Kisah Batik Batoga yang Terinspirasi dari Bahan-Bahan Jamu

Motif kain batik batoga berupa ragam rempah yang biasa jadi bahan-bahan jamu, seperti jahe, kunyit, dan kencur.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Feb 2023, 05:05 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2023, 05:05 WIB
FOTO: Pandemi COVID-19, Pedagang Jamu Rempah-Rempah Panen Berkah
Ilustrasi jahe sebagai bahan jamu yang menginspirasi bisnis batik batoga. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Batik tanaman obat keluarga alias batoga merupakan bisnis milik Dwi Harining. Berbasis di Batu, Jawa Timur, motif kain batik mereka berupa ragam rempah yang biasa jadi bahan-bahan jamu, seperti jahe, kunyit, dan kencur.

"Ada bunga-bunga dan daun-daun juga yang semuanya termasuk tanaman herbal," katanya saat jadi salah satu pembicara di weekly press briefing Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) secara hybrid, Senin, 20 Februari 2023.

Ia menyambung bahwa bisnis batiknya juga merujuk pada kebiasaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengonsumsi jamu berbahan, seperti jahe, kunyit, dan temulawak setiap harinya. "Mereka kami sudah terdaftar di HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) sejak 2021," ucapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, berbagai produk batik batoga diklaim "unik, cantik, menarik, dan karismatik dengan harga yang bisa dijangkau." Dwi berkata, "Kami bisa bertahan karena unik, desainnya (motif batik) bisa custom. Jadi bisa desain motif dan warna sesuai keinginan pelanggan, lalu disesuaikan harganya."

Seperti sektor lain, pengembangan bisnis secara digital di masa pandemi COVID-19 juga jadi tantangan tersendiri baginya. Karena itu, ia mengikuti Program Pelatihan Laju Digital Meta Indonesia (PADMANA) gagasan MetaIndonesia dan Mercy Corps Indonesia.

"(Pemasaran) batik, apalagi batik tulis yang selalu terkesan mahal, itu sulit. Tapi, ketika ikut PADMANA, kami diajari, khususnya untuk fokus berbisnis melalui WhatsApp Business. Tinggal posting saja, nanti batik saya bisa langsung dilihat pelanggan," ia bercerita.

Ragam Produk Ekonomi Lokal

Batik Terinspirasi Bahan Jamu
Sesi tambahan "Peluncuran Bisnis Whatsapp #Jualan Jempol" dalam weekly press briefing Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) secara hybrid, Senin, 20 Februari 2023. (dok. tangkapan layar Zoom)

Di kesempatan yang sama, Public Policy Manager MetaIndonesia, Dessy Sukendar, mengatakan bahwa e-catalog di profil WhatsApp Business binaan mereka menampilkan ragam produk ekonomi kreatif lokal sekaligus. "Ada kuliner fesyen, belanja banyak barang jadi satu," tuturnya.

"Jadi," ia menyambung, "Yang tadinya mau belanja kuliner, misalnya, bisa lihat batik juga terus jadinya mungkin beli. Saya harap itu jadi tempat semua orang bisa sukses bareng-bareng."

Executive Director Mercy Corps Indonesia, Ade Soekadis, menyebut bahwa bisnis ekonomi kreatif yang bisa bisa masuk WhatsApp Business mereka harus dikurasi terlebih dulu. "Calon peserta chat Whatsapp ke 0877 4091 5959, lalu mereka akan mengikuti pelatihan dan pendampingan," ia mengatakan.

Setelahnya, pihaknya akan memilih siapa peserta yang layak dan belum layak bergabung. Sementara program ini telah terlaksana tahun lalu, Dessy berharap kegiatan serupa akan kembali terselenggara tahun depan. "Semangat pantau terus media sosial kami untuk pengumuman selanjutnya," ia mengatakan.

Pengajuan Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Ilustrasi Jamu
Ilustrasi jamu. (Liputan6.com/Zulfikar)

Sementara batik sudah diakui sebagai warisan budaya takbenda UNESCO pada 2 Oktober 2009, keputusan penetapan jamu dengan titel serupa masih harus menunggu. Sidang penetapan itu rencananya akan dilakukan sekitar November--Desember 2023.

"Semua jamu, dan yang diutamakan itu produk jamu-jamu gendong, karena itu kan dari komunitas. Kalau pabrik, kan pabrik," kata Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Itje Chodijah saat ditemui di sela agenda FGD Pendampingan Usulan Nominasi Kota Kreatif Unesco 2023 di Jakarta, 14 Februari 2023.

Itje menerangkan bahwa jamu diajukan bersama tiga warisan budaya takbenda lain, yaitu reog, tempe, dan tenun. Tapi, karena satu negara hanya bisa mengajukan satu warisan budaya dalam satu waktu, jamu diajukan terlebih dulu oleh Indonesia merujuk Pengumuman Direktur Perlindungan Kebudayaan tentang Hasil Seleksi Usulan Warisan Budaya Takbenda Indonesia ke UNESCO pada 7 April 2022.

"Tapi, kita harus mendidik masyarakat bahwa inskripsi UNESCO itu bukan pemberian hak, tapi hanya dicatatkan di UNESCO," ia menjelaskan.

Sesuai Standar UNESCO

Ilustrasi membuat minuman, jamu tradisional
Ilustrasi membuat jamu tradisional. (Photo by Katherine Hanlon on Unsplash)

Lebih lanjut Itje menyebut bahwa langkah pendaftaran jamu ke UNESCO beruntung tidak diikuti China yang terkenal dengan pengobatan tradisional herbal mereka. Tanpa didaftarkan pun, dunia sudah mengakui bahwa pengobatan tradisional herbal itu berasal dari China.

"Kalau mereka (China) enggak mengajukan, ya enggak dapat, walau (mereka) jauh lebih keren. Ini keuntungan buat Indonesia," sebutnya.

Sebelumnya, pengajuan Budaya Sehat Jamu merupakan hasil pertimbangan kondisi pandemi yang kerap menggunakan jamu sebagai alternatif dalam menjaga kebugaran tubuh. Penunjukan ini sejalan dengan apa yang selama ini dikatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di berbagai kesempatan.

Ia kerap kali menyebut bahwa jamu adalah warisan budaya yang membantunya menjaga daya tahan tubuh. Peneliti sekaligus wakil Ketua Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu, Erwin J Skripsiadi, menjelaskan bahwa pengajuan nominasi Budaya Sehat Jamu telah dilakukan sesuai standar dan kaidah yang ditetapkan UNESCO.

Proses riset dilakukan Tim Riset Jamupedia, sebuah lembaga riset dan pengarsipan budaya sehat Jamu, di bawah bimbingan konsultan ahli Gaura Mancacaritadipura, sejak Juni 2021.

Infografis Jamu Populer di Indonesia
Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya