Liputan6.com, Jakarta - Warga Korea Selatan memboikot Paris Baguette dan perusahaan induknya, SPC, yang berdampak pada penurunan penjualan. Hal itu dipicu insiden kematian seorang karyawan di pabrik roti Paris Baguette saat bekerja setelah dia terjebak dalam mesin. Tubuh korban baru ditemukan keesokan paginya.
Bukan berduka, pihak pabrik langsung memerintahkan karyawan lain untuk kembali bekerja setelah penemuan jasad rekan kerja mereka. Menurut laporan, karyawan tetap bekerja hanya beberapa jam setelah kejadian tragis tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Warganet tak terima dengan sikap perusahaan yang dianggap tak berempati. Mereka lalu memboikot toko pastry itu. Untuk meredakan kemarahan warga, CEO SPC Huh Young In meminta maaf secara terbuka kepada warga Korea. Ia menyatakan akan bertanggung jawab penuh atas insiden tersebut.
"Saya bertanggung jawab penuh atas kecelakaan ini dan pantas mendapat kritik dari publik. Saya ingin meminta maaf kepada para pekerja pabrik yang bekerja di dekat korban. Perusahaan seharusnya memahami trauma dan kesedihan mereka dan seharusnya lebih perhatian," dikutip dari Koreanboo, Selasa, 25 Oktober 2022.
Terlepas dari permintaan maaf, warga Korea kepalang memboikot Paris Baguette dan perusahaan induknya, merek afiliasi SPC. SPC adalah rumah bagi beberapa waralaba restoran domestik paling terkenal di Korea dan merupakan pemegang hak dari beberapa merek internasional paling terkenal di dunia seperti Baskin Robbins dan Shake Shack.
Menurut laporan berita, boikot Paris Baguette sudah membuahkan hasil. Seorang karyawan Paris Baguette mengklaim bahwa beberapa toko SPC mengalami penurunan bisnis hingga 30 persen sejak boikot. "Memang benar penjualannya menurun. Di tempat-tempat yang sangat terpengaruh, saya mendengar penjualan turun 30 persen," ujar karyawan itu.
Dampak Boikot Lebih Jauh
Karyawan lain menyebut meski penjualan menurun, belum ada alasan untuk menjadi khawatir. Namun, waktu akan menjawab sejauh apa dampak penuh dari boikot tersebut. "Saya bisa merasakan penurunan penjualan dibandingkan minggu lalu. Belum ada penurunan yang begitu parah sehingga kami menghadapi kesulitan, tetapi saya pikir hanya waktu yang akan menjawabnya," kata karyawan yang tak disebut namanya.
Warganet juga membagikan anekdot melihat toko Baguette Paris yang kosong. Menurut salah satu akun viral, sebuah toko Baguette Paris telah kehilangan 75 persen pelanggannya. "Saya mengunjungi seorang teman yang bekerja di Paris Baguette, dan menurut mereka, mereka tidak dapat berbuat banyak karena toko tersebut telah kehilangan 75 persen pelanggannya," tulis warganet.
"Menurut teman saya, ada beberapa yang datang untuk membeli kue, tetapi hampir tidak ada yang masuk untuk membeli roti. Toko biasanya menjual roti mereka pada akhir malam, tetapi sekarang jumlah roti yang mereka habiskan telah naik lima kali lipat," kata yang lain.
Advertisement
Warganet Marah
Kecaman akan tindakan perusahaan terus berlangsung. Warganet tampak marah dengan berbagai komentarnya di twitter. "Secara moral, pikirkan saja tentang roti berlumuran darah, dan kamu tidak akan pernah pergi ke sana.” komentar warganet.
“Baru saja, ibuku menawarkan makan roti untuk makan siang, tetapi karena hanya ada Paris Baguette di dekat rumahku, aku hanya makan kue kenari," tulis yang lain.
“Boikot adalah pertempuran jangka panjang. Mari kita lanjutkan hingga akhir tahun. Saya tahu musim liburan tahun ini akan sulit, tetapi mari kita coba," balas yang lain.
“Setelah bekerja, saya biasanya pergi ke Tous Le Jours (pesaing), tetapi hari-hari ini mereka kehabisan roti. Biasanya, mereka memiliki banyak roti, tetapi sejak boikot, mereka memiliki lebih banyak pelanggan," komentar lain.
“Paris Baguette di lingkungan saya masih baik-baik saja. Saya melihat-lihat untuk melihat bagaimana keadaan mereka, dan mereka sepertinya tidak punya roti yang tersisa," ujar warganet.
"Saya hampir tidak melihat pelanggan di toko Paris Baguette di sekitar saya," tulis warganet.
“Teman-teman, mari kumpulkan kekuatan. Ini adalah pertempuran jangka panjang, dan saya sangat berharap kami berhasil.” “Teman-teman, tunggu saja. Jangan pergi ke sana selama musim liburan," saran yang lain.
Permintaan Maaf
Sebelumnya, seperti dilansir dari VICE World News Selasa 25 Oktober 2022, dilaporkan konsumen Korea Selatan mendesak untuk memboikot Paris Baguette. Jaringan toko roti itu dikecam usai seorang stafnya tewas di tempat kerja.
Karyawan 23 tahun itu dilaporkan mengoperasikan mesin pencampur saus sendirian ketika shift malam pada 14 Oktober 2023 di salah satu pabrik perusahaan. Saat bekerja, ia dikatakan "tertarik ke dalam alat tersebut dan tubuhnya yang hancur ditemukan di mesin keesokan hari" oleh rekan-rekannya.
Pabrik tetap melanjutkan produksi keesokan harinya. Sementara, karyawan yang melihat dan menarik tubuh rekan kerja mereka yang hancur dari mesin diharuskan bekerja di sebelah lokasi kecelakaan.
Tanggapan tak berperasaan dan dugaan penyimpangan keamanan, yang mana kritikus mengatakan mesin itu seharusnya dioperasikan dua orang, memicu protes dan seruan boikot di Korea Selatan, bukan hanya pada Paris Baguette, tapi juga perusahaan induknya, SPC Group.
"Jangan pernah membeli atau pergi ke SPC Perusahaan pembunuh!" sebut Konfederasi Serikat Buruh Korea, pusat serikat pekerja nasional di Korea Selatan, di akun Twitter resmi mereka.
Unggahan dengan frasa, seperti "Boikot SPC," "Perusahaan pembunuh SPC," dan "Gerakan larangan membeli" jadi tren di Twitter Korea Selatan, dengan beberapa unggahan mengumpulkan ribuan retweet.
Advertisement