar kota tak bisa kembali ke kampung halaman. Karena hal tersebutlah, ibu tunggal ini rela menempuh jarak 1.400 kilometer demi menjemput anaknya di kota lain dengan menggunakan sepeda motor.
Ia pun menjemput putranya tersebut dengan naik motor selama tiga hari. Ia berangkat pada Senin pagi dan sampai di Nellore di perbatasan Andhra Pradesh-Tamil Nadu pada Selasa sore. Lalu, mereka kembali ke rumahnya pada Rabu malam.
Diberhentikan Polisi
Selama perjalanan, perempuan paruh baya ini sengaja beristirahat secukupnya agar dapat memangkas waktu tempuh. Ibu dua anak ini memilih tidak menyuruh orang lain untuk menjemput anak laki-lakinya, karena takut orang yang ia suruh justru ditangkap polisi karena dianggap keluyuran ketika sedang lockdown.
Namun, perjalanan Razia nyatanya juga tak mulus. Sepanjang perjalanan, dia selalu dihentikan oleh polisi di pos pemeriksaan. Namun, wanita tersebut memiliki surat Bodhan ACP alias surat izin dari otoritas keamanan setempat, sehingga bisa melewati setiap pos polisi itu.
Tak banyak yang dipersiapkannya untuk berkendara motor dengan jarak tempuh cukup jauh itu. Ia hanya membawa bekal berupa roti canai. Ia juga berkendara motor secara non-stop tanpa menginap. Beberapa polisi yang ditemuinya membantunya berteduh dan menawarkan bantuan mereka selama perjalanan.
Advertisement