Waspada, Tinta Tato Diduga Bisa Picu Kanker

Uni Eropa baru-baru ini melarang pigmen tertentu dalam tato, tapi aturan yang sama belum diterapkan di AS.

oleh Henry diperbarui 01 Sep 2022, 03:02 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2022, 03:02 WIB
Ilustrasi kata-kata, tato
Ilustrasi kata-kata, tato. (Photo by ilovetattoos on Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak negara yang tidak mengatur tato karena komponen di dalam tinta serta sebagian besar potensi efek sampingnya masih belum diketahui. Tapi, Uni Eropa baru-baru ini melarang pigmen tertentu dalam tato dan riasan permanen, termasuk warna Biru 15:3 dan Hijau 7, dengan alasan mengandung sejumlah risiko kesehatan, termasuk penyakit kanker kandung kemih.

Di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) belum mengambil tindakan serupa dan tidak mengatur tinta tato, yang bisa mengurangi kesadaran seputar potensi masalah. Penasaran dengan hal itu, sekelompok peneliti di Universita Binghamton, New York, Amerika Serikat (AS) meneliti komposisi kimia dari beberapa tinta tato.

Sebelum riset dilakukan, peneliti menanyai beberapa seniman tato apakah mereka mengetahui komposisi dari tinta tato yang digunakan. Ternyata, mereka tidak tahu banyak tentang hal itu.

Produk tinta bahkan saat mencantumkan label bahan, seringkali daftarnya tidak akurat, kata peneliti ini yang sudah menganalisis sekitar 100 merek tinta tato populer. Melansir New York Post, Minggu, 28 Agustus 2022, kelompok yang dipimpin oleh John Swierk ini juga menemukan bahwa partikel kecil dalam tinta bisa berbahaya bagi sel tubuh.

Hasil studi ini dipresentasikan pada pertemuan musim gugur American Chemical Society (ACS).  Peneliti menemukan tinta tato mengandung dua komposisi utama, yaitu pigmen dan larutan pembawa.

Pigmen pada tinta tato dapat berupa pigmen biru molekuler atau senyawa padat putih (titanium dioksida), tapi juga bisa kombinasi keduanya (tinta biru muda).  Menurut Swierk, produsen tidak membuat pigmen khusus untuk tinta tato, melainkan juga digunakan untuk banyak hal, termasuk untuk cat dan tekstil.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


100 Juta Warga AS

Ilustrasi kata-kata, tato
Ilustrasi kata-kata, tato. (Photo by TheDigitalWay on Pixabay)

Larutan pembawa ditambahkan untuk membuat pigmen lebih larut sehingga bisa mencapai lapisan tengah kulit. Larutan tersebut terkadang mengandung bahan anti-inflamasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada bahan seperti etanol di beberapa merek tinta, yang tidak tercantum pada label produk. Para peneliti juga menemukan pigmen azo di beberapa tinta.

Pigmen ini mungkin tidak berbahaya bagi kesehatan jika secara kimiawi utuh, tetapi bakteri atau sinar ultraviolet dapat mengubahnya menjadi senyawa berbasis nitrogen yang dianggap sebagai karsinogen (zat atau senyawa yang dapat menyebabkan kanker kulit). Penemuan ini menjadi semacam alarm bagi lebih dari 100 juta warga AS yang setidaknya memiliki satu tato di tubuh mereka.

Swierk dan timnya menggunakan beberapa metode, seperti mikroskop elektron, untuk mengukur ukuran partikel bahan yang ditemukan dalam pigmen tato. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 16 tinta sampel mengandung partikel yang sangat kecil, lebih kecil dari 100 nanometer (nm).

"Itu kisaran ukuran yang mengkhawatirkan," ujar Swierk dalam pernyataannya. 

 

 


Kandungan Azo

Ilustrasi kata-kata, tato
Ilustrasi kata-kata, tato. (Photo by Free-Photos on Pixabay)

Partikel sebesar ini dapat menembus membran sel dan berpotensi menyebabkan kerusakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinta tato mungkin juga mengandung bahaya tersembunyi lainnya.

Selain ukuran partikel yang bermasalah, analisis juga mengungkapkan bahwa botol pigmen tato sering kali mengandung bahan yang tidak tercantum pada label, seperti etanol. Para peneliti menemukan bahwa bahkan pigmen tertentu yang digunakan juga mengkhawatirkan.

"Setiap kali melihat salah satu tinta, kami menemukan sesuatu yang membuat saya berhenti. Misalnya, 23 dari 56 tinta berbeda yang dianalisis hingga saat ini menunjukkan adanya pewarna yang mengandung azo," terangnya.

Setelah melakukan penelitian, Swerk dan timnya kini berharap ada transparansi yang lebih jelas mengenai bahan-bahan dan komponen dalam tinta tato. Usai hasil penelitian mereka menjalani proses peninjauan atas kualitas suatu karya tulis ilmiah oleh pakar lain di bidang yang bersesuaian (peer reviewed), mereka berencana untuk mempublikasikan hasil penelitian itu di laman mereka 'What’s in My Ink?'

Harapannya, tiap orang yang akan membuat tato bisa memiliki informasi yang lebih lengkap. "Dengan data-data ini nantinya, kami ingin para seniman tato maupun pelanggan mereka bisa punya data yang lebih akurat seputar tinta tato," pungkas Swierk.


Alasan Bertato

Konvensi Tato Internasional di Roma, Italia
Seniman tato wanita, Jessie, menyelesaikan menato tubuh seorang pelanggannya selama Konvensi Tato Internasional bertema 'Sisi Lain dari Tinta' di ibu kota Italia, Roma, 11 Maret 2017. (AP Photo/Domenico Stinellis)

Yang mungkin masih jadi pertanyaan, kenapa seseorang suka merajah tubuh mereka? Sementara beberapa orang lebih suka untuk tidak mengubah tubuh mereka dengan cara apa pun, terdapat berbagai penjelasan ilmiah tentang mengapa orang lain memilih untuk melakukan ini.

Mengutip kanal Global Liputan6.com yang melansir dari Bright Side, 16 Februari 2021, Ada sejumlah alasan seseorang menyukai dan memiliki tato.

1. Rasa Bahagia

Setiap kali seseorang memodifikasi tubuhnya, endorfin dilepaskan dan perasaan positif dari dalam tubuh terjadi.Karena itu, orang cenderung mengingat momen ketika ditindik atau ditato sebagai saat yang bahagia sehingga membuatnya ingin melakukannya lagi.

2. Ekspresi Seni

Beberapa orang menggunakan pakaian atau riasan untuk mempercantik tubuh, tapi ada juga yang langsung mempercantik tubuh menggunakan tubuh sendiri.Seniman tato berpengalaman dalam menciptakan karya seni pada kulit orang merupakan salah satu bentuk apresiasi diri.

3. Membagikan Pengalaman Pribadi

Beberapa orang yang menggunakan modifikasi tubuh sebagai proses penyembuhan diri atas peristiwa buruk yang dialaminya. Orang yang kehilangan seseorang, yang mengalami pengalaman traumatis, atau yang ingin mengabadikan suatu peristiwa penting sering memilih untuk menandai peristiwa ini pada kulit dan tubuhnya, termasuk dengan membuat tato.

4. Tradisi

Beberapa orang memandang modifikasi tubuh seperti tato sebagai kebangkitan spiritual atau bisa juga sebuah proses inisiasi. Beberapa budaya juga menggunakannya sebagai ritual peralihan dari masa kanak-kanak hingga dewasa.

5. Ingin Jadi Bagian dari Sebuah Grup

Tiap manusia ingin menjadi bagian dari lingkaran sosial tertentu.  Berteman dengan seseorang yang juga suka mengubah tubuhnya adalah salah satu pilihan lingkungan pertemanan dan sebagian orang cara untuk melakukannya. Beberapa orang bahkan rela membuat tato hanya untuk dimasukkan ke dalam sebuah grup, atau komunitas tertentu.

6. Tindakan Impulsif

Tidak semua orang yang mendapat tindikan, tato, atau modifikasi tubuh lainnya melakukannya setelah berpikir dan mempertimbangkan secara mendalam. Beberapa melakukannya sebagai dorongan dari keinginan karena lingkungan tempat dia berada.

Itulah mengapa seringkali orang menutupi dan bahkan menghilangkannya karena penyesalan. Faktanya, 17 persen orang menyesali tato yang mereka buat dan berpikir untuk menghapusnya.

Infografis: Redam Kanker dengan Cukai Rokok (Liputan6.com / Abdillah)
(Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya