Pengunjung Berhamburan Keluar saat IKEA Shanghai Tiba-Tiba Lockdown

IKEA Shanghai di-lockdown setelah diketahui ada kasus positif Covid-19.

oleh Putu Elmira diperbarui 17 Agu 2022, 03:01 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2022, 03:01 WIB
Kasus COVID-19 Meroket, China Lockdown Shanghai
Petugas polisi yang mengenakan pakaian pelindung mengontrol akses ke terowongan ke arah distrik Pudong yang dikunci sebagai tindakan melawan virus corona Covid-19, di Shanghai (28/3/2022). (AFP/Hector Retamal)

Liputan6.com, Jakarta - Pengunjung panik berhamburan keluar dan bergegas menuju pintu keluar IKEA di Shanghai pada Sabtu, 13 Agustus 2022. Kondisi riuh ini terjadi setelah otoritas kesehatan kota memerintahkan toko tersebut untuk ditutup usai kontak dekat kasus Covid-19 dilacak pada lokasi.

Dikutip dari CNN, Selasa, 16 Agustus 2022, beberapa kejadian tersebut beredar luas di jagat maya. Video menunjukkan pelanggan berteriak dan mendorong satu sama lain di IKEA Shanghai dalam upaya untuk melarikan diri dari gedung sebelum pintu ditutup.

Dalam jumpa pers pada Minggu, 14 Agustus 2022, Wakil Direktur Komisi Kesehatan Shanghai, Zhao Dandan mengatakan "Toko dan area yang terkena dampak" akan berada di bawah manajemen "loop tertutup" selama dua hari. Orang-orang di dalam lingkaran tersebut harus menjalani dua hari karantina di fasilitas pemerintah dan lima hari pengawasan kesehatan.

Pada Senin, 15 Agustus 2022, otoritas kesehatan kota melaporkan enam kasus Covid-19 yang ditularkan secara lokal di Shanghai. Adapun lima kasus di antaranya tidak menunjukkan gejala.

Toko IKEA di distrik Xuhui Shanghai ditutup sementara pada Minggu dan Senin lalu. Ini adalah bagian tanggapan terhadap "pedoman pencegahan epidemi" dari pihak berwenang dan akan dibuka kembali pada Selasa, 16 Agustus 2022, kata tim komunikasi IKEA China kepada CNN.

Shanghai, ibu kota keuangan China dan rumah bagi 25 juta orang, lockdown selama dua bulan awal tahun ini. Hal tersebut menyebabkan kemarahan publik yang meluas karena penduduk melaporkan kesulitan dalam memesan kebutuhan sehari-hari termasuk makanan dan obat-obatan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kebijakan Covid-19 di Shanghai

Sejumlah Kota di China Perketat Aturan COVID-19
Orang-orang yang memakai masker berbaris untuk tes COVID-19 di fasilitas pengujian virus corona di Beijing, China, Jumat (12/8/2022). Tujuannya adalah untuk menghindari mengubah upaya untuk menghentikan wabah menjadi mimpi buruk yang berkepanjangan yang terlihat di Shanghai dan Wuhan. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Lockdown diberlakukan di bawah kebijakan nol-Covid China yang bergantung pada pengujian massal, karantina ekstensif, dan bahkan pengurungan seluruh kota untuk membasmi kebangkitan virus. Mengandalkan teknologi seluler dan data besar, pemerintah China menggunakan sistem "kode kesehatan" berbasis warna untuk mengendalikan pergerakan orang dan mengekang penyebaran virus.

Orang-orang di banyak kota di China harus menunjukkan kode QR kesehatan hijau untuk naik transportasi umum dan memasuki tempat-tempat termasuk pusat perbelanjaan, pusat kebugaran, dan restoran. Sistem mencatat keberadaan mereka dan apakah mereka telah kontak dengan kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, mereka yang kode kesehatannya berubah menjadi merah menghadapi karantina difasilitas yang ditentukan.

Lockdown mendadak telah menjadi hal biasa di negara ini. Masyarakat semakin frustrasi dengan aturan ketat karena ekonomi berjuang untuk beradaptasi dengan gangguan. Pekan lalu, lebih dari 80.000 wisatawan terdampar di pulau resor populer Hainan setelah pihak berwenang mengumumkan tindakan penguncian untuk membendung wabah virus.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Ragam Kisah saat Lookdown

Shanghai
Seorang relawan komunitas yang mengenakan alat pelindung diri memeriksa sayuran yang akan dibagikan oleh pemerintah setempat kepada penduduk di sebuah kompleks selama penguncian Covid-19 di distrik Pudong di Shanghai pada 12 April 2022. (LIU JIN / AFP)

Warga Shanghai jatuh sakit setelah mengonsumsi beberapa persediaan makanan yang didistribusikan oleh pihak berwenang. Momen ini terjadi di tengah lockdown kota karena merebaknya kasus Covid-19, menurut beberapa laporan.

Dikutip dari Insider, Kamis, 28 April 2022, orang-orang di beberapa lingkungan menyampaikan bahwa mereka menderita diare dan sakit perut. Hal tersebut terjadi setelah makan bebek rebus dan bakso yang dikeluarkan oleh pejabat setempat, menurut Bloomberg.

Seorang warga bernama Chen Man mengungkapkan kepada China Economic Weekly bahwa ia merasa mual setelah membuka paket yang dikeluarkan pemerintah berisi kaki bebek rebus. "Bau bebeknya sangat kuat, pasti busuk," katanya kepada outlet.

Ia menambahkan bahwa dirinya muntah tiga kali karena baunya. Otoritas setempat secara berkala mengirimkan paket yang berisi kebutuhan sehari-hari.

Otoritas mendistribusikan makanan, termasuk daging dan sayuran kepada penduduk Shanghai, yang tidak dapat meninggalkan rumah mereka karena lockdown yang ketat. Namun, paket-paket ini mendapat sorotan setelah beberapa warga mengaku menerima makanan kedaluwarsa atau busuk.

Sibuk Pangkas Rambut

FOTO: Suasana Shanghai Saat Lockdown Akibat COVID-19
Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) berfoto ketika orang-orang bersiap untuk naik mobil di sebelah pintu masuk lingkungan saat lockdown akibat virus corona COVID-19 di Distrik Jing'an, Shanghai, China, 21 April 2022. (HECTOR RETAMAL/AFP)

Setelah Shanghai mencabut pembatasan Covid-19 untuk daerah berisiko rendah pada Rabu, 25 Mei 2022, sebagian besar orang Shanghai pergi ke luar untuk "menghirup udara segar." Tempat pangkas rambut di kota itu termasuk yang pertama menjadi sibuk kembali.

Seorang tukang cukur rambut di distrik Huangpu mengatakan ia kewalahan. Ia mendapat 30 panggilan telepon untuk membuat janji dalam waktu setengah jam pada hari itu, dilansir dari laman Global Times, Kamis, 2 Juni 2022.

Di barbershop pusat kota, warga terlihat mengantre untuk potong rambut. "Menata rambut adalah hal pertama yang harus saya lakukan pada hari pertama setelah komunitas kami mencabut penguncian," kata seorang warga Shanghai yang tinggal di distrik Jing'an.

Mark dari Jerman tidak sabar untuk pergi berperahu bersama tetangganya setelah penguncian dicabut. Ia mengatakan bahwa itu seperti "dari penguncian total kembali ke normal dalam semalam."

Seorang warga 42 tahun bermarga Yu mengatakan dia pergi ke kantornya di pagi hari Rabu, dan menemukan bahwa sebagian besar tanaman telah mati. "Saya akan membersihkannya dan membeli tanaman baru untuk menghias kantor saya agar semuanya menjadi segar," kata Yu.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya