Liputan6.com, Jakarta - Museum Wayang adalah salah satu museum yang dikelola Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Sesuai namanya, museum ini menyimpan ragam koleksi wayang, baik dari Indonesia maupun mancanegara.
Cakupan luar negerinya ada boneka dari negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Myanmar. Juga, Cina, India, Perancis, bahkan Suriname.
Museum Wayang ternyata punya sejarah cukup panjang sebelum menjadi seperti sekarang ini. Melansir laman resmi Museum Wayang dan Antara, museum ini awalnya adalah sebuah gereja bernama de Oude Holandsche Kerk yang berdiri pada 1640. Lalu pada 1732, gedung itu diperbaiki dan berganti nama jadi de Nieuw Holandsche Kerk.
Advertisement
Baca Juga
Bangunan ini juga pernah hancur total akibat gempa bumi. Kemudian pada 1939, gedung ini dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasche Museum oleh Stichting Oud Batavia (Lembaga Batavia Lama).
Setelah Indonesia merdeka, gedung diserahkan pada Lembaga Kebudayaan Indonesia. Lalu, gedung ini diserahkan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada 1962. Tahun 1970, bangunan tersebut sempat digunakan sebagai kantor Wali Kota Jakarta Barat.
Itu baru jadi Museum Wayang pada 13 Agustus 1975 setelah diresmikan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Gedung tersebut dialihfungsikan sebagai Museum Wayang untuk melestarikan wayang yang merupakan budaya asli Indonesia.
Museum ini bekerja sama dengan Suku Dinas (Sudin) Kependidikan Jakarta. Dengan kerja sama ini, mereka membuat anak sekolah berbondong-bondong mengunjungi tempat tersebut.
Menurut seorang pemandu Museum Wayang bernama Irfan, banyak yang kagum saat pertama kali ke museum ini, terutama dengan koleksi yang ada di dalamnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Hanya Pulau Jawa
Irfan juga mengungkap, banyak pengunjung yang pertama kali datang baru tahu bahwa ternyata wayang bukan hanya dari Pulau Jawa, tapi berbagai daerah di Indonesia.
Wayang kulit dari Indonesia memang kebanyakan dari Pulau Jawa, tapi ada juga yang berasal dari Palembang, Banjarmasin, Bali, dan Lombok. Wayang merupakan suatu pertunjukan yang di dalamnya mengandung nilai filosofi kehidupan manusia yang dikemas dalam suatu bentuk tontonan, tuntunan, dan tatanan.
Saat memasuki pintu masuk museum, sudah terasa suasana klasik dengan bunyi-bunyi gamelan sebagai latar belakang. Museum Wayang memiliki banyak koleksi wayang, total koleksi sebanyak 6.800, merujuk data pada Juni 2022.
Pada dasarnya, koleksi yang ada di museum ini merupakan segi sejarah yang jadi salah satu budaya di Indonesia. Beragam jenis koleksi mulai dari Wayang Kulit, Wayang Beger, Wayang Klitik, Wayang Boger, hingga Wayang Golek terpampang di setiap sudut tembok Museum Wayang.
Selain wayang, ada pula koleksi lainnya, yaitu Patung Blencong, Boneka Si Unyil, serta lukisan dan topeng. Tempat ini juga menyimpan alat musik tradisional dari Jawa, yaitu gamelan. Selain, museum ini memiliki Wayang Intan yang ada sejak 1870 dari Muntilan, Jawa Tengah dan merupakan salah satu wayang tertua yang berada di museum ini.
Wayang ini dibuat satu set dengan alat musik gamelan. Namun, Wayang Intan dipajang terpisah dengan gamelannya, karena gamelan dijadikan satu dengan alat musik lain.
Advertisement
Wayang Kulit
Wayang kulit yang berasal dari luar Pulau Jawa, seperti wayang kulit dari Palembang bernama Rama Wijaya, Dewi Sinta, dan Wibisana. Wayang kulit baru masuk Palembang pada tahun 1900-an yang merupakan budaya kulturasi dari kesenian wayang Jawa. Itu karena pada dasarnya budaya Palembang dan Jawa memiliki kesamaan tertentu.
Perbedaan wayang kulit Palembang dengan Jawa adalah dari segi dialog yang menggunakan bahasa masing-masing dari daerah tersebut. Wayang kulit dari Palembang ini memiliki warna agak mencolok.
Selain itu, terdapat koleksi wayang kulit Banjar dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang terdiri dari Yudistira, Bima Sena, Harjuna Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Wayang ini dihiasi motif seni dari Banjarmasin, sehingga terasa sekali koleksi ini bukan berasal dari Pulau Jawa. Kisah wayang kulit Banjar berasal dari dua kitab kuno khasanah Hindu: Ramayana dan Mahabarata
Selain itu, terdapat pula koleksi wayang kulit dari Bali yang terdiri dari pandawa lima, yaitu Yudistira, Bima Sena, Harjuna, Nakula, dan Sadewa. Wayang kulit ini memakai kain dengan motif kain poleng yang melambangkan keseimbangan antara dua hal yang bertolak belakang.
Juga, terdapat wayang kulit dari Lombok yang dinamai Wayang Kulit Sasak. Wayang ini pada dasarnya mengambil cerita Menak yang bersumber dari Cerita Amir Hamsah, yaitu paman Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, wayang ini memiliki cerita bernuansa islami yang dibuat pada 1955 dan jadi koleksi Museum Wayang pada 1976.
Lokasi dan Jam Buka
Saat pandemi COVID-19 melanda, tempat ini ditutup total. Namun setelah diperbolehkan untuk buka kembali dengan syarat tetap menjaga protokol kesehatan, banyak pengunjung antusias mendatangi Museum Wayang.
Museum ini berlokasi di Pintu Besar Utara No. 27 Pinangsia, RT 3/RW 6, Kota Tua, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Museum Wayang buka hari Selasa sampai Minggu, mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB..
Tarif yang dikenakan untuk masuk dengan kategori dewasa adalah Rp5 ribu, mahasiswa Rp3 ribu, dan untuk pelajar dikenakan tariff Rp2 ribu. Harga tiket yang sangat terjangkau membuat tempat ini ramai, dalam masa-masa liburan sekolah saat ini pengunjung datang sekitar 300 sampai 500 pengunjung.
Museum Wayang tidak hanya menampilkan wayang, patung, dan lukisan. Ada pula workshop Wayang Janur yang dikenakan biaya tambahan sebesar Rp15 ribu. Setiap hari Minggu juga terdapat kegiatan pergelaran wayang di dalam museum yang bisa disaksikan tanpa biaya tambahan.
Advertisement