Liputan6.com, Jakarta - Secara global World Bank menyebutkan 30 persen kewirausahaan dimiliki perempuan. Selain itu merujuk data Kementerian Keuangan sebanyak 53 persen sektor UMKM di Indonesia didominasi perempuan. Fakta ini merupakan bukti bahwa perempuan bisa berkontribusi besar untuk perekonomian Indonesia.
P&G Indonesia sebagai salah satu perusahaan besar multinasional pun membuka peluang untuk pengusaha perempuan berkolaborasi. Dengan misi perempuan entrepreneur bisa bekerja sama dan supplier diversity memberikan akses untuk memperluas bisnisnya.
Advertisement
Baca Juga
"Perusahaan kami menerapkan supplier diversity. Memberikan akses yang lebih besar terhadap inovasi, agar keragaman cocok ke semua profil konsumen kami," ujar Purchasing Director P&G Indonesia, Annisa Darojati saat webinar bertajuk "How to do Business" yang diselenggarakan WE Connect International bersama WomenWorks dan P&G Indonesia, Kamis (11/8/2022).
Namun sebagai perusahaan besar, P&G tetap memiliki kriteria untuk supplier diversity tersebut antara lain mempertimbangkan nilai terbaik berupa keberlanjutan, inovasi dan harga. Kemudian efisien dan jujur, menjadi solusi, bersaing dan bisa berkolaborasi agar muncul ide maupun inovasi.
We Connect Internasional sebagai organisasi global yang menghubungkan bisnis perempuan ke jejaring pun telah berhasil membuat perusahaan multinasional bisa menerapkan supply diversity atau keberagaman supply agar akses pengusaha perempuan bisa terakomodir.
Lead WE Connect International, Khalya, mengatakan organisasinya telah memiliki sekitar 150 anggota termasuk P&G dan Marriot. Adapun secara global baru 1% pengusaha perempuan yang masuk dalam rantai pemasok perusahaan besar.
"Teman-teman owner business, masih ada 99 persen kesempatan market di luar sana yang bisa digunakan pengusaha perempuan," katanya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mentoring Bisnis Buka Peluang
Pemilik Agensi Penyedia Layanan Bahasa berbasis di Jakarta, CMM Translation, Rika Agusmelda menceritakan pengalamannya dalam membangun bisnis dari nol. Selama 2 tahun pertama bisnis dibuka, ia mengaku hanya menunggu klien. Hingga kemudian pada 2017 dipertemukan dengan We Connect International.
“Kebanyakan pengusaha perempuan identik dengan pengusaha fashion, makanan, dan hal berbau feminin padahal bisnis perempuan lebih luas dari itu,” kata Rika.
Setelah mendaftar jadi anggota We Connect International ia pun banyak mendapat informasi. Rika yang sebelum memulai bisnis adalah seorang penerjemah mengikuti fellowship dan jadi salah satu yang terpilih dari 45 perempuan pebisnis di seluruh dunia.
Berkat We Connect International ia juga bertemu perempuan pemilik bisnis lainnya. Salah satunya yang memiliki firma hukum, hingga akhirnya memakai jasanya untuk menerjemahkan dokumen-dokumen hukum.
Salah satu kesempatan bisnis bahkan datang dengan dukungan We Connect International untuk jasa penerjemah acara internasional. Kliennya kini juga meliputi klien internasional untuk menerjemahkan berbagai bahasa seperti Inggris, Chinese, Spanyol, dan bahasa Banglades.
"Saya dipertemukan We Conncet International dengan Facebook dan Marriot untuk jasa penerjemahan," katanya lagi.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Tantangan Pengusaha Perempuan
Menjadi perempuan pemilik bisnis tentunya tidak mudah. Ada berbagai tantangan ketika memulainya, apalagi bisnis dari nol tanpa pengalaman. Pemilik Bisnis CMM Translation, Rika Agusmelda pun merasakan hal berat dalam membuat laporan keuangan.
“Ada kecenderungan dua tahun pertama cepat puas tidak ada keinginan menjemput klien, jadi itu tantangan terbesar dari sana. Saya juga tidak mempersiapkan laporan keuangan dengan baik,” katanya.
Sementara itu baginya untuk mendapatkan klien perusahaan besar, tantangan dan persaingannya pun makin ketat. Dalam hal keabsahan perusahaan, laporan keuangan, company profile semua ia perbaiki dan memperlakukan bisnis tersebut sebagai sesuatu yang serius.
Dia pun memahami hal yang menjadi keunggulan dan kekurangannya. Aspek keunggulannya diperbaiki, sementara kekurangannya diatasi dengan bantuan profesional. Namun di awal ia mengatakan harus mengubah pola pikir, menjalani bisnis secara serius. Untuk bisa mendapat klien internasional pun ia bekerja lebih keras (extra miles).
Terbanyak di Dunia
Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Hal ini bisa terlihat dari kemampuan UMKM yang berkontribusi sebesar 60,51 persen bagi PDB, menyerap 96,92 persen tenaga kerja, serta menyumbang 15,65 persen ekspor non migas.
Apabila dilihat dari jumlah usaha yang ada di Indonesia, 99 persen didominasi oleh UMKM, yaitu sebesar 64,2 juta pelaku usaha. Dari jumlah tersebut sebanyak 37 juta UMKM di Indonesia dikelola perempuan. Sebab itu perempuan memiliki peran yang tidak dapat dipandang sebelah mata dalam partisipasinya untuk menggerakkan roda perekonomian.
“Kaum perempuan yang memang secara naluri memiliki keinginan untuk survive bagi keluarganya sehingga mendorong mereka menjadi entrepreneur,” sebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dikutip dari Liputan6.com 28 Oktober 2021.
Perempuan Indonesia memiliki rasio kepemilikan usaha yang lebih tinggi, dari rata-rata dunia. Data dari Google pada 2020 menunjukkan saat ini respons perempuan-perempuan di Indonesia semakin positif untuk berwirausaha. Jumlah perempuan di Indonesia yang telah berwirausaha sebanyak 49 persen. Perempuan yang memanfaatkan digital juga cukup banyak yaitu sekitar 35 persen dari seluruh penjualan online Indonesia.
Advertisement